Dilihatnya Arkan yang senyum-senyum nggak jelas, kadang tersenyum kecil, kadang tersenyum miring, kadang tersenyum lebar membuat Vanya bergidik ngeri.
'Kesambet apaan calon bapak satu ini' pikir Vanya membatin.
"Ngapain senyam-senyum, kayak orang gila. " Tak tahan, akhirnya Vanya mengutarakan apa yang ada di isi kepalanya.
Arkan menengok ke samping, dimana Vanya berada dengan senyum terpatri dibibirnya.
"Nggak papa,, emm.. Nanti aku telepon kamu boleh? " Tanya Arkan fokus melihat ke depan, sesekali menengok Vanya di sampingnya.
Vanya memiringkan tubuhnya menghadap Arkan dengan memiringkan kepalanya dan berekspresi bingung seakan bertanya.
"Hah?? "
"Besok pagi aku ke rumah kamu ya, sekalian anterin Alvino sekolah" Kata Arkan kalem.
Untuk kesekian kalinya Vanya dibuat melongo. Dia tidak salah dengarkan. Jangan-jangan demam lagi.
Vanya meletakkan punggung tangan di dahi Arkan dan juga meletakkan sebelah tangannya lagi di dahinya. Mengecek suhu tubuh.
"Enggak panas, normal kok. " Ucap Vanya pada diri sendiri. Dia lalu menurunkan tangannya yang berada di dahi Arkan.
Arkan sendiri sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Vanya pada dirinya. Tak lama ia tersenyum tertahan.
"Aku nggak demam. Tapi, sepertinya hatiku yang demam. " Ujar Arkan menggombal.
Vanya menyerngit dengan mata membola, menggeser tubuhnya kesamping mepet dengan pintu mobil.
"Saha eta?! " Tanya Vanya random, membuat Arkan tertawa.
Dirinya tidak membalas pertanyaan Vanya, fokus menyetir dengan senyum cerah terpasang dibibirnya.
Interaksi mereka dilihat oleh Alvino yang berpura-pura tidur. Ia berharap, semoga apa yang ia harapkan menjadi kenyataan.
Sampai dirumah, Vanya menggendong Alvino dan menatap Arkan yang berada didalam mobil.
"Terimakasih" Ucapnya berterimakasih.
"Sama-sama" Jawab Arkan.
"Kalau begitu aku pulang dulu, Assalamu'alaikum. " Lanjutnya berpamitan.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati. " Salam Vanya membalas salam Arkan.
Arkan mengangguk lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah yang ditinggali Vanya.
Kemudian Vanya membawa Alvino masuk ke dalam. Saat akan menurunkan Alvino di kasur. Bocah itu malah membuka matanya dengan cengiran yang terpatri di bibir nya.
"Kamu nggak tidur? " Tanya Vanya setengah kaget.
"Hehe.. " Cengir Alvino.
Vanya tersenyum miring dengan membuat ekspresi menggoda lalu, dia menusuk-nusuk perut Alvino menggunakan tangannya sambil berkata.
"Hayo kamu boong ya?,,,, rasain nih jurus kitik,, tik kitik kitik kitik..... " Ucapnya menggelitik yang membuat Alvino tertawa kegelian.
"Haha... Ampun bu haha.... " Ampun nya di sela-sela tawanya.
"VANYA, ALVI MANDI!! "
"Iya nek! Alvi ayok mandi. "
Kegiatan mereka diinterupsi oleh teriakan nenek untuk menyuruh mereka mandi.
Akhirnya mereka berdua pun mandi. Setelah itu mereka berkumpul bersama diruang tamu selepas makan malam bersama.
Sedang asik-asiknya nonton sinetron, handphone Vanya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...