Seperti biasa, setelah mengantarkan Alvino yang semakin lengket sekolah, Vanya pergi ke toko kuenya. Tapi ada yang sedikit berbeda, toko yang biasanya ramai pengunjung, kini sepi meninggalkan Rina, Titin, Rendi, karyawannya. Dan seorang pria.
Apa! Seorang pria? Dia cukup mengenalnya. Dengan balutan jas hitam, pria itu duduk di salah satu kursi dekat jendela sambil mengawasinya dari saat membukakan pintu sampai menghampiri Rina yang kebetulan memanggilnya tadi melalui telepon.
Vanya menarik Rina pelan, memunggungi pria itu sambil berbisik pada Rina.
"Ada apa?" Tanya Vanya berbisik pelan.
Ditengok nya pria itu sebentar yang kebetulan dia sedang menunduk, menatap layar handphonenya. Rina kembali menghadap ke Vanya yang penasaran tentang keberadaan pria itu.
"Itu mba, ada yang nyariin mba" Katanya kembali melihat si pria, kali ini dia melihat kearah Rina dan Vanya, membuat Rina melonjak kaget. Buru-buru dia berpaling dengan wajah memerah.
"Dia? " Tanya Vanya sambil menunjuk orang yang duduk didekat jendela menggunakan dagunya. Rina mengangguk dengan mulut terkatup.
"Dia juga yang nyuruh orang-orang yang makan di sini pergi mbak" Katanya, Vanya kaget. Pantas saja sepi ternyata diusir toh.
"Aku akan menemuinya" Ucap Vanya. Ia menghampiri dan menatapnya yang dibalas juga tatapan dalam dari pria itu.
Setelah menghadap ke pria itu, Vanya duduk didepannya. "Ada apa anda mencari saya? " Tanyanya formal.
Pria itu menyodorkan amplop coklat, membuat Vanya bertanya tanya. "Apa ini? "
Dibukanya amplop itu, dibacanya dengan teliti.
"Mari lakukan tes DNA" Kata pria itu to the point. dengan otomatis Vanya menghentikan bacaannya dan melihat pria itu seraya berkerut kening.
"Apa maksud anda" Tanyanya, pria itu menautkan kedua tangannya menatap Vanya serius.
"Anak itu bukan putra anda kan? " Katanya. Vanya membola, dia tahu? Memata-matainya kah?.
"Bagaimana anda bisa yakin kalau Alvino bukan anak saya? " Ucap Vanya judes.
"Maaf! Tapi saya tidak akan melakukan tes DNA" Lanjutnya, dia beranjak dari duduknya dan akan melangkahkan kakinya, jika pria itu tidak mengatakan sesuatu yang membuat dirinya terdiam.
"Vanya Salsabilla G. 24 tahun, membuka usaha VAL CAKE, mempunyai adik laki-laki bernama Rommy Randhika G. Orang tua tidak ada, kakek-nenek dari pihak ibu, status lajang. Bagaimana anda mempunyai anak sebesar Alvino jika anda belum menikah? Dan juga anda tidak pernah dekat dengan pria kecuali kedua teman pria bodoh anda. " Jelas pria itu, Vanya berbalik dengan marah. Pria ini jelas-jelas memata-matai nya.
"Kamu! " Ucapnya penuh dengan tekanan amarah.
"Saya juga tahu alamat rumah anda. "
Vanya merasa jika pria ini menyebalkan. "Sebaiknya anda pergi sebelum saya memanggil satpam! " Ucap Vanya dengan merentangkan tangan kirinya kearah pintu.
Pria itu berdiri sambil menyelipkan tangannya ke jas hitam yang dipakainya, merogoh sesuatu disana.
Sambil mencari dia mendekatkan diri pada Vanya yang tergerak mundur, melihat tingkah dirinya. Didekatkan nya kepalanya ke telinga Vanya, dan ia membisikkan sesuatu yang membuat Vanya termangu, tidak bisa berkutik.
"Saya juga tahu anda mengambilnya" Ucapnya, setelah itu dia mengeluarkan benda tipis berbentuk persegi panjang dengan tulisan namanya yang tertera diatasnya itu diberikan kepada Vanya yang termangu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...