Dua menit setelah kepergian papa Eko, Vanya baru ingat tentang ice creamnya, dan mungkin sekarang sudah mencair, dia beranjak dari duduknya tanpa menyentuh kopinya sama sekali.
Baru juga keluar dari cafe, sepedanya kembali hilang. Dia ingat, Papa Eko telah menurunkan sepedanya, dan menaruhnya disamping tiang. Jangan-jangan kali ini benar-benar hilang.
Yah,, mana belanjaannya dia taroh semua diranjang lagi.
'Ceroboh banget sih lo Van!' Batinnya, seraya celingukan mencari. Siapa tahu pencurinya dengan baik hati menaruh belanjaannya dibawah.
Kang parkirnya juga, Tiba-tiba nggak ada. Padahal tadi saat memarkirkan mobil sedan papa Eko, dia masih ada. Bahkan membantu papa Eko menurunkan sepedanya. Vanya kan jadi nething ke kang parkirnya.
"Sayang! " Panggil seseorang dari arah belakang sembari menepuk bahunya pelan.
Vanya merajuk lalu menoleh ke belakang.
"Astaghfirullah! Hihh,, ngagetin aja! '' ujarnya, menghentakkan salah satu kakinya, kesal.
Vanya sampai menabok bahu Arkan keras, saking kagetnya.
''Hehe.. Habis daritadi aku liatin, sayang kayaknya cari sesuatu, siapa? Aku ya? " Ucapnya pede seraya mengelus bahunya yang sakit akibat tabokan dahsyat dari Vanya.
Rasanya ituloh, nggak main-main.
"Hihh!! Pede, orang aku cari sepeda aku kok. "
"Loh, emang sepeda sayang kemana? " Ucap Arkan kaget.
"Nggak tau, ilang kali. Tadi aku taroh disitu, terus nggak ada. " Jelas Vanya sembari menunjuk tempat sepedanya yang dulu terparkir.
Meski dengan wajah yang biasa-biasa saja, tapi tidak dengan hatinya yang merasa sayang.
'Huu,,, ayah maafkan anakmu ini yang tidak bisa menjaga harta karun peninggalan ayah.'
Arkan berhenti mengelus bahunya dan memasang muka simpati.
"Turut prihatin ya sayang. Yaudah kalo gitu, aku anterin aja gimana? " Tawar Arkan dengan senyum termanis menurutnya.
Vanya mengangguk.
"Yaudah iya"
Lagian dia tidak bisa memesan ojol, ia lupa membawa handphone nya. Dan satu lagi, untuk saat ini, dia akan berpura-pura lupa kalau mereka sedang musuhan. Lagipun ada tumpangan gratis, tidak baik untuk menolak.
Maka, kedua orang itu berjalan menuju mobil Arkan yang terparkir tidak jauh dari posisinya. Vanya masuk ke dalam mobil tanpa menyadari sesuatu dibagian belakang. Mungkin, jika Vanya sedikit saja menengok ke belakang, dia akan menyadari sesuatu yang dicarinya ada disana. Dan kemungkinan besar Vanya akan mengamuk pada Arkan.
Setelah Arkan masuk dan menjalankan mobilnya, Vanya merasakan lengannya dicolek dari belakang.
Penasaran. Vanya menengok ke belakang, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat Alvino duduk sendirian di belakang dengan senyum yang mengembang dibibirnya.
"Loh Alvi! Kok kamu disini?! " Kaget Vanya.
Alvino cengengesan sambil memakan keripik singkong berbumbu merah dalam kemasan, disampingnya ada sebuah susu kotak mini rasa coklat. Dia seperti mengenalinya.
Bukannya apa, tapi dua plastik kresek besar berlogo, ada di kedua sisi bocah itu. Dan masing-masing berisi snack, seperti yang ia beli tadi.
"Itu beli jajanannya kok banyak banget? Nanti sakit perut loh. " Kata Vanya memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...