Bab 38

23.1K 935 16
                                    

"Bos, ada kabar baik. Ayah Anda sekarang telah sadar dan sedang mencari Anda," ucap Reymond-- orang yang Kawindra tugaskan untuk menyampaikan perkembangan Ayahnya.

Akhirnya setelah sekian lama ia menunggu kepastian, Ayahnya sadar juga dari masa kritis. Kawindra dapat menghirup nafas lebih lega sekarang, inilah yang ia tunggu sejak lama.

Alan langsung menyingkir begitu Kawindra mengisyaratkannya untuk pergi dari ruangan. Kini tinggal Kawindra yang sedang melakukan panggilan video, ia melihat Ayahnya yang sedang diperiksa oleh dokter.

"Terus laporkan perkembangannya, kalau ada apa-apa kabari saya."

Lalu panggilan itu ditutup, Kawindra kembali memanggil Alan.

"Ya, bos?"

"Tolong atur jadwal saya ulang, saya mau ke Singapura dalam beberapa hari ini. Kamu bisa alihkan tugas pada Rendi, kalau yang berhubungan dengan saya bisa lakukan meeting secara online. Saya ada urusan penting," ucap Kawindra.

Sebenarnya Alan ingin membantah, membiarkan Kawindra cuti sama artinya ia harus bekerja lebih banyak. Tugasnya pasti bertambah dan yang lebih parah lagi ia malah dapat complain dari client.

"Bos, bagaimana dengan rapat kerjasama kita sama Astra? Ini proyek besar yang saya rasa akan sangat menguntungkan sekali bagi perusahaan," balas Alan.

Kawindra mengendikkan bahunya merasa tak acuh, urusan keluarga baginya jauh lebih penting daripada proyek tersebut. Ia tak bisa lagi menunda untuk bertemu dengan Ayahnya, uang dan proyek lain bisa ia cari.

Berkaca dari kejadian sang istri menghilang saat itu, Kawindra tak ingin lagi kehilangan momen dengan sang Ayah.

"Kalau mereka tidak mau meeting online atau menunggu saya pulang, ada baiknya kita batalkan saja. Peluang kita bukan hanya satu," jawab Kawindra.

Memang pria sombong satu ini terlalu percaya diri, kadangkala Alan merasa heran dengan sikap percaya diri dari bosnya itu. Tapi terbukti jiakalu percaya diri membuat perusahaan mereka semakin berkembang pesat.

Alan mengangguk, ia tak lagi berani bertanya pada Kawindra sebelum lebih dulu dibalas dengan kalimat pedas dan sumpah serapah pria itu.

"Baik, bos. Ibu bos ikutan juga?" tanya Alan.

Kawindra langsung melirik tajam asisten pribadinya. "Ada apa kamu malah bertanya mengenai istri saya?"

Ia selalu merasa tak terima begitu Alan terlihat perhatian pada istrinya, lagipula bukan urusan Alan untuk bertanya hal ini padanya. Mau Alessha pergi atau tidak, sama sekali bukan urusan pria di depannya ini.

Alan mendengkus pelan. "Cuma mau tanya aja, Bos. Kan kalau nanti ibu bos ditinggal takutnya malah dibawa sama Ayahnya lagi. Terus Bos nyari lagi kayak orang gila, saya juga lelah disemprot terus sama Bos. Kalau udah mode seperti itu-"

Kawindra pergi lebih dulu meninggalkan ruangannya, tanpa menunggu Alan menyelesaikan kalimatnya. Tapi ia dapat mendengar bahwa Alan sedang memaki.

Terserah!

"Eh, hai?"

Langkah Kawindra berhenti begitu seseorang menyapa. Ia hanya mengangguk kaku, lalu kembali melangkahkan kakinya.

"Tunggu! Kok udah lama tidak ketemu kamu malah jadi cuek?" rengek wanita itu.

Kawindra mengendikkan bahunya, ia kemudian menekan tombol lift khusus yang digunakan untuk atasan kantor dan para client penting yang datang.

Namun ternyata wanita itu juga mengikutinya, sehingga Kawindra tak lagi bisa menghindar dan membiarkan wanita tersebut berada disatu lift yang sama dengannya.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang