Jangan lupa vote 😚
Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 🔥
•
•Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
♾♾♾
Brianna mengerjapkan mata, menyesuaikan cahaya yang menusuk bola mata berwarna hazel tersebut. menggulirkan matanya ke seluruh penjuru ruangan yang ditempatinya. Bau menyengat khas rumah sakit merasuk ke indra penciumannya. Menaikkan tangan, tertancap jarum infus di pergelangan tangan kirinya.
Amanda yang duduk di sofa mendekat saat melihat pergerakan Brianna. "Brianna? Kau sudah sadar?"
"Mama..." Brianna bangkit, bersandar di kepala ranjang. Amanda pun membantunya.
"Minum?"
Brianna mengangguk. Amanda membantu Brianna untuk minum. "Apa yang kau rasakan?" Tanya Amanda.
Jangan lupakan profesi Amanda. Tapi, dirinya tidak bertugas di rumah sakit ini.
"Jauh lebih baik, Ma."
"Merasa takut? Trauma?" Tanya Amanda.
Brianna menggeleng, "Mentalku tidak selemah itu, Ma." Ia tersenyum tipis.
Amanda mengusap puncak kepala Brianna. "Mama lega, kau bisa selamat dan tidak ada luka dalam."
Pintu terbuka, keduanya melirik. Jenderal Adnan yang tiba, terlihat gagah dengan seragamnya.
"Pa, bagaimana keadaan Uncle?" Tanya Brianna begitu Jenderal Adnan mendekat.
"Dia baik-baik saja." Jenderal Adnan meneliti kondisi Brianna. Tidak terlihat lemah walau wajahnya masih pucat.
"Aku baru saja memarahi Norman, bagaimana bisa membiarkan bandar narkoba menjadi agen disana." Ujar Jenderal Adnan kemudian. "Pria yang menyekapmu, dia anak Greg."
Brianna tidak terkejut, ia sudah mengetahui hal itu. "Eric sudah mempersiapkannya, Pa. Dia begitu lihai memanipulasi identitas— menutupi jati diri sesungguhnya, serta menyusup sebagai pengkhianat."
"Brianna, apa pria itu melakukannya padamu?" Amanda bertanya ambigu. Ia bertanya demikian karena melihat leher Brianna di penuhi bekas percintaan.
Brianna menggeleng, ia paham kemana arah pembicaraan Amanda.
"Baguslah. Jika iya, aku berniat mengebirinya." Sahut Jenderal Adnan.
Amanda memukul lengan Jenderal Adnan, "Itu terdengar menyeramkan. Lagipula, dia juga akan dipenjara seumur hidup."
"Kami bangga padamu, Brianna. Kau wanita yang tangguh." Tutur Jenderal Adnan.
"Tidak, Pa. Aku gagal. Jika tidak ada yang menolongku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Mereka menolongmu karena mengikuti jejak yang kau tinggalkan." Sahut Jenderal Adnan.
"Usahamu tidak sia-sia, Brianna." Amanda tersenyum.
Brianna lantas melirik ke sekitar, mencari seseorang.
"Papa mengusirnya." Jenderal Adnan tahu siapa yang dicari Brianna.
"Kenapa diusir?" Cicit Brianna.
"Blue hanya memelototimu sejak semalam. Papa menyuruhnya pulang untuk beristirahat."
Brianna tersenyum tipis, Blue seperti itu mungkin karena mengkhawatirkannya.
"Apa tidak sebaiknya memberitahukan kondisimu pada Jillian?" Ujar Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double B
Roman d'amourEntah kehidupan kedua atau penglihatan yang diberikan Tuhan padanya, ia menghindari kematian, berjanji akan membalas semua kepedihan yang pernah ia dapatkan. Secara kebetulan, Brianna dipertemukan dengan pasangan suami istri yang benar-benar tulus...