Part 17

33K 1.2K 22
                                    

Jangan lupa klik ⭐, tolong banget ini pembaca dan like nya jompang parah banget hehe. Makasih ya
*
*
*

"Bisa tidak, kamu berhenti mengikuti saya," ucap Kawindra dengan nada datar.

Bukannya mengikuti titah dari lelaki di depannya, wanita itu kian mendekat dengan Kawindra. Ia tau, tak mungkin Kawindra mendorong badannya kasar di tempat ramai. Itu bisa merusak citra dan karir lelaki itu, bukan?

Lelaki itu menghela nafas kasar, ia menikmati makan siangnya meski tak lagi selera. Mengapa ada wanita seagresif Hana didunia ini? tanya Kawindra dalam hati.

Hana menyuap makan siangnya. "Mengapa istri kamu tidak ikut serta? Apa wanita itu tidak mau menemani? Jika begitu, maka saya yang akan temani. Lagipula, istri yang tidak bisa menguntungkan apapun mengapa dipertahankan? Bantu kerjaan kantor juga tid-"

Prak!

Kawindra memukul meja dengan kasar, suaranya bahkan mengundang perhatian orang lain. Lelaki itu tak peduli, Hana begitu keterlaluan. Sok tahu tentang hidupnya, dan Kawindra tak suka itu!

Iya, kan? Tidak ada maksud lain karena Hana menyinggung istrinya? Lelaki itu hanya tak suka, suara Hana begitu membuatnya pekak. Ia ingin ketenangan, karena kerjaan yang begitu menumpuk membuat pikirannya berkecamuk.

"Berhenti saya bilang, saya sudah memperingatkan kamu. Jika sekali lagi kamu keterlaluan, saya akan memutuskan kontrak kerjasama."

Hana merengut, ia hanya ingin menarik simpati Kawindra dan menjatuhkan lawannya--Aleesha. Lalu, apa salahnya? Ia sengaja datang kesini untuk menyusul Kawindra.

Kawindra berdiri, ia menyeret kursi dengan kasar. Tak peduli, jika banyak pasang mata yang memandangnya. Lalu meninggalkan tempat itu dengan langkah tergesa.

"Saya dari tadi mencari bos. Ternyata ada disini," kata Alan.

Bosnya itu bergeming hanya menatap ombak. Lokasi penginapan mereka dekat sekali dengan pantai, jika saja istrinya berada disini pasti akan lebih bergairah hidupnya.

"Kata Bu bos, izin pergi. Tadi, udah coba nelfon bos secara langsung. Ponsel bos emang dimana?"

Kawindra tersadar, ia meraih sakunya. Biasa ia menyimpan ponselnya disana. "Aish! Sepertinya ketinggalan di meja tadi. Lan, tolong Carikan ponsel saya di resto. Oh iya, saya pinjam ponselmu dulu mau nelfon istri saya."

Alan memberikan ponselnya, ia mematuhi perintah Kawindra. Tampaknya, suasana hati Kawindra sedang buruk sekarang dan butuh waktu sendiri.

Setelah Alan meninggalkannya sendiri, Kawindra membuka layar ponsel Alan. Ia mengetik nomor sang istri, kemudian panggilan tersambung.

"Halo, ada apa Pak Alan?" Suara sang istri terdengar disebrang sana.

Komunikasi mereka tidak terlalu berjalan lancar, karena terkadang jika Kawindra telah selesai dengan pekerjaannya. Aleesha sudah terlelap, dua hari mereka tidak bisa saling memberi kabar, kecuali lewat aplikasi pesan.

Kawindra tersenyum. "Ini saya, kamu kemana?"

"Oh, ini mas. Aku mau ke makam ibu, tiba-tiba rindu banget. Mas udah makan?"

Lelaki itu berbaring dipasir, ia menumpukan satu tangannya sebagai bantal. Biarlah, jika jasnya kotor bisa ia ganti nanti.

"Hmm.. kamu udah? Tidak ingin bertemu dengan saya?"

Suara tawa Aleesha disebrang sana begitu renyah terdengar. "Pasti kangen ya? Bilang aja kali, kali kangen."

Kawindra mendengus, niat hati ingin menggoda istrinya. Malah, istrinya yang sekarang menggodanya. Sialan! Satu kosong!

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang