Terima kasih udah vote⭐
"Untuk kasus Hana tolong dihandle, kamu masih bisa tangani? Jika tidak, saya akan beri job pada yang lain."
Ucapan yang keluar dari mulut Kawindra begitu santai, sedangkan Alan langsung mendelik. Bahkan, ia belum sempat untuk menjawab. Memang, sepertinya kali ini mood Kawindra tidak begitu baik.
Sejak pagi, saat pertemuan dengan klien ia begitu gelisah. Beberapa kali diajak bicara, fokusnya buyar. Pikirannya sekarang sedang bercabang, antara ayahnya, istri, calon anak, perusahaan, kasus Hana ditambah Prasojo.
Begitu banyak yang ia pikirkan, apalagi sejak kemarin ia dikabarkan bahwa sang ayah mengalami penurunan. Beliau dirawat ke Singapura, pilihan terdekat dan paling aman saat ini.
"Bisa bos, aman. Tapi, apakah bos tidak ingin memberikan kesempatan pada Bu Hana. Eh-m, oke maksud saya mungkin kita bisa usut motif Bu Hana melakukan hal ini. Beliau tampak tertekan sekali, bahkan malam kemarin juga menunggu bos keluar dari kamar hotel," jelas Alan.
Kawindra menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia paling malas sekali dengan drama menye-menye seperti ini. "Itu sudah resiko, dia berani berbuat. Berarti berani juga buat menanggung atas apa yang ia perbuat. Mau dampaknya negatif atau positif, ya itu bukan urusan saya," sangkalnya dengan jengkel.
Alan mengangguk, ia menegak kopinya. "Benar memang, tapi jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dia seperti mengalami tekanan, ya saya tahu tidak semudah itu memafkan orang yang sudah berbuat jahat pada kita. Apalagi, Bu Hana sampai menyebar berita palsu, lalu menyerang secara personal."
Kawindra menyulut asap rokoknya, ia tak ingin terlibat pada urusan Hana. Motif yang wanita itu lakukan, itu sama sekali bukan urusannya. Hana sudah berani mengusik privasi hidupnya, bahkan sahamnya sempat anjlok karena hoax palsu itu.
"Saya bilang itu bukan ranah saya lagi, Alan. Jika kamu ingin memberikan dukungan pada Rubah itu silahkan, saya tidak akan melarang atau memecat kamu. Dan yang paling penting, tugas kamu itu menjalankan perintah dari saya. Just simple, tidak usah dibawa ribet dengan menggali motif si Rubah melakukan hal itu pada saya atau istri saya. Saya mengalami kerugian dari yang apa dia perbuat," balas Kawindra jengkel.
Alan terdiam, memang benar apa yang dikatakan oleh Kawindra. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri rasa kasihan ya pada Hana. Wanita itu bahkan tadi memohon padanya untuk membantunya membujuk Kawindra, agar laporan tidak ditindak lebih lanjut.
Beberapa media kemarin, juga sempat menyebarkan artikel mengenai Kawindra. Untungnya, lelaki itu cepat mendapat kabar dari stafnya secara langsung. Beberapa media diancam agar tidak menyebarkan berita palsu lagi, bahkan juga ancaman pelaporan pasal UU ITEE.
Namun, mereka membuat permohonan permintaan maaf pada sosial media. Mengklarifikasi bahwa berita yang tersebar adalah informasi palsu, dan melakukan takedown artikel yang telah terbit. Tapi, berita itu telah di capture oleh beberapa netizen dan mereka membuat konspirasi bahwa permohonan maaf berita palsu dianggap penyogokan atau bahkan Kawindra dianggap mengancam.
"Baik, saya tidak bisa memaksa jika memang itu keinginan bos. Saya akan urus semuanya, termasuk komentar jahat yang ada di sosial media milik Bu bos. Untuk identitas beberapa pemilik akun, sudah didapatkan. Tinggal pelaporan saja, bukti juga sudah dikumpulkan."
Kawindra mengangguk, ia bahkan sampai membentuk tim untuk mengusut kasus ini. Pemberitaan ini benar-benar menguras tenaga serta emosinya. Hana sialan!
"Saya mau istirahat dulu," ucap Kawindra dan meninggalkan balkon kamar Alan.
Kepalanya begitu penuh sekali, rasanya jika bisa disingkirkan satu-satu masalahnya. Ia begitu ingin, tapi tidak untuk kali ini. Rasanya masalah itu benar-benar menghantui pikirannya, tidurnya tak lagi begitu nyenyak.
Ting!
Notifikasi ponsel disaku bajunya menyadarkan ia dari lamunan. Lelaki itu mengeluarkan ponselnya, lalu melihat pesan orang yang tak dikenal dari ponselnya.
+621234xxxxx
Maksud anda, untuk mengirimkan istri anda apa? Mau mengibarkan bendera perang?Sialan! Apa ini? Masalah baru muncul lagi.
***
Aleesha begitu gelisah, sejak melakukan panggilan video call satu hari yang lalu. Suaminya tak lagi memberi kabar, ia juga sudah mengirimkan pesan remeh seperti menyuruh makan dan lainnya.
Bahkan, ia juga sudah mengirimkan foto terbaiknya yang tak kalah sexsy. Biasanya Kawindra pasti akan langsung menjawab telfon atau membalas pesannya.
"Apa dia lagi marah ya? Atau hal paling buruknya adalah, dia tau aku ketemu sama Prasojo dan mencari tau semuanya,"gumam Aleesha.
Zalina, yang melihat sahabatnya tampak gusar dan gelisah hanya mengerenyit. Gadis itu hanya diam dan tak ingin ikut campur masalah rumah tangga temannya.
"Minum dulu, Lo biasanya suka banget rasa matcha," ucap gadis berambut pendek itu menyodorkan segelas minuman dingin rasa matcha.
"Makasih, gimana kantor? Makin asik?"
Zalina menggeleng. "Seru apanya, kalo bukan karena gaji juga gue malas Sha. Lo tau gak sih, si nenek lampir ketua divisi. Gue ngerasa tertekan banget anjir, apa-apa yang gak sesuai sama pendapatnya langsung disemprot. Gila kali ya? Dan yang paling ngeselin itu, dia anti kritik parah," ucap gadis itu menggebu-gebu.
Cara berbicara Zalina begitu menghibur Aleesha. Wajah julidnya dan tak lupa bibirnya yang ikut maju. Dulu, saat ia bekerja juga merasakan hal yang sama. Ketua divisi mereka begitu kuno, anti kritik dan marah jika argumen-nya tidak diterima dengan baik.
"Ya sabar-sabarin aja kali, bentar lagi kayaknya dia juga pensiun."
Zalina memutar bola matanya, menunggu nenek lampir itu pensiun malah membuat mentalnya semakin lama tak baik. "Suruh kali, laki Lo itu buat pindahin tuh orang. Atau apa kek, nyebelin parah. Gue, kalo gak karena cuan juga malas bertahan. Lumayan gajinya gede lah buat rakyat jelata kayak gue gini," balasnya.
Menyinggung suaminya, membuat Aleesha kembali teringat dengan sikap Kawindra yang berbeda. Tak biasanya, Kawindra menghiraukan dirinya begitu saja.
"Menurut Lo nih ya, Na. Kalo Lo punya suatu rahasia yang Lo simpan, dan Lo gak mau kasih tau gue. Tapi, gue cari tau sendiri buat ngingkapin rahasia itu karena menyangkut gue juga. Lo, bakalan marah gak?"
Zalina terdiam, berpikir sejenak. Ternyata memnag benar, ada yang tidak beres pada rumah tangga sahabatnya ini. Aleesha jarang sekali mengungkapkan masalahnya secara gamblang, wanita itu tampak tertutup sekali jika menyangkut masalah pribadi.
Alasan menikah dengan Kawindra saja, ia sama sekali tak tahu. Kapan pertama kali Aleesha bertemu suaminya, juga ia tak menceritakan pada Zalina meski mereka begitu dekat dan akrab.
"Bisa iya. Ya, kalo gue gak mau kasih tau berarti itu hal yang penting banget karena sampe gue gak ngasih tau Lo. Padahal kita dekat dan udah berteman sejak lama, artinya ya memang Lo gak ngehargai privasi gue. Sekalipun menyangkut Lo didalamnya."
"Atau, bisa aja juga belum tepat waktunya sekarang buat gue ngasih tau Lo secara langsung. Mungkin, ada hal yang harus gue selesaikan lebih dulu."
Aleesha terdiam, ia berusaha mencerna keadaan dan situasi. Sudah basah, lebih baik tercebur sekalian. Maka, wanita itu berniat untuk melanjutkan rencananya sejak awal.
Aku gak tau, apa sesulit itu buat sekedar tekan ⭐. Sulit banget ya? Sehingga setengah dari yang lihat aja gak sampe haha
Semoga hari kalian menyenangkan, ada gratis ongkir shopee, dan Minggu terus kalendernya haha 👌
Emang gak mau ikutan giveaway? Masa cuma 1 orang, flop banget itu. Ya, emang harusnya sejak awal gak bikin sih dan gak berharap banyak dicerita ini, karena sekedar ngasih ⭐ aja susah ya hahah
Makasih semuanya, sampai bertemu di kehidupan selanjutnya ya ☺️☺️. Sehat selalu 😇, selamat ibadah puasa bagi yang menjalankan.
✋
KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️
Romance⚠️Dewasa Bitzura Aleesha perempuan 19 tahun yang dinikahi oleh lelaki berusia 36 tahun. Hal-hal yang tak terduga dari suaminya-- Kawindra Arsena Jorges lelaki posesesif dan hot. Lalu, bagaimana kisah mereka? Apa yang membuat Aleesha menerima Kawindr...