Chapter 7 : Rahasia Michelle

808 90 2
                                    

"Siapa perempuan di kamar Arthur tadi?" Tanya Nelda.

Sekarang aku berada di dalam kamar Nelda.

Setelah makan malam dengan paksa dia menarikku masuk, karena badannya lebih besar dan tinggi. Aku tidak bisa menolak meskipun aku berontak sekuat tenaga.

Alisnya mengkerut, pertanda kalau dia marah dan sedang menahan emosinya.

Sesaat setelah kami masuk, Nelda langsung mengunci pintu dan meletakkan kuncinya di atas lemari tertinggi.

Sambil diinterogasi. Sesekali aku menatap pintu, berharap ada yang mengetuk dan menyelamatkanku dari situasi tidak nyaman ini.

Terkurung di kamar sambil ditanya-tanya membuatku agak risih. Mungkin karena trauma masa lalu.

"Dia tadi temanku kak." Biasanya amarah Nelda akan reda setiap kali aku memanggilnya kakak dengan nada seperti anak kecil.

Namun sepertinya kali ini tidak berpengaruh.

Dia memegang dan memijit dahinya seolah ini adalah masalah yang sangat berat. Meski aku tidak tahu di mana letak permasalahnnya.

"Kau beruntung aku yang mengetahuinya pertama kali, bayangkan kalau Nona Michelle atau Isabella yang mengetahuinya lebih dulu. Pasti kau akan dimarahi habis-habisan."

"Kenapa aku dimarahi karena membawa teman ke kamar kak?"

"Y-ya..ya.. itu karena hhmm.." Nelda kebingungan. "Pokoknya tidak boleh! Bila kau ingin membawa teman ke kamar, kau harus ijin padaku dulu."

Aku tidak paham dengan isi pikiran dan keinginannya, oleh karena itu agar masalah ini cepat selesai aku hanya menggangguk dan mengiyakan seluruh perkataan Nelda.

"Jadi siapa dia tadi?"

"Dia seorang malaikat."

"Hah? Apa? Aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas."

"Malaikat."

"Muslihat?"

Anael masuk secara tiba-tiba dengan menembus pintu, kali ini dia melayang lengkap dengan sayapnya.

Nelda rupanya tidak menyadari kehadiran Anael.

[Percuma kau mengatakan hal yang sejujurnya pada dia. Semua ucapanmu disensor apabila menyebut hal yang berhubungan dengan dunia akhirat.] Anael terbang di hadapan Nelda, dan Nelda nampak tidak bereaksi sedikitpun.

"Temanmu tadi, menurutmu dia cantik tidak?" Tanya Nelda.

"Tidak cantik." Kataku dengan pasti.

"Bila dibandingkan dengan dia. Cantikan mana antara aku dan dia?"

"Tentu saja lebih cantikan kakak!" Kataku, berharap hatinya senang dan membebaskanku dari siksaan ini.

"B-benarkah?" Wajah Nelda memerah, dan dia berusaha menutupinya dengan tangannya.

"Iya benar! Menurutku, kakak yang paling cantik di desa ini." Aku mengacungkan jempolku.

"Ah sudahlah Arthur, kau masih anak-anak. Karenanya kau tidak memahami apapun yang kau katakan. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan tidur."

Nelda mengambil kunci di atas lemari dan membukakan pintu untukku.

Tanpa disuruh dua kali aku berlari keluar.

Reincarnated BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang