Chapter 40 : Hiperseks

154 5 2
                                    

Nafasku masih berat karena telah mencapai puncak, sesuatu yang tidak aku rasakan setelah sekian lama. Batangku masih keras, aku telah mengalami orgasme. Tetapi aku menyadari bahwa tidak ada cairan yang keluar dari batangku. Mungkin karena aku masih belum mengalami pubertasi.

Aku memandang Windy yang tengah sibuk mengeringkan badannya menggunakan kain.

"Aku mau ke kamarku Arthur, kau juga cepat keringkan badanmu. Kita bisa melanjutkannya di sana." Windy keluar dari tempat mandi.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, setelah menunggu beberapa saat. Aku melingkarkan kain di sekeliling pinggangku. Batangku yang masih keras terlihat nampak di balik kain.

Aku berjalan santai menuju kamar Windy.

Aku masuk tetapi tidak melihat sosoknya.

"Kak Windy?"

Ceklek

Pintu terkunci, aku berbalik dan melihat sosok yang berbeda dengan yang aku kenal selama ini. Windy tidak memakai sehelai kainpun. Aroma sabun segar masih tercium dari aroma tubuhnya.

Nafasnya terengah-engah, mulutnya terbuka dan sesekali aku melihat air liur menetes dari mulutnya.

"Aahhh Arthur, kau manis sekali, tampan sekali. Aku tidak menyangka bisa melakukan ini padamu." Windy bergerak perlahan kearahku.

Akupun reflek mundur.

Aku kenal tatapan itu, itu adalah tatapan nafsu wanita tingkat dewa. Wanita yang kehidupannya selalu disekelilingi dengan seks! seks! seks!

Seandainya tubuhku perkasa seperti di kehidupanku sebelumnya sebagai Tony Accardo, mungkin masih ada kesempatan bagiku untuk melakukan perlawanan dan membuat dia lemas (hehe), tetapi sekarang aku hanyalah seorang Arthur Goodman, anak kecil yang tidak berdaya.

Windy meraih kain yang menutupi bagian bawahku.

"Tuhhh masih keras Arthur, batangmu pun juga besar. Sejak kapan jadi besar begini?"

Tanpa menunggu lebih lama lagi, mulut Windy menyelimuti batangku. Badanku seketika melonjak, mataku terpejam terkejut akan sensasi yang diberikan.

Rasanya hangat, basah, kenyal.

Ahhh..otakku rasanya ingin meleleh.

Kenikmatan yang diberikan oleh Windy, mengantarkanku hampir menuju puncak.

"S-stopp..kak Windy..pp-perlahan..ahh.."

Windy tidak memperdulikan eranganku, kepalanya semakin capat naik turun.

"OOOOHHHH..."

Sekali lagi aku merasakan orgasm.

"Sayang sekali ya, kau masih belum bisa mengeluarkan cairan."

Windy mendorongku ke arah tempat tidurnya, tubuhku lemas dan isi kepalaku kosong setelah dua kali mengalami kenikmatan tiada tara.

"Kak Windy, tolong aku ingin istirahat sebentar." Ini pertama kalinya aku memohon ketika berhubungan, tubuh ini masih belum siap untuk mendapatkan kenikmatan.

Windy mengusap rambut dan menyentuh pipiku, lalu mengecup lembut bibirku.

Awalnya pelan, lalu lidahnya mulai bermain. Windy menekan pipiku sehingga mulutku terbuka sedikit dan memberikan kesempatan pada lidahnya menjelajahi isi mulutku. Lidah kami saling bertemu dan secara tidak sadar aku juga ikut permainan lidahnya.

Tangannya yang lembut tidak tinggal diam, Windy mengocok batangku hingga kembali keras maksimal.

Dia sangat ahli Pikirku

"Lihat Arthur, badanmu kelelahan tetapi adikmu yang di bawah masih keras. Kurasa ini saatnya adikmu masuk dalam sarang."

Windy melebarkan vaginanya, lalu menurunkan pinggulnya.

Batangku masuk secara menyeluruh.

"Ahhhhhhhhhhhhh..." Windy mendesah tidak karuan.

Dia menggoyangkan bokongnya dengan semangat, seolah ingin mengejar juga puncak kenikmatan yang telah aku alami sebanyak 2 kali.

Aku pun juga ikut mendesah, Windy..

Tanpa sadar tanganku menggenggam dadanya yang bergoyang, aku mainkan pentilnya yang berwarna pink. Windy tersenyum dan goyangannya semakin beringas.

Aku sudah tidak dapat menahannya lagi, kembali badanku mengalami kejang.

Badan Windy pun sama ikut mengejang.

Aku mendesah, mengekspresikan kenikmatan yang aku alami.

Tetapi Windy menutup mulutku dengan ciumannya, sehingga desahanku tertahan.

Kami berdua bersamaan mencapai puncak.

Windy melepaskan batangku dari vaginanya, kulihat vaginanya sudah sangat begitu becek. Dia lalu berbaring di sampingku.

"Kak Windy.. aku lelah." Aku tidak berbohong, setelah latihan berpedang dengan Mortan lalu lanjut melakukan aktivitas ini membuat tulangku serasa rontok.

"Istirahatlah sebentar Arthur, setelah itu kita akan melanjutkan ronde kedua."

"R-ronde kedua?"

"Benar hehe."

Jauh di lubuk hatiku, aku menyesal menuruti undangan Windy untuk masuk ke kamarnya. Aku telah dijebak oleh wanita hiperseks.

Reincarnated BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang