"Bagi dunia, kamu mungkin satu orang. Tetapi, bagi satu orang kamu adalah dunia."
Mentari mulai menyoroti jendela kamar Jayaksa.
Eza bangkit dari tidurnya, ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing "Kenapa gw ada disini?" Lirihnya
Ia menoleh kearah Jayaksa yang masih terlelap dengan posisi tidak seperti biasa
Pria itu sudah meluruskan seluruh tubuhnya dengan kedua tangan yang terlipat diatas perut
"Jay?" Panggil Eza
Tidak ada pergerakan sama sekali
"Lo dengar gw kan?"
Jayaksa masih enggan terusik
Eza penasaran dan langsung mendekat sambil mengecek nafas pria itu "Lo gak mati kan?"
"Ngapain lo tidur kayak gini hah?! Lo mau bikin gw panik?!" Lanjut Eza teriak sambil mengguncang tubuh Jayaksa
Tak terasa air mata menetes begitu saja, Eza merasa terpukul saat meyakini tidak ada lagi hembusan nafas dari temannya itu
"Bangun! Belum saatnya!"
"JAY!!"
Wush
Eza segera membuka matanya
"Anjir gw kira nyata!" Rutuknya sambil membanting guling yang ada di sampingnyaNamun memang betul, ia berada di rumah Jay sekarang, tapi kemanakah pemilik rumah itu?
Eza bangkit dan segera turun menuju lantai bawah, ia menggaruk tengkuknya karena tidak ingat kejadian semalam, mengapa dirinya bisa nyasar ke rumah Jay? pria itu mengendus pakaian miliknya yang ternyata masih bau alkohol
Terlihat oleh kedua matanya, Jayaksa sedang menyiapkan beberapa makanan termasuk buah buahan untuk Eza supaya bisa menghilangkan pengar pasca mabuknya itu
"Lo udah bangun?" Tanya Jay yang sedang menata makanan di meja makan
Eza segera mempercepat langkahnya menghampiri Jay, pertama ia sangat penasaran kenapa bisa dirinya berakhir di rumah Jay? Namun ia lebih penasaran lagi akan kondisi pria itu
"Lo gapapa kan?" Tanya Eza menghentikan pergerakan pria yang ada di hadapannya, Eza mengecek dari atas hingga bawah untuk memastikan
"Apaan sih lo! yang ada gw yang nanya lo gapapa?" Tanya balik Jay kepada Eza
"Kenapa lo bisa mabuk begitu?" Lanjutnya dengan tatapan serius
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna | Jasuke Enhypen
Hayran Kurgu[MOHON MAAF BOOK INI SEDANG DI REVISI🙏] Arka selalu dituntut menjadi nomor satu oleh ibunya, terutama dalam hal menyaingi Jayaksa. Sementara Jayaksa, meskipun ia telah berusaha keras, ia tidak pernah mendapatkan apresiasi apapun dari kedua orang tu...