Part 33

28.3K 1.2K 32
                                    

Kawindra tersenyum, lalu tangan besarnya langsung merengkuh tubuh mungil sang istri. Ini bagaikan mimpi, ia selalu bermimpi bertemu dengan istrinya. Namun, kini adalah kenyataan.

"Sayang, saya kangen sekali dengan kamu. Anak kita juga, rasanya seperti bertahun-tahun tidak bertemu. Mas telah mengira kamu meninggalkan Mas untuk selamanya," ucap Kawindra tanpa jeda.

Lelaki itu mengusap punggung sang istri yang tampak bergetar, lalu ia mengecup ubun-ubun istrinya dan menangkupkan wajah sang istri. "Mas mau lihat wajah kamu, jangan pejamin mata dan jangan menangis lagi. Rasanya hidup tanpa kamu ada yang berbeda, Mas seperti kehilangan segalanya. Udah berapa kali dibilang, jangan pergi tanpa izin. Syukur kamu tidak apa-apa, Mas hampir gila lihat barang-barang kamu ditemukan saat itu," lanjut Kawindra.

Sedangkan Aleesha tersenyum, perasaan bahagia yang membuncah memenuhi isi hatinya. Ini hal yang paling membahagiakan, ia telah mengira jika Kawindra tak pernah peduli padanya. Ia juga telah mengira, jika saja Kawindra mungkin tak akan pernah mencarinya.

Dengan gerakan cepat, Aleesha mengecup bibir sang suami. "Aku kangeeeeen banget sama kamu. Mulut judes kamu yang kadang suka keterlaluan, wajah kamu yang sulit banget buat senyum. Sama..."

Aleesha menjeda ucapannya, wanita itu berbisik di samping telinga Kawindra. Sehingga membuat leher Kawindra meremang karena gairah. "Kemesuman kamu tingkat dewa. Serius," ucapnya.

Kawindra terkekeh, ia kemudian kembali mengecup ubun-ubun sang istri. Lalu lanjut ke matanya. "Mas juga," balas Kawindra. Lelaki itu ingin melumat bibir mungil istrinya, tapi saat ada orang yang berdehem di sampingnya, Kawindra mengurungkan niatnya. Lalu, menoleh pada orang tersebut. "Kamu siapa? Mengapa bisa ada di ruangan istri saya?"

Brata hanya menghela nafas berat, padahal ia sudah dari tadi berdiri di samping Kawindra. Tapi keberadaannya sama sekali tak dihiraukan, sialnya Brata melihat adegan yang tak seharusnya ia lihat. Hanya akan dapat membuat otaknya berpikir kotor saja.

"Lo gak tau gue? Orang yang baik hati dan mau kasih info mengenai istri Lo," jawab Brata dengan bangga.

Kawindra hanya mengangguk saja. "Oh."

Hal itu malah membuat Brata semakin kesal karena tingkah lelaki itu, sejak tadi ia dianggap tak kasat mata. Lalu, kini Kawindra tak mau berterima kasih padanya secara langsung.

Brata beranjak dari duduknya. "Gue mau pergi dulu, capek jadi obat nyamuk dari tadi. Silahkan kalau mau melepaskan rindu di antara kalian, tapi ingat! Belum bisa melakukan aktivitas seksual, kandungan istri Lo lumayan lemah. Dia juga kekurangan cairan, pokoknya jangan buat istri Lo untuk melakukan kerja keras dulu," ucapnya.

Mendengar penuturan dari Brata langsung membuat Kawindra mengerutkan keningnya. "Kamu siapa Memberi tahu saya dan mendikte saya begitu," balasnya dengan tatapan sengit.

Kawindra merasa bahwa Brata terlalu mengaturnya. Pria itu tak suka jika ada orang asing yang ikut mencampuri urusan pribadinya.

Brata terkekeh. "Gue dokter kandungan, tadi gue juga sempat bicara sama dokter yang menangani Aleesha. Permisi dulu," ucapnya dan berlu meninggalkan Aleesha dan Kawindra.

Kini mata Kawindra fokus menatap sang istri, ia menyalurkan perasaan rindunya pada sang istri dengan cara mendekap erat tubuh mungil Aleesha. "Mas bisa mati hidup tanpa kamu, sayang. Jangan pernah pergi lagi dari kehidupan, Mas. Jujur hidup beberapa Minggu tanpa kamu sudah bikin Mas tak berdaya. Apalagi, saat semua orang percaya kamu sudah tidak ada lagi. Tapi, ternyata sekarang kamu di sini dan kamu nyata," ucap Kawindra.

Aleesha kemudian merenggangkan pelukan mereka, lalu menatap wajah Kawindra yang tampak begitu lega. Bahkan, mata lelaki itu berkaca-kaca.

"Mas, aku juga kangen banget. Hidup tanpa kamu di sisi aku ternyata bikin hidupku jadi gak berwarna, tiap malam aku nahan kangen sama kamu. Aku mengira kalau kamu gak pernah nyari aku, ternyata kamu gak tahu kalau aku bukan termasuk korbannya," balas Aleesha.

Kawindra mengangguk, sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan. Tapi, lelaki itu mengurungkan niatnya. Istrinya sedang tampak tak baik-baik saja, ia tak ingin terjadi sesuatu dengan  Aleesha.

"Kita pulang?" tawar Kawindra.

Belum sempat Aleesha menjawab ucapan sang suami, Prasojo datang lebih dulu.

"Jangan sembarangan mau ngajak anak saya pulang begitu saja. Saya tidak mengizinkan dia pergi dengan kamu!" tukas Prasojo.

Sontak, Kawindra langsung berdiri dan menatap sini pada Prasojo. "Anda yang tidak berhak sama sekali dan dengan sembarangnya membawa istri saya pergi dan jauh dari kehidupan saya. Jangan sesekali melampaui batas," balasnya.

Aleesha yang sedang merasakan aura permusuhan di antara keduanya, dengan segera memegang lengan sang suami dengan lembut. Meski ia tak begitu setuju dengan keputusan sepihak Prasojo, tentu Aleesha tak ingin melihat permusuhan antara ayahnya dengan sang suami.

"Mas..."

Prasojo diam, tapi ia tak bisa menyangkal saat melihat wajah berseri dari Aleesha.

"Kamu tenang aja sayang, kita tak akan berpisah lagi. Mas tidak akan mau berpisah dari kamu lagi," bisik Kawindra yang didengar oleh Prasojo.

Prasojo menghela nafas. "Papa izinkan kamu bertemu dengan dia hari ini. Setelah ini," lelaki paruh baya itu kini menatap Kawindra. "Kamu hadapi saya langsung. Apa yang saya lakukan ini, tak lain dan tak bukan hanya karena rasa sayang dan peduli saya sebagai seorang ayah."

Lalu, Prasojo keluar dan meninggalkan ruang rawat.

Sedangkan Kawindra kembali menatap sang istri dengan raut wajah biasa. Berbeda saat ia menatap Prasojo tadi.

"Kamu jangan pernah pergi lagi dari hidup Mas. Apapun alasannya nanti, atau apapun yang kamu ketahui nanti. Tolong berjanjilah tetap berada di sisi, Mas. Nyatanya kehilangan kamu benar-benar bikin hidup Mas berantakan."

Kawindra menggenggam erat tangan Aleesha. Ia kemudian mengecupnya perlahan, lalu dilanjut dengan mengecup bibir istrinya. Awalnya kecupan itu biasa, tapi lama-lama karena ingin menyalurkan rasa rindunya. Kawindra melumat pelan bibir mungil sang istri, Aleesha turut membalas dengan ragu.

"Mash..hhh aku sesak nafas. Kamu kebiasaan selalu gitu!" protesnya, saat Kawindra mulai memburu kasar bibirnya.

"Maaf sayang, Mas gak sengaja. Lagi ya?" tawanya.

Aleesha mengangguk dengan malu-malu, mereka telah lama terpisah dan lama tak berhubungan seintim ini. Jadi, tentu Aleesha merasa sedikit canggung dan malu.

"Hm."

"Tapi, janji yang tadi?" tanya Kawindra.

Aleesha mengangguk lagi, lalu ia mengecup pelan bibir Kawindra dan dibalas dengan lumatan lembut dan menggairahkan oleh sang suami.

"Anjir! Mata suci gue ternoda!" sentak seseorang yang datang secara tiba-tiba.

Brata, lelaki itu menggeleng melihat tingkah Kawindra dan Aleesha. "Makanya, setidaknya cari tempat dulu. Ingat! Istri Lo masih belum bisa diajak nganu, kalau mau bisa pakai oral atau cara lain."

Aleesha menutup wajahnya karena malu, sedangkan Kawindra menatap sengit pada Brata.

"Ada apa kamu ke sini lagi?" tanya Kawindra.

Brata kemudian menunjuk pada nakas samping ranjang Aleesha. "Ponsel gue ketinggalan, kayak orang bodoh tadi gue di kantin. Untung cukup tampan," ucapnya.

Lalu, ia mengambil ponselnya dan kembali melirik Kawindra. "Ingat yang tadi, oral aja. Gak kalah enak kok, tinggal latih istri Lo biar pintar."

Kawindra beranjak, ia ingin sekali menonjok bocah menyebalkan di depannya. "Sialan! Jangan pikirkan hal jorok tentang istri saya. Pergi sana!" ujarnya mengusir Brata.

Setelah Brata pergi, Kawindra menutup pintu ruang rawat. Lalu, ia kembali menghampiri sang istri. "Lagi?" tanyanya.

Aleesha menggeleng. "Gak mau!"

Selamat baca.....

Senang gak?

Sehat selalu dan bahagia selalu. Jangan lupa jika berkenan tekan ⭐. Makasihhhhhh

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang