Harusnya masalah tentang pedang ragnarok ini selesai dengan cepat dan mudah, Metius memberikan sarung miliknya. Ragnarok tidak mengoceh lagi dan aku bisa pulang serta beristirahat di dalam kamarku yang hangat.
Namun tidak semudah itu.
"Bagaimana kalau kita coba saja memakaikan sarung tersebut langsung? Tanpa harus menggunakan rantainya." Usulku.
"Hhmm.. sepertinya itu ide yang sangat sia-sia nak, tapi mari kita coba."
Aku kembali menyingkap selimut dari ragnarok dan dia kembali mengoceh tidak karuan, begitu nyaring sehingga telingaku hampir berdenging.
Metius menyarungkan pedang tersebut, dengan posisi aku yang memegang gagangnya. Suara ocehan ragnarok teredam.
"Sepertinya berhasi—"
Sebelum aku dapat menyelesaikan kalimatku, sarung pedang terpental dan sialnya mengenai selangkangan Metius.
Dia kembali terbaring sambil memegangi bagian bawah perutnya tersebut.
"K-kejantananku...ughh..." Suaranya lirih seperti orang yang mengantuk.
"Sial." Kataku.
"BANGSAT! SIALAN! BOCAH PIRANG! BERANINYA KAU MENUTUPIKU MENGGUNAKAN SELIMUTMU YANG BAU ITU! TIDAK TAHUKAH KAU KALAU DULU AKU— "
Aku kembali menutupinya dengan selimutku yang bau sebelum ragnarok berhasil menyelesaikan kalimatnya.
"Apa tuan tidak apa-apa?" Biotos bertanya dengan penuh perhatian.
"Ughh.. sepertinya aku ingin pingsan.."
"Tuan, jangan pingsan dulu." Kataku. "Akan aku ambilkan kain hangat."
"Ah yah... ide bagus, air hangat ada di dapur."
Dengan lekas aku menuju dapur, mengambil kain kering yang digantung lalu memasukkan air hangat ke dalam mangkok.
Aku membawa mangkok air hangat dan kain kering ke ruang tamu.
Setelah aku memeras kain yang telah aku basahkan, aku menyerahkan kain tersebut pada Metius.
Dia langsung meletakkan kain tersebut ke selangkangan dan terlihat dari ekspresinnya sepertinya sakit yang dia alami lumayan berkurang.
Kami kembali menunggu hingga Metius merasa lebih baikan.
Di sela-sela menunggu, kami meminum teh dan memakan cemilan yang disuguhkan oleh Metius yang malang.
Sebelum menyantap suguhan, Biotos menatapku meminta izin apakah dia boleh menyantap suguhan tersebut.
Aku mengangguk menyetujui.
Dengan lahap Biotos memakan hampir semua cemilan.
"Seperti yang kau lihat, tanpa rantai yang dipegang adikku. Sarung itu tidak ada gunanya." Metius bangun dan duduk di kursinya, sakitnya mungkin telah lumayan berkurang. Tetapi dia masih menempelkan selimut hangat tersebut di selangkangannya. Aku tidak dapat membayangkan betapa sakit yang sedang dia rasakan.
Metius mengeluarkan botol minum kecil dari kantong bajunya, menenggak beberapa tegukan lalu mengembalikan ke dalam kantong.
Tentu saja, minuman keras memang sangat membantu di saat kondisi yang sedang dia alami seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated Boss
Fantasy(17+) Tony Accardo, seorang bos mafia yang disegani hampir di seluruh dunia mendapati dirinya tidak terbangun di kamar tidurnya yang nyaman. Melainkan terbangun di depan pintu panti asuhan di malam hari saat hujan lebat sebagai bayi yang bernama Art...