Part 26

28.6K 1.2K 49
                                    

"Papa minta maaf, papa gak tahu kalo kamu anak papa," ucap Prasojo saat Aleesha tersadar dari pingsannya.

Wanita itu membalikkan badannya, ia tak ingin melihat Prasojo. Kemarin-kemarin ia hanya ingin mengetahui hubungannya dengan Prasojo, setelah bukti sudah didapat dan terbukti bahwa Prasjo adalah ayah biologisnya.

Lelaki itu telah membuang ibunya, lalu sekarang ia datang dan mengaku bahwa ia adalah papa Aleesha. Setelah ia menelantarkan Aleesha selama sembilan belas tahun lamanya. Sekarang, ia juga tak perlu sosok Prasojo lagi dalam hidupnya. Sekarang Aleesha punya suami dan calon anak, ia akan memulai hidup baru.

Prasojo tak menyerah, lelaki itu mengelus rambut anak semata wayangnya. "Sha, Papa benar-benar minta maaf. Mama kamu pergi saat itu, papa gak tahu kalo pada akhirnya mama kamu hamil. Maafkan papa," ucap Prasojo lagi.

Aleesha tetap bergeming, niat hati ingin menemui sang suami. Wanita itu malah pingsan di pesawat, sebelum keberangkatan. Saat itu, tak menyangka bahwa ia dan Prasojo dalam satu pesawat. Hingga lelaki itu langsung mengambil tindakan padanya, lalu setelah ia sadar Prasjo ada di sampingnya.

Lagipula, sejak kapan lelaki itu tahu bahwa ia adalah anaknya?

"Anda pulang saja, saya nanti akan menghubungi suami saya. Saya tidak mau berurusan dengan anda lagi," kata Aleesha.

Prasjo menggeleng, ia tak akan melepaskan anaknya untuk Kawindra. Ia sudah tahu gerak-gerik Kawindra tak lain dan tak bukan ingin membalaskan dendamnnya. Maka dari itu, Kawindra seniat itu melakukan tes DNA.

"Kamu tinggalkan saja dia, mari hidup sama papa. Papa akan bayar waktu-waktu sebelumnya, papa benar-benar merasa berdosa karena telah menyia-nyiakan kamu. Kamu tinggal sama papa ya?" bujuk Prasojo.

Aleesha menggeleng, ia tak akan mau meninggalkan Kawindra. Apalagi, untuk orang yang dulu tak pernah mengharapkan kehadirannya. Tak akan semudah itu, bagi Aleesha.

"Anda pergi saja, saya benar-benar tak ingin tinggal sama anda. Terimakasih telah membantu saya tadi," jawab Aleesha.

Sialan! Keras kepalanya menurun pada anaknya. Prasojo memaki dalam hati. Aleesha belum tahu bahwa pesawat yang hendak ia tumpangi kemarin kecelakaan, sengaja Prasojo tak memberi tahu agar putrinya tak segera memberi kabar pada sang suami.

Ia akan memakai cara ini untuk memisahkan antara Kawindra dengan anaknya. Pasti, Kawindra juga berpikir bahwa istrinya telah tewas dan tak dapat diselamatkan. Lalu, ia ingin membawa Aleesha tinggal di luar negri berdua. Menghabiskan waktu bersama anaknya, meski tak bisa membayar waktu yang lalu tapi setidaknya Prasojo bisa menghindari niat Kawindra.

"Kamu tahu, papa dan keluarga Kawindra tak berhubungan dengan baik. Kawindra menikahi kamu pasti ada maksud lain, papa tidak mau terjadi sesuatu dengan kamu," kata Prasjo dengan pelan.

Aleesha berusaha menyangkal, tapi ada benarnya juga yang dikatakan oleh Prasojo. Namun, ia juga tak akan bisa meninggalkan Kawindra begitu saja. Bagaimana dengan anak mereka nanti? Ia tak mau anaknya bernasib sama, lahir tanpa mengenal ayahnya.

"Mengapa baru sekarang? Setelah saya menikah dan punya keluarga. Mengapa tak dari dulu? Saat saya masih terlunta-lunta, tak punya keluarga dan tak punya rumah untuk dijadikan tempat tinggal," balas Aleesha.

Dulu, memang hidupnya begitu sulit. Mau makan saja, ia harus kerja keras dulu. Terlebih, saat ibunya sakit. Wanita itu harus kerja keras, sampai menemani lelaki tua yang dijadikan sebagai pajangan keberuntungan saat lelaki tua itu berjudi.

Aleesha harus menahan mual saat bau alkohol itu masuk ke indera penciumannya, ia juga harus waspada jikalau ada seseorang yang berniat jahat atau genit padanya. Puncaknya, saat ia ingin dijual dan bertemu dengan Kawindra, artinya lelaki itu yang menyelamatkan Aleesha.

Prasjo menghela nafas dalam, jikalau ia tahu hal ini dari lama mungkin ia sudah mencari keberadaan Aleesha. Namun, memang ia terlambat. Ia telah melewatkan tumbuh kembang putrinya.

"Papa minta maaf, mau ya tinggal sama papa? Papa gak tahu, jika malam itu bisa menghadirkan putri secantik kamu. Kita tinggal sama-sama ya, di Jerman atau kemana yang kamu mau?" tanya Prasojo.

Aleesha tak bisa memutuskannya sekarang, ia harus memikirkan ini matang-matang. Apakah ia sanggup, menjauhkan anaknya dari Kawindra?

。◕‿◕。______。◕‿◕。


Alan mengerut pelipisnya, ia habis menjadi sasaran empuk kemarahan Kawindra. Sejak kemarin, lelaki itu meracau tak jelas. Apalagi, setelah dikabarkan bahwa kemungkinan korban akan selamat tak lebih dari satu persen.

"Bos, saya belikan makan ya?" tawar Alan.

Kawindra menggeleng, tatapannya kosong. Ia tak tahu harus bagaimana lagi, Aleesha benar-benar pergi meninggalkannya. Apalagi, saat semua kartu identitas Aleesha ditemukan.

"Saya gak bisa makan, Lan. Bagaimana kalo istri saya kelaparan, lalu ia akan sulit untuk bertahan hidup?" lirih Kawindra.

Saat ini mereka sedang berada di titik lokasi terjatuhnya pesawat, Kawindra juga mengerahkan pengawalnya langsung untuk mencari sang istri. Ia tak peduli sudah ada Tim SAR atau lainnya, ia ingin mencari sendiri. Kawindra ingin memastikan bahwa istrinya ada dan masih hidup.

Alan menghela nafas panjang, Kawindra sudah tak makan selama dua hari. Lelaki itu selalu saja menolak karena alasan yang sama, padahal Alan sendiri skeptis bahwa ibu bosnya akan selamat.

"Bos, kita sudah cari. Langsung menyusuri lautan ini, bos juga sampai ikut menyelam. Tapi, hasil yang kita dapatkan juga tak ada. Mau sampai kapan?" tanya Alan.

Kawindra langsung mendelik tak suka, ini baru dua hari. Masih terlalu dini jika memvonis istrinya telah tiada, Kawindra tak suka itu. Lelaki itu baru akan percaya jika mayat Aleesha ditemukan. Namun, hasilnya nihil sekali.

"Jika kamu merasa keberatan melakukan hal ini. Kamu bisa pulang, saya akan bayarkan tiketnya. Saya juga tak memaksa kamu sejak awal, pulanglah," kata Kawindra.

Alih-alih merasa tersinggung dengan jawaban Kawindra, Alan semakin prihatin melihat bosnya itu. Alan menggeleng, ia ingin menemani Kawindra di sini. Untuk urusan kantor, sudah ada yang menangani secara langsung. Alan juga sudah mengatakan secara langsung pada kliennya agar memaklumi karena Kawindra terkena musibah.

"Saya tetap di sini, bos ganti baju dulu. Baju bos basah, jika terjadi apa-apa sama bos malah bisa menghambat pencarian Bu bos," kata Alan.

Kawindra menurut, ia menuju tenda yamg telah disediakan oleh pengawalnya. Sebelum Aleesha ditemukam ia tak akan menyerah untuk mencari sang istri.

"Kamu dimana sayang? Kamu benar-benar meninggalkan saya dengan cara seperti ini? Ini gak adil," gumam Kawindra, lelaki itu mengusap bulir bening yang keluar tanpa diundang.

Rasanya kehilangan Aleesha sama sakitnya seperti ia kehilangan sang ibu. Lelaki  itu membuka ponselnya yang dari kemarin tak tersentuh olehnya.

Lalu, pria itu mencoba menghubungi Aleesha kembali. Namun, hasilnya sama sekali tak ada. Pesan whatsApp lelaki itu juga hanya centang satu.

"Apa kamu meninggalkan saya secepat ini?"

"Pak bos! Barang-barang Bu bos ditemukan lagi," ucap Alan dibalik tenda.




Maaf lahir batin ya ◉‿◉, maaf lama. Gak tau semangat aku buat nulis itu nurun banget, yang awalnya 1 hari bisa sampe 6k kata. Sekarang malah mager banget, paling biasanya 3-4k kata dalam sehari.

Sehat selalu ya 。◕‿◕。
Oh iya, bagaimana bab ini? Semangka Aleesha ternyata gak jadi meninggal?

Bisa nebak sendiri kan, kenapa barang Aleesha ada di sana? Atau perlu ada penjelasan lagi?

Makasih yang udah kasih ⭐

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang