Chap 01

1.4K 110 10
                                    

Seorang anak kecil sedang asik bermain pasir pada sebuah taman. Anak tersebut terlihat cantik dan menggemaskan meski pun ia seorang anak laki laki. Tak jauh dari sana datang seorang anak laki laki yang lebih tua darinya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya anak yang lebih tua.

"Menunggu kakak datang, kan aku sudah janji kalau aku akan datang lagi kesini menunggu kakak. Hehehe... Kakak tampan, ayo kita berfoto bersama. Kakek ku memberikan aku sebuah kamera, kata kakek nanti fotonya akan tercetak dengan sendirinya. Nanti kita dua kali ambil fotonya ya? Satu buat aku, satu lagi buat kakak tampan simpan." Ujar yang muda dengan antusias.

"Kenapa juga aku harus menyimpan foto bersama dengan mu, dan kau kira aku mau foto bersama dengan mu. Kau penipu kan, siapa sih yang mau dengan mu."

Mendengar perkataan itu membuat yang muda menundukkan kepalanya, ia merasa sedih karena kakak tampan yang ia idolakan selama ini nampaknya ikut membenci dirinya. Hampir saja air mata itu terjatuh, tapi yang tua segera merebut kamera dari tangan yang muda.

"Angkat kepala mu cepat! Aku tidak mau ada orang lain yang melihat aku bersama dengan seorang penipu seperti mu." Lanjut yang tua.

Dengan segera yang muda mengangkat kepalanya dan memberikan senyumannya yang manis. Dua kali ia sudah mengambil foto dan masing masing dari mereka sudah memegang selembar foto. Yang muda tersenyum puas kala melihat foto tersebut.

"Aku janji akan menyimpan foto ini dengan baik, karena aku sayang sama kakak tampan, jadi aku tidak akan menghancurkan apa pun yang berkaitan dengan kakak tampan!"

"Heh penipu kecil!" Seru yang tua dan yang muda menatap yang lebih tua dengan wajah sedihnya, padahal baru saja tadi ia tersenyum bahagia. "Jangan pernah datang lagi ke taman ini apa lagi untuk menunggu ku, karena nanti malam aku akan pindah ke luar kota. Dan kita tidak akan pernah bertemu lagi."

"Kakak bohong kan? Tidak mungkin kan kita tidak bisa bertemu lagi? Memangnya kakak tidak mau main kesini lagi?"

"Tidak! Lagi pula kota yang akan ku tinggali nanti sangat jauh dari sini."

"Meski pun begitu aku akan tetap menunggu kakak tampan datang! Aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu, dan kita bisa bersama sama lagi seperti waktu itu. Aku sayang sama kakak tampan."

"Jangan harap aku akan sayang juga ke kamu!"

"Tapi waktu itu kakak bilang sayang sama aku dan kakak akan selalu bersama aku."

"Itu dulu saat aku belum tau kalau kau penipu kecil!"

Yang muda menundukkan kepalanya lagi untuk kesekian kalinya, ia memainkan ujung kaosnya dengan kuat. "Tapi kan kak, aku bukan penipu."

"Bagi ku, kau itu penipu! Sudah, aku mau pulang!"

Yang muda hanya bisa menatap yang tua pergi dengan air mata yang sudah membasahi ke dua pipinya yang gembul.
"Aku bukan penipu kak, jangan pergi..."









"Haaah... Sial... Kenapa harus mimpi itu lagi! Apa gak ada mimpi lain?"















"Hehehe... Akhirnya kita ketemu lagi, kakak tampan! Apa kau masih ingat dengan ku? Membayangkannya saja membuat jantung ku berdebar! Kakak tampan, tunggu aku!"























Di sebuah kampus ternama, para mahasiswa dan mahasiswi sedang berjalan kesana kemari. Ada yang hendak memasuki kelas, ada juga yang baru keluar kelas.
Dan ada sebuah geng yang berisikan pria pria tampan sedang duduk santai menikmati kudapan yang ada pada sebuah kantin. Banyak wanita yang datang menghampiri memberikan makanan yang mereka buat, ada juga yang sedang mencoba merayu kelima pria tampan tersebut.

Hingga ada seorang lelaki dengan tubuhnya yang kecil seperti wanita, dan kulitnya yang begitu putih mulus menghampiri ke salah satu pria disana. Lelaki kecil itu, memberikan sebuah coklat putih pada pria incarannya. "Ini buat kakak." Ucapnya.

"Wew..."
Ke empat laki laki teman si pria idaman itu meledeknya dan menatap sinis ke lelaki kecil tersebut. Alasannya? Bukan karena dia lelaki pertama yang mencoba mendekati salah satu dari mereka berlima. Melainkan dengan pakaian yang di kenakan oleh lelaki kecil tersebut.

Masih bagus sih, tidak usang, hanya saja... pakaiannya terlihat murahan.
"Jadi ini, mahasiswa miskin yang berhasil masuk ke kampus kita berkat beasiswa." Ucap salah satu pria disana.

"Maaf kak, tapi aku tidak semiskin itu. Emm, kak Yusa. Tolong terima coklat putih buatan ku ini. Aku membuatnya special khusus untuk kakak, karena aku tau, kakak sangat suka coklat putih." Ucap lelaki kecil itu kepada pria idamannya yang bernama Yusa.

Yusa mengambil coklat tersebut sambil berdiri, ia menyunggingkan senyuman ke arah lelaki kecil itu. Membuat ia merasa senang. Namun, kesenangan itu hilang dalam hitungan detik saja, karena Yusa menjatuhkan coklat itu kemudian menginjak injaknya hingga hancur.

"Ayo pergi!" Ucap Yusa lalu mereka semua pergi menyisakan lelaki kecil itu yang sedang menjadi sorotan orang orang. Lelaki itu memungut kembali coklat putih tersebut dan membawanya pergi.

"Tidak apa Akira, mungkin di lain waktu kak Yusa akan menerimanya. Semangat!" Seru lelaki kecil itu yang bernama Akira menyemangati dirinya sendiri.

"Akira....!" Teriak seorang pria tinggi nan tampan yang berlari menghampirinya. "Bagaimana? Apa coklat mu di terima?" Lanjutnya bertanya.

"Hehehe... Liat ini Fumi." Akira menunjukkan coklatnya yang hancur kepada Fumi, sahabatnya.

"Kurang ajar itu si Yusa, berani beraninya dia hancurkan coklat buatan sahabat ku ini! Kan aku udah bilang ke kamu, dia itu dan juga geng nya bedebah semua, jangan coba coba deketin dia!"

"Tapi Fumi..."

"Apa? Mau bilang lagi kalau dia belahan jiwa mu yang selama ini kau nanti? Kekasih hati mu sejak masa lampau? Akira... Kamu itu terlalu banyak menonton film, jadinya begini nih, apa apa di sangkut pautin."

"Ish apaan sih... Kan aku cuma bilang ke kamu kalau aku merasa seperti orang di film rekarnasi itu, aku seperti ada ingatan tentang masa lalu tapi sayangnya aku gak bisa inget sepenuhnya. Yang bisa aku inget itu cuma aku sangat menyukai seorang pria yang begitu tampan dan juga baik. Dan waktu pertama kali aku melihat kak Yusa, aku merasa dialah orangnya."

"Tuh tuh lihat... Mulai kan mengkhayalnya, udah kedoktrin kamu tuh sama itu film. Mulai sekarang kamu udah gak boleh nonton film lagi, tonton tuh berita buat nambah wawasan."

"Nyebelin!" Akira berjalan meninggalkan Fumi, dan Fumi pun mengikutinya.

"Akira, tapi kau baik baik saja kan?"

"Tentu saja! Ini kan baru permulaan! Perjalanan masih jauh, aku pasti bisa dapatin kak Yusa. Karena aku cantik melebihi wanita, lelaki mana pun bisa ku buat jatuh cinta."

"Ck! Terlalu percaya diri."

"Tapi benar kan, buktinya kau juga menyukai ku."

"Itu dulu dan itu kesalahan terbesar dalam hidup ku."

"Apa maksud mu bicara seperti itu? Memangnya aku seburuk apa sampai di anggap kesalahan." Akira memajukan bibirnya merasa kesal.

"Karena kau tergila gila sama film fiktif dan merasa kau seolah olah merasakan apa yang di rasakan oleh peran utama itu. Kalau aku sampai jadian sama kamu, haaah... aku tidak bisa membayangkannya lagi."

"Berlebihan kamu! Untungnya saja aku menolak mu, kalau tidak aku bisa malu memiliki pacar yang lebay kaya kamu."

Fumi memperhatikan punggung Akira yang sedang berjalan. "Sayangnya, aku masih berharap pada mu Akira..."



































































































Next chap nya,
Kapan kapan ya
Kalau yang baca udah banyak :v

New Life (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang