Part 15

54.2K 1.2K 26
                                    

Selamat membaca☺️, yang baca doang tanpa klik 🌟 semoga harimu menyenangkan ya.

Aleesha sibuk menyiapkan perlengkapan Kawindra selama ke luar kota. Lelaki itu juga membantu, berkas penting adalah tugasnya. Sedangkan sang istri menyiapkan baju dan hal penting lainnya di koper.

"Udah semua? Gak ada yang ketinggalan? Aku juga udah selipin vitamin kamu, harus diminum! Jangan karena sibuk kerja, kamu lupa sama kesehatan. Anaknya belum lahir ini," ucap Aleesha.

Sang suami hanya mengangguk, membahas tentang anak, entah mengapa membuat mood-nya berantakan.

Lalu, lelaki itu mendekat pada sang istri. Ia akan berangkat sore nanti, rasanya pergi tanpa Aleesha ada sedikit yang kurang. "Beneran tidak mau ikut?" tanya Kawindra memastikan.

Aleesha mengangguk mantap, lagipula ikut sang suami ke luar kota juga tampak membosankan. Selain untuk menjalankan misinya, pasti Kawindra tidak akan membiarkannya pergi seorang diri saat lelaki itu bekerja. Lupa, bahwa suaminya mahluk posesif yang menyebalkan?

"Gak, mas tau sendiri. Kak Dena bilang aku gak boleh terlalu kecapean, gak apa-apa ya? Lagian, kamu juga kerja disana."

Kawindra mengangguk, meski raut wajahnya tampak nelangsa. Kemudian bak koala, lelaki itu masuk dalam pelukan sang istri. "Ya sudah, janji sama saya! Kamu harus angkat telvon atau video call dari saya. Jangan buat saya khawatir, selalu beri tahu saya tentang apapun. Jangan lari dari pengawasan pengawal, ingat itu?" ucap Kawindra.

Aleesha hanya bergumam, niatnya memang ingin keluar tanpa pengawasan para pengawal. Ia akan mengatur siasat nanti. "Sudah, mas siap-siap. Mandi dulu sana, biar segar."

Alih-alih mengiyakan perkataan sang suami,wanita itu mengalihkan pembicaraan. Mereka tadi sempat melakukan aktivitas hubungan suami istri, lelaki itu bak kesetanan menunjukkan gairahnya.

"Aish, mas... Ah.. udah."

Kawindra mengecup bibir mungil sang istri, lalu ia juga mencecap leher istrinya sampai menimbulkan bekas. Membuat Aleesha menjerit adalah kesenangan lelaki itu, apalagi menyebutkan namanya.

"Mandi bareng?" tawarnya.

Segera sang istri menggeleng, jika mandi bersama tidak akan bisa selesai dengan cepat. Pasti, lelaki itu melancarkan aksi lainnya.

"Udah sana, duluan aja. Waktu makin jalan, biar malamnya kamu bisa langsung istirahat. Katanya, ada meeting pagi."

"Hmm.. yang ah berat sekali!" desah Kawindra.

Lalu, lelaki itu meninggalkan sang istri untuk bersih-bersih. Sedangkan Aleesha, ia mengirimkan pesan pada Prasojo minta bertemu.

Lima menit kemudian, balasan dari Prasojo segera muncul.

(Baik. Bisa bertemu di resto Gopi)
(Share lock)

Aleesha tersenyum puas, meski hatinya berdebar sekali. Dugaan tentang Kawindra dan seseorang yang disebut ayah biologisnya, wanita itu ingin memastikan. Setelah hampir seumur hidupnya, tanpa tahu wajah sang ayah. Ia dihadapkan pada fakta yang diluar dugaannya.

"Beri saya kekuatan Tuhan. Semoga ini bisa membukakan jalan, untuk semuanya," gumam Aleesha.

Tanpa ia ketahui, sang suami berdiri di belakangnya. Lelaki itu mengerenyit. "Jalan apa?" tanya Kawindra curiga.

Sang istri lalu tersenyum, meski gugup wanita itu dapat menyembunyikannya. Wanita itu cukup lihai dalam bersandiwara, tak sia-sia ia dulu sempat ikut ekskul drama. "Jalan yang baik, untuk pernikahan kita. Dan untuk anak yang di dalam kandunganku, semoga Tuhan memberikan jalan yang terbaik."

Malas berdebat, Kawindra mengangguk. Lalu ia mengenakan baju yang telah disiapkan oleh sang istri.

"Kebiasaan!" tegur Aleesha, saat melihat suaminya membuka handuk.

"Sudah biasa juga," balas Kawindra cuek. Istrinya, terkadang terlalu berlebihan!

****

Kawindra mengecup istrinya berulang kali, ia juga memeluk tubuh mungil sang istri. Tentu, hal itu tidak luput dari perhatian Alan.

"Nasib banget," ucap sekretaris Kawindra menyindir.

Lelaki itu hanya cuek, sebentar lagi ia akan berangkat. Tidak mengenakan jet pribadi, karena memang sedang tidak bisa dipakai olehnya.

"Meski saya tidak ada, baju kamu jangan terbuka. Itu hanya untuk saya," bisik Kawindra.

Aleesha mengangguk malas, lelaki itu sudah menyampaikannya sebanyak sepuluh kali dalam sehari. "Iya sayangku, sudah. Matanya dijaga ya? Gak mau pamit sama dedek?"

Kawindra baru sadar, dari tadi ia hanya pamit dengan sang istri. Lelaki itu, sepertinya sempat lupa jika ia memiliki calon bayi. Pelan, tangannya mengusap perut sang istri. "Em, pa-pa pergi dulu. Jangan ngerepotin mama, baik-baik disana," ucapnya kaku.

Sebenarnya, Aleesha selalu menyuruh sang suami untuk sering berkomunikasi dengan calon anaknya. Tapi, terkadang selalu ada alasan dari lelaki itu. Entahlah, ia juga tak paham. Apa mungkin, Kawindra perlu waktu? Tapi, berapa lama?

"Mana ada bayi yang ngerepotin ibunya, apalagi ini masih diperut."

Lalu, Kawindra mengecup puncak kepala sang istri. "Saya pergi dulu," katanya.

Sampai, suaminya tak terlihat lagi dipelupuk mata wanita itu. Aleesha meninggalkan bandara, diikuti oleh supir dan pengawalnya.

"Saya mau bertemu dengan Zalina, ini urusan perempuan. Tolong jangan ikuti saya kali ini, dan jangan bilang pada suami saya. Jika kalian tidak ingin dimarahi!" ucap Aleesha sebelum memasuki mobil.

Pengawal itu tampak keberatan. "Tapi, nona. Ini tugas dari bos, anda tidak bielh tanpa pengawasan."

Aleesha menghela nafas panjang. "Saya beri kalian kebebasan, tolong bekerja sama ya. Oh, sebentar.." wanita itu membuka tasnya, ia sudah menyiapkan uang cash "ini buat tutup mulut, cukup?"

Siapa yang tidak tergiur dengan uang? Tapi, pengawal Kawindra tampaknya susah sekali luluh, ia menggeleng.

"Nona, ini perintah."

Aleesha mendesah frustasi, kemudian wanita itu menghembuskan nafasnya kasar. "Tolong, kali ini saja. Saya ingin pergi tanpa pengawasan dan gangguan, saya janji tidak akan terjadi apa-apa dengan saya, okey?"

Akhirnya, setelah melakukan beberapa kali negosiasi, terjadilah kesepakatan. Aleesha pergi tanpa pengawasan sang pengawal, lalu ia meminta supir untuk melanjutkan perjalanan ke resto Gopi.

Setelah sampai disana, ia meminta supirnya untuk tetap berada diluar. Ia juga memberikan sedikit tips, cukup untuk tutup mulut. Meski, supirnya tidak tahu ia bertemu dengan siapa. Yang mereka tahu, ia hanya bertemu dengan Zalina-- sahabatnya.

"Maaf, saya terlambat. Ada sedikit masalah tadi, saya menyesalkan hal ini. Seharusnya saya yang menunggu anda," sesal Aleesha.

Prasojo menggeleng, tak masalah. Ia baru saja melakukan meeting, dan secara kebetulan Aleesha meminta bertemu. Lelaki paruh baya itu menyanggupi.

"Silahkan duduk, mau pesan apa?" tawar Prasojo.

Aleesha melihat buku menu, kemudian ia menyebutkan pesanannya. Begitu juga dengan Prasojo, lelaki itu sengaja tak makan banyak saat jamuan meeting tadi.

"Anda pasti sibuk sekali, saya mengambil waktu anda," ucap Aleesha.

Prasojo menggeleng, ia sedikit tertarik pada wanita didepannya. Entah karena apa, saat bertemu pandang dengan Aleesha ada sesuatu yang beda pada hatinya. Karena itulah, ia tanpa berpikir panjang menerima tawaran dari wanita itu.

"Tidak masalah. Apa, kita pernah bertemu sebelumnya? Selain pada saat pesta malam itu?"

Untuk menuntaskan rasa penasarannya, Prasojo bertanya.

"Memang, jika boleh jujur. Pertemuan ini lebih dari peristiwa malam itu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan pada anda," kata Aleesha.

Hayoo.. yang baca tanpa vote, komen, atau follow... 🙃

Makasih semua, semoga hari kalian menyenangkan, sehat selalu.

Penasaran gak? Kelanjutannya? Kira-kira.... Bagaimana ya?

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang