Setelah dibawa pulang secara paksa, Alvino yang tertidur kemudian di letakkan di kamar pribadinya.
Butuh tenaga ekstra untuk membawanya masuk ke dalam mobil, karena terus-menerus memberontak ingin dilepaskan. Sampai akhirnya si kecil tertidur akibat elusan tangan nenek Almira.
Arkan singgah diruang kerja bersebelahan dengan kamar yang sekarang ditempati Alvino. Membuka amplop coklat pemberian Naura.
Dibacanya isi amplop itu yang ternyata bertuliskan jadwal keseharian Alvino.
Mulai dari jadwal sekolah sampai jadwal bela diri maupun jadwal ngaji tertera disana. Sampai pada akhirnya ia menemukan suatu pesan yang tertulis diakhir kalimat yang berbunyi.
"Untuk sementara jangan berikan tablet, handphone, laptop dan sejenisnya sampai amarahnya mereda. Jika melanggar, kamu akan merasakan sendiri akibatnya ;) . Apa maksudnya? " Bingungnya setelah membaca isi pesan tersebut. Tetapi ia tak terlalu menganggap serius.
Disingkirkan nya kertas tersebut, digantikan dengan kertas yang menumpuk dengan isian lebih tebal.
Hari sudah menunjuk pukul 2 siang dan rumah yang tadinya sepi, kini muncul tanda-tanda kebisingan akibat kedatangan mama tercinta yang sudah teriak-teriak dari lantai bawah. Lalu disusul suara perempuan anak kecil yang masih kurang jelas bicaranya.
Kebisingan itu tentu saja membuat konsentrasi Arkan sedikit terganggu. Tetapi masih bisa diatasi.
"IBU!! "
Jika kebisingan tadi bisa diatasi, kali ini tidak. Karena orang yang membuat kebisingan tepat berada disamping ruang kerjanya.
Arkan meletakkan semua kerjaannya yang hampir selesai dan berdiri menghampiri ruang sebelah. Setelah membuka pintu, dirinya disambut tangisan Alvino yang menyebut nama ibu.
Dirinya menghampiri Alvino yang menangis deras lalu duduk di pinggiran kasur.
"Sini" Pintanya yang dituruti Alvino, dia menggeser tubuhnya mendekat ke Arkan yang langsung disambut pelukan hangat darinya.
"Mau ibuu"
"Dengerin ayah, " Arkan merenggangkan pelukannya dan mengusap air mata yang jatuh di pipi Alvino.
"Laki-laki nggak boleh nangis, harus kuat oke."
"Ibuu" Panggilnya di sela-sela tangisannya
"Kita turun ke bawah aja yuk. "
Lalu, setelahnya Arkan menggendong bocah yang menangis itu dan turun kebawah, bertemu dengan mama Salwa serta bocah kecil berumur 1 tahun 11 bulan yang berjenis kelamin perempuan.
Bocah perempuan itu yang tadinya bermain dengan boneka beruang, kini beralih sepenuhnya pada Alvino yang berada digendongan Arkan dengan penasaran, karena suara tangisannya yang belum berhenti jua.
"Sayang kamu kenapa kok nangis? Ngomong sama neli coba, siapa yang buat kamu nangis, hmm?? " Ucap mama Salwa menghampiri, menanyakan keadaan Alvino yang tiada henti menangis.
Dielus nya rambut hitam Alvino dengan lembut, karena wajahnya yang menempel diceleruk leher Arkan, tidak mau berpaling.
"Sini sama neli yuk" Bujuknya yang tidak mendapatkan respon dari bocah yang berada digendongan anak bungsunya itu.
"Memangnya mama kuat? " Tanya Arkan merasa khawatir jika wanita yang berharga dalam hidupnya akan mengeluh kesakitan.
"Jangan remehin mama, otot kawat tulang besi ini, ya nggak Na? " Jawab mama Salwa menepuk-nepuk lengannya yang lumayan berisi, lalu berpaling meminta pendapat cucunya, bocah mungil yang masih fokus menatap orang yang berada digendongan Om nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...