Hari ini seperti yang sudah ditetapkan, Vanya beserta kedua sahabatnya diam-diam menyetujui permintaan sang kakak tanpa sepengetahuan Samuel.
Vanya sudah mengemasi barang-barang yang diperlukannya semasa pergi dalam sebulan.
Semalam setelah menghabiskan waktunya bersama Arkan. Ia mampir ke rumah kakek Gio untuk meminta izin agar kakek neneknya bisa tinggal dirumahnya untuk sementara. Karena, dia tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja tanpa pengawasan siapapun.
Si playboy Rommy sudah memasuki tahap KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama dua bulan lamanya.
Dirinya juga sudah berpamitan pada Alvino tanpa mengutarakan alasan yang sebenarnya. Bisa-bisa dirinya juga tidak diperbolehkan oleh kakek neneknya.
Alhasil, si kecil mengamuk, menangis tidak mau ditinggal sampai akhirnya ketiduran di pangkuannya.
Selesai mengemasi barang-barangnya, ia menggeret kopernya yang lumayan berat itu ke teras yang sudah ada sang kakek nenek serta Alvino yang menunggunya didepan mobil.
"Sudah semuanya Van? Nggak ada yang tertinggal kan? " Tanya kakek saat Vanya sudah memasukkan semua kopernya kedalam bagasi mobil.
"Sudah kek" Jawab Vanya menatap kakek.
"Ayo masuk. " Suruh kakek pada mereka untuk memasuki mobil.
Setelah semuanya masuk, Vanya menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah yang sudah terkunci.
Sampai di bandara, Vanya beserta rombongannya turun dari mobil dan mereka melihat kakek Gio, paman Burhan, Arkan, Mario serta Naura sudah berada disana menunggunya.
Naura melambaikan tangannya heboh, bermaksud agar Vanya dapat melihatnya.
"Ayo, mereka sudah ada disana. " Kata Vanya menunjuk keberadaan mereka yang berada di depan pintu masuk.
Vanya menggandeng tangan mungil Alvino ditangan kirinya sedangkan ditangan kanannya terdapat koper yang di geret nya.
Melihat Alvino yang tidak bersemangat, Vanya bertanya. "Kenapa murung hmm? " Tanyanya
"Alvi nakal ya? Makanya ibu ninggalin Alvi sendirian. Ibu, ibu jangan pergi. Alvi janji, Alvi nggak akan nakal lagi. " Pinta Alvino menatap wajah Vanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kata siapa Alvi nakal, Alvi baik kok. Buktinya Alvi sering bantuin ibu nganterin kue pesanan tante Uci. " Kata Vanya penuh perhatian.
"Kalo gitu ibu nggak usah pergi, disini aja bikin kue banyak banyak terus dikasih ke tante Uci. " Ucap Alvi dengan polosnya.
'Nggak gitu juga dong konsep nya tahu acii,. yang ada si Uci yang udah bulat tambah bulat dong. Sabar Van sabar, ini anak lo. Jangan lo jadiin sambel uleg. ' beda dengan isi pikiran nya, beda pula dengan raut wajahnya yang tersenyum manis menatap Alvino.
Tidak butuh waktu lama rombongan Vanya sudah sampai didepan rombongan kakek Gio.
"Sayang itu ada om Arkan" Ucapnya menunjuk dimana Arkan berdiri.
"Nggak mau sama ayah, mau nya sama ibu. " Tolak Alvino mentah-mentah seraya menggelengkan kepala nya.
"Mampus ditolak anak kecil haha... " Bisik Naura pada Arkan dengan raut bahagia.
"Diem! " Perintah Arkan dengan dinginnya yang membuat Naura langsung kicep, menunduk tak berani menatap orang di sebelahnya.
Kembali lagi pada Vanya yang masih membujuk Alvino yang masih rewel meminta untuk ikut dari semalaman.
"Nanti om Arkan nya nangis loh" Bujuk Vanya supaya si kecil mau sama Arkan.
"Biarin, aku ikut ibu aja ya" Ucap Alvino memohon dengan bibir bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...