Bab 9

21.7K 1.7K 4
                                    

"Hai." Kata Arkan menyapa Vanya yang terdiam dengan mata melotot. Tadi, dia sudah melihat Vanya dari dalam mobilnya yang akan pergi.

Saat Arkan akan mendekati Vanya, dirinya melihat Vanya bergegas masuk kedalam mobilnya. Dan melanjukan mobilnya melewati dirinya.

"Eh.. "

Arkan melihat mobil itu sampai tak terlihat dengan tatapan yang sulit diartikan.

Beda halnya dengan Vanya yang mendumel nggak percaya.

Apa itu tadi. Bukannya rumah sebelah hanya ditinggali sepasang suami-istri yang sudah tua. Kenapa, kini dia melihat Arkan dirumah sebelah. Juga kakeknya sempat bicara kalau mau ngebandingin ketampanan anaknya dengan tetangga sebelah, apa jangan-jangan dia!.

"Ibuuu.. " Teriak Alvino saat Vanya sudah sampai disekolah Alvino.

Alvino membuka pintu mobil depan lalu duduk disamping Vanya. Setelah memastikan semua aman barulah Vanya menjalankan mobilnya kembali.

"Bagaimana sekolahnya" Tanya Vanya pada Alvino yang duduk anteng.

"Seruu! Tadi bu guru suruh Alvi maju ke depan buat jawab pertanyaan, terus Alvi benar terus kasih tepuk tangan deh. " Ucap Alvino antusias.

"Ohya.. Pinternya anak ibu" Puji Vanya seraya mengusap rambut Alvino.

"Iya dong. Ohiya bu, besok disuruh bu guru suruh bawa sikat gigi sama gelas kosong. " Jelas Alvino, Vanya mengangguk paham.

"Oke, emm... Ibu mau tanya, Tino masih gangguin Alvi nggak? . " Tanya Vanya ketar-ketir.

"Enggak sih" Jawab Alvino sambil berpose berpikir.

"Yang bener? " Tanya Vanya sekali lagi.

"Bener!. Tadi malah main bareng. " Jawab Alvino yang membuat Vanya mengangkat kedua alisnya nggak percaya. 

"Kok bisa? " Tanya Vanya keheranan. Tumbenan ponakan badung nya mau temenan sama anaknya.

"Bisa dong. Kan kemarin Alvi tolongin Tino sama ayah dari orang jahat yang mau ngambil uang Tino, terus ada syaratnya, syaratnya harus mau temenan sama Alvi. Jadi deh Tino sama Alvi berteman. Hehe.." Jelasnya menerawang kejadian kemarin yang diakhiri ketawa gaje.

"Tau nggak bu, ayah jago banget loh berantemnya. Sat set sat set. Orang jahatnya sampe babak belur. Terus yang kasih syarat juga ayah lohh. " Terangnya dengan semangat yang membara.

Vanya yang mendengar hanya mangut-mangut mengerti. Emang ya, pertemanan bocil emang unik.

"Sayang, bisa nggak kamu panggil om Arkan, om Arkan aja? "

"Emangnya kenapa bu? Nggak boleh? Om Arkan baik kok. Alvi, Alvi juga ingin punya ayah kayak teman-teman. " Ucap Alvino bertanya.

Ia menundukkan kepalanya ke bawah, melihat tangannya.

"Bukan seperti itu... Cuma,, nggak boleh sembarangan panggil orang lain, ayah. Bagaimana jika dia tidak menyukai panggilan itu? "

"Suka kok! "

"Sayang, bagaimana kalau kamu tanya sama Om Arkan. Dia suka nggak kamu panggil om Arkan, ayah. Kalau dia suka, kamu boleh panggil dia ayah, mengerti? "

"Oke." Jawab Alvino kembali sumringah.

"Loh bu, rumah kita kelewatan. " Kata Alvino setelah menyadari jika rumahnya telah lewat melalui kaca mobil.

"Kita mau jemput Om Rommy, sayang. " Jelas Vanya tanpa menjelaskan lebih rinci.

Alvino mengangguk mengerti. Dia duduk diam dengan tablet ditangannya setelah mengobrak-abrik dashbor mobil.

Tak terasa mereka telah sampai diperumahan komplek mewah. Dan memarkirkan mobilnya diperkarangan milik kakek Gio. Nama pria paruh baya itu.

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang