Kelopak mata yang tersapu oleh kuas, meninggalkan warna coklat kemerlip. Bibir yang di poles dengan warna merah muda. Gaun kebaya putih dengan aksen payet dengan wiron sebagai bawahan. Selendang putih yang dibentuk menjadi kerudung, dan terakhir mahkota kecil yang disematkan diatas selendang putih.
Sementara itu didepan rumah mempelai wanita, keluarga mempelai wanita tengah menyambut kedatangan mempelai pria. Pria yang berada di tengah, diapit oleh kedua orang tuanya itu mengenakan jas putih dipadukan dengan kain batik yang melilit di pinggang, mengenakan celana panjang putih dan kopiyah atau peci warna senada.
Wajahnya diberi sedikit make up dan bibirnya diberi lipblam agar tidak terlihat pucat saat di kamera.
Mempelai pria dipersilahkan untuk duduk ditempat yang sudah dipersiapkan. Duduk berhadapan dengan penghulu juga wali nikah, dengan meja sebagai pembatas. Dan diatas meja tersebut ada berbagai surat-surat untuk kepentingan pernikahan kedua mempelai.
Setelahnya sang wali menyuruh seseorang untuk menjemput mempelai wanita. Dan Naura dengan sigap berdiri, menjemput mempelai wanita.
Tak lama kemudian, Naura muncul bersama mempelai wanitanya yang tengah diapitnya. Lalu Naura mendudukkan mempelai wanita disamping mempelai pria yang sedari tadi memandang sang mempelai yang sebentar lagi menjadi pasangan seumur hidupnya tanpa berkedip.
Dia terpesona dengan kecantikan yang menguar pada calon pasangannya itu.
"Mas Arkan harap fokus kesini dulu, nanti dilanjutin lagi memandangi mba Vanya nya. " Ujar pak penghulu dengan logat medok, yang membuat mempelai pria atau Arkan, tersadar dari kekagumannya dan beralih memandang pak penghulu.
"Istri saya cantik pak. " Ucap Arkan frontal hingga membuat Vanya tersenyum malu.
"Yo belum jadi istri, wong belum disahkan kok. " Kata pak penghulu seraya menaikkan kacamatanya yang sedikit melorot.
"Yaudah, sekarang aja pak. "
"Mas Arkan nya sudah siap? " Tanya pak penghulu.
"Siap pak. " Balas Arkan mantap.
"Ya sudah, pak wali monggo, silahkan. " Kata pak penghulu mempersilahkan kakek Gio, sang wali nikah untuk melangsungkan acara sakral tersebut.
Arkan menjabat tangan kakek Gio dan membaca ijab qobul dengan pengulangan dua kali, karena saking gugupnya dia.
"Para saksi sah?! "
"SAH!! " Ucap para warga sekampung dengan kompak, Kemudian pak penghulu membacakan do'a penutup.
Selepas do'a, Vanya menyalami punggung tangan Arkan, dengan Arkan yang mencium kening Vanya. Vanya dan Arkan menandatangani surat-surat yang berada diatas meja.
Selesai ijab qobul, acara dilanjutkan dengan resepsi pada siang hari. Para tamu berdatangan dan pergi silih berganti, dan kedua pasangan tersebut terkadang harus berdiri menyambut para tamu berjam-jam lamanya dengan senyum yang tak pernah luntur dikedua bibir mereka.
Hingga menjelang akhir keduanya, tidak! Keempatnya ditambah Samuel dan Naura, dikejutkan oleh kedatangan Mario dengan pasangannya yang tak lain, tak bukan adalah Della, mantan tunangan Arkan.
"Ohoo... Apa ini?! Nggak salah liat kan gue. " Kata Naura seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Selamat ya bro, adik kecil selamat, baik-baik jadi istri. " Ujar Mario memberi selamat kepada kedua mempelai. Menjabat tangan kanan Arkan.
"Makasih ya kakak tua. " Sarkas Vanya. Mentang-mentang bulan lahirnya lebih duluan daripada dirinya yang diakhir bulan, dia jadi sering mengatainya adik kecil, waktu jaman kuliah dulu. Padahal mereka seumuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...