Rupanya hari ini latihan berpedang oleh Robert Dams diliburkan, katanya dia sedang melatih anaknya untuk ikut kompetisi yang akan anaknya ikuti.
Akhirnya aku menganggur dan tidak mempunyai kegiatan di rumah. Di sini tidak ada TV apalagi internet, bagaimana orang-orang di sini melawan rasa bosan mereka? Seandainya ada minuman keras, mungkin saja aku sudah mabuk saat ini. Tetapi Michelle tidak menyimpannya. Mungkin aku harus meminta pada Albert, mana mungkin orangtua seperti dia tidak menyimpan minuman keras tersebut.
Nelda melambaikan tangan kepadaku, dan aku membalas lambaian tersebut, saat ini dia ingin menuju sekolahnya. Dari jauh aku melihat secara fisik kalau dia semakin dewasa. Lekuk tubuh dan dadanya semakin terlihat jelas di balik bajunya. Aku teringat ketika membangunkannya pagi tadi, dadanya lumayan empuk dan besar.
Aku menggelengkan kepala.
Kenapa denganku ini? Apakah aku sudah mencapai masa puber? Bukankah terlalu cepat, padahal umurku sekarang ini baru 7 tahun.
Pikiranku semakin kotor.
Karena itu untuk menjernihkan pikiran, aku mengambil pedang kayuku dan menuju tanah lapang yang jaraknya tidak terlalu jauh. Aku memutuskan untuk melatih lagi tekhnik berpedang. Karena rupanya beladiri dengan pedang sangat krusial dan bermanfaat ketika sedang dalam keadaan terdesak di dunia ini.
Sambil menebas-nebaskan pedang kayu, aku mengingat-ingat siapa saja yang pernah aku lawan.
George beserta gerombolannya, si pembully Biotos yang aku lupa siapa nama mereka. Aku beruntung karena mereka tidak terlalu lihai berkelahi. Tetapi para kurcaci itu sangat mengkhawatirkan. Semalam nyawaku hampir saja direnggut oleh mereka. Bila bukan karena pedang yang aku pungut itu, mungkin saja sekarang ini aku sudah diperkosa dan dimakan oleh para kurcaci.
Pikiranku tidak terlalu fokus, sehingga tidak menyadari kedatangan seseorang di sampingku. Dia menyentuh pundakku dan aku secara refleks mengayunkan tongkat pedang ke arahnya.
Aku berpikir kalau aku berhasil mengenainya.
Tetapi gerakannya begitu cepat, dia berhasil menunduk. Lalu melompat ke belakang untuk mengambil posisi aman. Itu salah satu pelajaran yang diajarkan oleh Robert Dams. Jangan terlalu dekat dengan jarak serang musuh.
Sekarang aku dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang membuatku kaget.
"Hei, hei tenang bocah. Aku datang dengan damai." Dia mengangkat kedua tangannya, aku melihat sebuah pedang yang tersarung di pinggangnya.
Dia seorang pria dewasa, dengan rambut coklat panjang yang diikat seperti ekor kuda.
"Apa yang kau lakukan sendiri di sini bocah? Apa kau tidak mempunyai teman?"
"Hanya sedikit melatih gerakanku." Kataku, aku tidak memasang kuda-kuda bertahan. Namun tetap siaga.
"Oh.. jadi kau ingin ikut kompetisi itu juga?"
"Kompetisi? Apa maksudmu?"
"Bukankah kau tinggal di sini? Harusnya kau lebih tahu daripada aku bocah." Pria itu duduk dan meminum air dari wadah minumnya. "Di kota sedang ramai orang-orang dan pesuruh kerajaan membenahi tenda untuk perlombaan minggu depan."
Pria itu mengeluarkan selembaran dari tas buluknya, dia berjalan mendekat lalu menyerahkan selembaran itu padaku.
Itu adalah selembaran yang sama dengan yang aku lihat ketika mengantar Biotos semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated Boss
Fantasy(17+) Tony Accardo, seorang bos mafia yang disegani hampir di seluruh dunia mendapati dirinya tidak terbangun di kamar tidurnya yang nyaman. Melainkan terbangun di depan pintu panti asuhan di malam hari saat hujan lebat sebagai bayi yang bernama Art...