Sebagai satu-satunya anak perempuan, Vanya berkutat didapur dengan pisau andalannya yang mengiris berbagai macam sayuran ataupun daging ayam yang ia potong kecil-kecil.
Dengan fasih, Vanya memasukkan semua bahan kedalam wajan yang berisi air mendidih yang sudah bercampur dengan bumbu yang sudah dihaluskan dan ditumis hingga harum, untuk hidangan makan malam. Dia akan membuat sop ayam sayur, Vanya juga mengiris tempe menjadi beberapa bagian dan menumbuk kentang yang sudah direbus untuk dijadikan perkedel dan tempe goreng.
Hingga pengangkatan terakhir, Vanya mematikan semua kompor yang baru saja dia pakai untuk memasak.
Vanya memindahkan perkedel yang baru saja matang kedalam piring bulat dan menaruhnya diatas meja makan. Dia menggesek kedua tangannya dengan senyum puas, saat melihat hasil karyanya telah selesai dengan sempurna. Lalu dia pergi dari dapur ke kamarnya untuk mandi, masih jam 17.28 WIB.
Setelah menyelesaikan rutinitas mandinya, Vanya membuka pintu kamarnya. Samar-samar dia mendengar keributan dari luar. Pasti ketiganya lelaki itu sudah sampai dirumah, dan benar.
Rommy dengan kejahilannya yang mendarah daging, tengah memakan semua sisa batagor milik Alvino hingga sang empunya merengek minta dikembalikan.
Karena Caka merasa kasihan, niatnya dia ingin bagi dengan Alvino. Tapi, bocah itu malah meminta semuanya, tentu saja Caka tidak mau. Dan terjadilah perebutan antara duo bocil tersebut.
Rommy, tentu saja dia membiarkannya, malah mengkompori keduanya. Misalnya...
"Ayo Al, jangan mau kalah Al. Kalo aku jadi kamu, aku bakal rebut batagor nya. "
"Ihh,,, Cak, kalo aku sih enggak bakalan kasih batagornya. Aku makan sendiri. "
"Alvi cemangat, Caka fithing. " Begitulah sorakkan yang ia lontarkan dengan lightstick logo blackpink dan nct di masing-masing tangannya, yang ia maju mundurkan dengan semangat, entah dia dapat dari mana.
"Balikin, ini punyaku! " Kata Caka menarik bungkusan plastik kuat-kuat.
"Enggak mau! Punyaku! " Ucap Alvino tak kalah kuat menarik bungkusan batagor tersebut.
"Punyaku! "
"Punyaku! "
"Punyaku! "
Vanya menghembuskan nafasnya kasar lalu menghampiri mereka. Dia mengambil batagor diantara tangan-tangan kecil itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Yah nggak asik! " Ucap Rommy, melemaskan seluruh tubuhnya kebawah, yang mana mendapatkan pelototan dari Vanya. Namun, dia berpura-pura tidak melihatnya dan berjalan dengan tidak semangatnya menuju sofa untuk duduk.
"Ah.. " Kedua anak yang kehilangan makanan itu mendesah kehilangan. Mereka mendongak, memandang batagor yang diangkat ke atas. Lalu menatap orang yang memegang barang tersebut, dia nampak menyeramkan dengan wajah tanpa ekspresi dan alisnya yang sedikit terangkat.
Dipikiran kedua anak itu, mereka seperti melihat hantu kuntilanak tingkat tinggi. Sangat menyeramkan!
"I-i-ibu... " Panggil keduanya dengan bibir bergetar.
Ngomong-ngomong, Caka mengubah panggilannya pada Vanya dari kakak menjadi ibu. Tentu saja Rommy ikut andil dalam peran tersebut.
Waktu mencari batagor tadi, Dia terus menghasut Caka untuk memanggil Vanya ibu seperti yang Alvino biasanya panggil alih-alih kakak. Dia sampai mengancam, jika tidak memanggil seperti yang ia inginkan. Dia akan meninggalkannya ditaman. Maka dari itu, dibawah tekanan Rommy, Caka mengiyakan apa yang diinginkan orang dewasa itu.
Dan untuk Alvino, dia menerimanya walaupun diluarnya kelihatan enggak bersahabat. Tapi sebenarnya dia cukup menyukai Caka karena bisa menjadi teman dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...