EPS 9

2K 213 4
                                    

Happy Reading 📖
.
.
.


" Dia tewas."

Sasuke memijit pelipis saat Jugo memberikan tablet yang berukuran sedang di telapak tangannya yang dimana berita cafe yang berinventasi dengannya sudah tewas.

" Siapa pelakunya?" Tanya Sasuke, Sarada yang ingin lihat layar tablet tersebut langsung di matikan oleh Sasuke. Dia tak ingin mata puteri kecilnya ternodai dengan gambar mengerikan di sosmed seperti luka bakar yang dialami oleh pria di berita tersebut.

" Kami belum mengetahuinya, tuan. Di berita menggatakan mansion meledak karna bahan gas dari kompor tuan."

" Tidak masuk akal, meskipun cafe memerlukan gas kompor tidak mungkin separah itu hingga meruntuhkan mansion yang berdiri kokoh."

" Kami akan menyelidikinya lebih luas lagi, tuan. Saya permisi " Sasuke langsung memberikan tablet kepada Jugo dan Jugo pergi menuju penyelidikan kasus.

Sasuke memijit pelipisnya, Sarada menatap bingung dengan ekspresi sang ayah yang cukup aneh.

" Pa-..pa "

Onyx kelap Sasuke yang berawal terutup dengan kelopak mata, langsung menatap onyx kelap milik puteri kecilnya. Sasuke tersenyum bahagia bisa mendengar Sarada memanggil dirinya.

" Ya, sayang ada apa? " Tanya Sasuke antusias, dirinya kembali bersinar.

" Papa "

Sasuke mengangguk, mencium seluruh wajah Sarada yang sangat menggemaskan terutama dengan kacamatanya non lens min. Sasuke ingin anaknya sangat menggemaskan ketika di lihat oleh orang lain maupun dirinya.

****

Ino memeluk Sakura yang cukup berantakan, tubuh yang kotor beserta pelipis di ujung sana berdarah.

" Sakura no bakka!!! Kau membuatku khawatir!! " Ucap Ino menahan tangisan di sela pelukannya.

" Gomenasai, pig." Kekeh Sakura saat mengucapkan kalimat sakral kepada sang sahabat yang masih khawatir tentang dirinya.

Ino menatap tajam kearah Sakura saat selesai berpelukan. Bisa - bisanya, wanita merah muda ini masih sempat meledeknya di sela khawatirannya.

" Kau tau, berita sudah kesebar luas. Kita harus pergi "

" Hm. Ayo."

Sakura beserta Ino langsung memasuki mobil mereka, sesekali Sakura merindis dengan luka di jidat. Ino terkekeh kecil, jidat sang sahabat semakin lebar.

" Ini karna pria brengsek itu!! Dia memukul jidatku dengan pistol " Sakura merintis sata mengaca dirinya di cermin kecil di dalam mobil.

" Makanya jidatmu besok- besok harus di kasih pelindung biar ga bonyok." Kekeh Ino di sela menyedirnya.

.

.

.

" Awh! Sakit sekali " Sasuke memegang luka kecil di pelipis Sakura yang sudah di tangani oleh Sasuke sendiri.

Ino membawa Sakura setelah melaporkan misi kepada sang bos mafia bayaran. Sakura akan menghujat sahabat pirangnya yang tidak memberitahu lukanya belum di tutup oleh perban.

" Kenapa kau ceroboh sekali! "

Sakura tersenyum hangat saat Sasuke mengkhawatirkan dirinya. Sakura menyentuh pipi Sasuke tanpa ia sadari langsung memeluk Sasuke dia butuh tubuh untuk ia peluk.

" Gomenasai.."

Runtuh sudah perkokohan Uchiha Sasuke yang sudah ia bangun sejak lama untuk tidak bersentuhan dengan wanita lain bahkan tak ingin melihat Sakura lagi dan lagi.

Jantung Sasuke berdetak sangat kencang. Sakura terkekeh kecil, tangan kiri menyentuh dada Sasuke yang berdetak sangat kencang di sana.

" Apa kau sedang penyakit jantung? Disini sangat cepat berdetak " Ucap Sakura.

Sasuke langsung melepaskan pelukan Sakura, rona merah muncul di wajah Sasuke. Menipis jauh - jauh rona merah tersebut dari wajahnya berubah menjadi wajah datar kembali.

" Tidak." Balas Sasuke datar.

" Hih! Kau ini kenapa si?" Tanya Sakura. Padahal pria yang di depannya tadi sangat lembut, perhatian, seakan bukan Uchiha Sasuke yang dingin tapi sekarang kembali seperti Uchiha Sasuke.

" Kau Annoying." Sasuke bergerak menjauh dari Sakura.

Sakura menatap Sasuke yang gerak berdiri " Mau kemana? "

" Kekamar Sarada, disini PANAS! " Seru Sasuke sedikit ada penekanan di akhir kalimat.

" Oh."

Sakura menidurkan dirinya di ranjang milik Uchiha Sasuke tersebut yang terpenting misinya sudah selesai. Tinggal mengatur misi tentang membunuh keluarga Uchiha Sasuke secara perlahan.

Sasuke yang berada di kamar Sarada, menggendong puteri kecil membawa Sarada ke dalam kamar.

Sakura yang baru saja memeramkan matanya, menapatkan hujanan tubuh Sarada ulah Sasuke yang membawanya untuk memeluk Sakura.

" Aa, Sasuke jangan seperti ini Sarada nanti terjatuh" Sakura sedikit menggerakan tubuhnya sata Sarada memeluk tubuhnya dari samping yang di mana Sasuke meletakan Sarada di situ. Sasuke mengambil Sarada kembali, membiarkan Sakura mengubah posisi tidurnya.

" Kemari anak Mama." Ucap Sakura tanpa ia sadari Sasuke terdiam membeku dengan ucapan Sakura.

Sakura mencangkup pucuk surai hitam milik Sarada mengecupnya singkat " Apa kau habis nangis? " Tanya Sakura langsung menatap mata pandang Sarada yang sedikt bengkak.

" Dia menangis karna menunggu mu." Sakura tertekun dengan ucapan penjelasan dari sang ayah. Sesekali Sakura mengecup kembali Sarada.

Sakura melirik ke arah Sasuke " Lain kali, jika aku bertanya kepada Sarada biarkan Sarada yang menjawab. "

" Hn."

Sasuke mengerti tentang ucapan Sakura yang bermaksud untuk melatih buah hati mereka untuk berani berkomunikasi dengan baik dan lancar.

Sakura memeluk erat Sarada sekaan dirinya sangat merindukan buah hati yang sudah lama tak bertemu. Mengelus pundak Sarada dengan lembut.

" Kita bobo ya? "

Sarada mengangguk " Bobo bobo " Kekeh Sarada dengan girang, kedua tangan bertepuk. Sasuke yang mendengarnya ikut senang melihat dan mendangar Sarada mulai terbuka lagi.

" Gomenasai, mama membuat mu khawatir." Ucap Sakura mencium kening Sarada sebagai penutup. Sarada memegang kening yang sudah di kecup oleh sang mama.

" Mama.."

Sarada sekarang mulai aktif semenjak bersama Sakura. Sasuke semakin sangat yakin tentang keputusan untuk menikahi Sakura ibu kandung Sarada meski dirinya tidak tau apa yang terjadi dengan Haruno Sakura.

T B C

PRESDIR UCHIHA CORP { END } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang