👑Chapter 18💙💙

42 2 5
                                    

POV AUTHOR
"Jadi Dista belum makan dari kemarin!? " Ucap Rani terkejut.
Sementara itu Bayu hanya menatap sendu gadis yang entah sejak kapan dan bagaimana caranya masuk ke dalam hatinya, ia tak pernah menyangka bahwa gadis yang terbaring lemah saat ini akan menjadi gadis yang sangat ia cintai.

Sudah lima menit berlalu dan Bayu hanya terus menatap Dista yang tak kunjung sadar, dan Rani pun menghampiri Bayu, "Udah lo balik aja ke kelas, biar gue yang jagain Dista disini! " Namun Bayu menggeleng, ia tak ingin meninggalkan Dista.

Rani mengehela nafasnya kasar, ia tak mau ribut dengan Bayu alhasil ia pun membiarkan Bayu yang menjaga Dista, biar nanti dirinya yang akan izin ke guru mereka untuk Bayu dan Dista. Bayu terus setia duduk di samping ranjang tempat Dista terbaring dan sesekali mengelus pucuk rambut gadis itu sambil terus mengucapkan kalimat maaf.

Akhirnya Dista membuka matanya, dapat ia lihat Bayu yang tertidur di samping nya dengan posisi badannya yang terduduk di kursi dan kepala nya di atas ranjang dan menggunakan tangannya sebagai batanlan nya.
Jujur Dista rindu pada Bayu nya, namun ia sudah terlanjur sakit hati saat tahu dirinya hanya menjadi bahan mainan bagi Bayu dan kedua sahabatnya, bukankah taruhan itu adalah hal yang salah apalagi mereka menggunakan seseorang sebagai bahan taruhannya. Tiba-tiba Bayu tersadar dari tidur pulas nya dan dapat ia lihat Dista yang telah sadarkan diri dan tengah menatap ke arah jendela di samping ranjang nya.

"Kamu gak papa kan, badan kamu ad... " Belum selesai Bayu bertanya, Dista memotong nya.
"Udah? "
"Ha, udah apa? " Ucap Bayu kebingungan.
"Udah selesai sandiwaranya!? " Dista kini semakin menatap kecewa pada Bayu.
"Dista, aku gak ngerti apa yang kamu maksud! "
"Aku udah tau semuanya sekarang, tentang kamu yang cuma jadiin aku bahan taruhan kamu sama sahabat kamu! " Deg, jantung Bayu serasa berpacu sangat keras mendengar penuturan Dista, ia tak menyangka rahasia yang selama ini ia sembunyikan akhirnya terungkap bahkan bukan dari dirinya sendiri.

"Aku kecewa sama kamu Bay, aku kira kamu laki-laki yang beda, aku kira kamu orang yang baik dan tulus sayang sama aku, tapi aku sadar itu semua bohong, itu semua cuma khayalan dan harapan berlebihan aku! " Air mata kini telah membasahi pipi manis Dista dan melihat itu Bayu bermaksud ingin menghapus dengan tangannya, namun belum sempat tangannya menyentuh pipi sang gadis, dengan cepat gadis itu mencegah nya dan menghempaskan tangannya begitu saja.

"Maaf, maafin aku! " Ucap Bayu pelan dan terdengar menyakitkan tapi Dista benar-benar telah diliputi amarah saat ini.
"Ha, cuma maaf, terlambat, aku udah gak mau ketemu kamu lagi, aku mau kita putus sekarang! " Dista bangkit dari ranjangnya dan dengan badan yang sempoyongan ia berusaha sekuat tenaga untuk berjalan pergi keluar dari UKS, Bayu ingin mencegah gadis itu namun tubuhnya sangat gemetar mengingat kalimat "putus" Yang di ucapkan oleh Dista, ucapan itu benar-benar masih terdengar jelas di kedua telinganya.

Semua murid tak terkecuali Bu Veronica yang kebetulan sedang mengajar di situ, mereka semua terkejut melihat Dista yang dengan sempoyongan berjalan masuk ke dalam kelas dan nampak jelas wajahnya sangat pucat dan ketika Dista hampir terjatuh dengan cepat Bu Veronica menahan tubuh Dista agar tak jatuh.

Rani langsung berlari ke depan kelas untuk membantu Dista duduk di bangkunya, semua termasuk Bu Veronica telah meminta agar gadis itu kembali ke UKS saja, namun ia menolak nya akhirnya dengan terpaksa mereka membiarkan Dista untuk tetap di kelas, namun Bu Veronica memeberi keringanan dengan tak memaksa Dista untuk ikut pelajaran nya hari ini.

Sedangkan Pras dan Satria terlihat menoleh ke sana kemari mencari Bayu yang tak terlihat sama sekali, padahal kan harusnya jika Dista kembali maka pria itu juga harusnya kembali.

Istirahat......
"Permisi Bu! "
"Ah Dista, masuklah! " Ucap Bu Veronica pada Dista yang entah mengapa menemuinya.
"Ada apa Dista? " Ucap Bu Veronica to the point.
Dista menarik nafasnya sebelum ia melanjutkan kata-katanya nya, "Maaf Bu, tapi saya ingin menarik diri sebagai calon perwakilan sekolah untuk olimpiade nanti. "
Mendengar keputusan sang murid, Bu Veronica terkejut namun ia juga tak mau memaksa anak muridnya itu untuk ikut jika ia memang tidak mau, "Baiklah, tapi Ibu ingin dengar alasan kamu ingin keluar! " Dengan wajah yang masih pucat Dista mengatakan, "Maaf Bu, tapi saya merasa saya tidak bisa meneruskan karena kondisi tubuh saya yang kurang baik. "

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang