Bab 27

9K 717 17
                                    

PRANG!!

"Astaghfirullah."

Istighfar mereka berjengit kaget saat benda itu membenturkan dirinya ke lantai dengan suara keras.

"Hati-hati mba! Kamu nggak kenapa kenapa kan? " Ucap mama Salwa pada anak sulungnya yang berdiri mematung, dengan tatapan terpaku dilayar televisi.

Mama Salwa berdiri mengecek keadaan anaknya, beruntung benda yang pecah itu tidak mengenai tubuh anaknya. Kemudian ia memanggil Bi Ijah, selaku ART.

"Bi... Bi Ijah, tolong bersihin ya! "

"Iya nyonya" Jawab bi Ijah sembari membawa peralatan bersih-bersih.

Beliau mulai membersihkan gelas yang sudah tak berbentuk akibat ulah anak majikannya sendiri. Setelah Mama Salwa dengan paksa memindahkan Mba Adel yang terlihat syok.

Setelah beres, Bi Ijah kembali ke arah semula ia muncul dengan membawa peralatan bersih-bersih yang dibawahnya.

"Ma." Ucap mba Adel yang akhirnya membuka mulutnya setelah sekian lama diam.

"Dia pelakunya Ma. " Lanjutnya menunjuk orang yang tidak disukai Alvino. Terlihat jelas tangan itu bergetar hebat serta suaranya yang seperti menahan sesuatu didalam.

Mama Salwa mengerutkan keningnya, bolak balik antara Mba Adel dengan pria yang berada didalam layar itu.

"Maksud Mba? " Tanya mama Salwa bingung. Memang benar pria itu pelaku penculikan anak-anak, tapi apa hubungannya dengan anak sulungnya.

"Dia-dia dia yang culik putraku Ma! " Kata Mba Adel meloloskan setetes air mata, membuat mama Salwa serta Arkan terkejut akan pengakuan yang mengejutkan ini.

"APA! "

"Wak-waktu itu aku, aku sama mas Ardi berkunjung kerumah baru Prita lalu, lalu ketemu dia dan,, dan jadi,,, itu,, putraku,,, putraku,,, hiks... Ughh.. " Ujar Mba Adel ingin menjelaskan yang malah terlihat berantakan dan lalu pada akhirnya dia meruntuhkan pertahan nya.

Mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya. Namun, semakin dia ingin menghilangkan air mata itu semakin deras pula air yang mengalir dari kedua pelupuk matanya.

Mama Salwa yang nggak tahan melihat anaknya yang terlihat menyedihkan itu langsung membekapnya kedalam pelukan seraya mengusap-usap punggung anaknya supaya lebih tenang.

"Nana, Alvi main sama Om Arkan dulu ya" Pinta mama Salwa menengok pada kedua cucunya yang terlihat bingung.

"Api mama ais " Kata Nana menurunkan bibirnya kebawah, dia sedih saat melihat mamanya menangis tersedu-sedu. Rasanya ia juga ingin menangis.

"Iya mamanya biar sama Neli dulu ya sayang, kamu main sama Om Arkan dulu ya. Ohh ya, katanya Nana pengen main sama kakek Gio, kerumah kakek Gio gih, pasti ditungguin tuh sama kakek Gio. Ya Om Arkan ya. " Kata mama Salwa memberi isyarat pada Arkan untuk membawa keduanya pergi.

"Iya, yuk Na. " Bujuk Arkan sembari menggendong Nana yang sepertinya tidak mau beranjak dari duduknya, dan malah terpaku pada mamanya yang masih menangis.

Alvino, anak itu entah kenapa juga ikutan sedih saat mendengar tangisan Mba Adel yang pilu.

Arkan menggandeng tangan mungil Alvino, setelah menggendong Nana. Mereka bertiga berjalan menuju kearah pintu dengan kedua bocah itu sesekali menengok kebelakang, guna untuk melihat Mba Adel.

Dengan kepergian ketiganya, Mba Adel perlahan-lahan mulai tenang meski sesekali sesegukan.

Mama Salwa meregangkan dekapannya, dengan tangannya yang masih mengusap-usap punggung Mba Adel.

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang