Mario berbalik dengan raut berubah dingin lalu masuk kedalam, membantu sahabatnya yang berada didalam.
------------
Di situasi Vanya dan Naura serta Yanto. Ya Yanto, kalian tidak salah dengar Yanto yang sering diejek Yanti oleh Naura itu juga ikut. Dia memaksa mereka untuk ikut menyertakan dia.
Awalnya keempatnya menolak, namun, entah bagaimana caranya dia akhirnya diikut sertakan dengan syarat tidak merusak rencana mereka dan dia pun setuju.
Dan disinilah dia berhadapan dengan pihak lawan yang menyandera korban ditangan kanannya dengan pistol mengarah dikepala korban.
Anehnya, anak kecil yang menjadi korban itu hanya terdiam dengan raut hampa. Seolah-olah tidak ada harapan untuk hidup.
Dahi Vanya berkerut, Bagaimana bisa ada anak membuat ekspresi seperti itu.
"Turunkan senjata kalian atau anak ini aku bunuh! Cepat!! " Teriak pria gemuk itu mengalihkan perhatian Vanya dari anak itu.
Benar kata Naura, pria ini lebih menjijikkan daripada fotonya.
Semakin memandang semakin besar keinginan untuk membunuhnya. Sejak pertama kali melihat fotonya ia sudah tidak menyukai orang ini, padahal mereka tidak kenal satu sama lain juga tidak punya masalah apapun. Tapi entah bagaimana ada rasa benci yang membara dihatinya.
Pria itu bertubuh gempal dengan lemak dimana-mana, dengan tinggi badan sekitar 168 cm, termasuk golongan pendek bagi kaum pria. Terdapat benjolan benjolan besar tidak merata dibagian wajahnya yang membuatnya terlihat seram.
Lalu di sebelah pria itu, terdapat seorang pria muda seusia Rommy, berdiri dengan raut datar, tapi bisa dilihat ada sedikit gelombang fluktuasi di kedalaman matanya saat menatap seseorang didepannya, dan itu terjadi hanya sebentar sebelum kembali ke semula, datar.
Dan yang paling menarik dari pria muda itu adalah wajahnya yang sangat mirip seseorang yang dengan paksa ikut.
"Aduduh,, kalem dong pak tua, jangan marah marah nanti cepat tua, ehh... Kan emang tua yak, haha.." Kata Naura yang malah berakhir ketawa mengejek.
"Aku tidak main-main! Turunkan senjata kalian cepat!! " Ujar pria itu dengan serius, tidak bercanda.
"Baik. " Kata Vanya meletakkan pistolnya dilantai. Tanpa sepengetahuan pihak lawan, dia mengeluarkan tabung kecil yang berisi 3 butir obat bius kedalam ujung pakaiannya.
Begitu pula dengan Naura dan Yanto yang sudah diberi intruksi jika sewaktu-waktu ada kajadian seperti ini.
Ketiganya mengangkat tangan seolah mengkonfirmasikan bahwa mereka telah menuruti perintahnya dan tidak menyembunyikan apapun.
"Lemparkan kesini, cepat! " Titahnya dengan mata berbinar terang.
Bukannya melemparkan seperti yang dipinta pria gemuk itu, mereka malah menendangnya hampir ketengah secara ogah-ogahan. Juga menurunkan tangannya kebawah.
"Ambil." Perintah pria itu pada pria muda di sampingnya dan langsung dituruti oleh pria muda itu.
Dia berjalan dimana pistol itu ditendang, lalu memungutnya.
"Baguslah kamu baik-baik saja, kamu juga telah mewujudkan keinginanmu, aku bangga padamu. " Ujarnya.
Untuk pertama kalinya dia menyusun kalimat yang panjang setelah sekian lama dia hanya mengeluarkan dua, empat kata saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
General FictionVanya tak menyangka, dirinya menemukan bayi diantara sampah di pembuangan sampah. Entah karena iba atau keusilannya ia memungut bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan merawatnya. Namun, apa jadinya jika enam tahun kemudian. Keluarga asli bayi ter...