Part 23

28.8K 1.1K 41
                                    

Jangan lupa klik ⭐

Alan menatap Hana dengan tatapan tajam, sebab wanita itu sejak tadi tak juga menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Wanita itu hanya terdiam dan mengeratkan bajunya.

Merasa tak sabar dengan reaksi dari Hana, kemudian pria itu melangkah ke ranjang Kawindra. Alan mengambil gelas yang tersimpan di atas nakas samping ranjang, airnya iabtuangkan di tangan. Lalu, ia memercikkan air pada Kawindra, berharap bosnya bangun dari tidur.

"Bos bangun bos! Udah siang! Haduh, ini Pak Rendra udah nelfon dari tadi. Kita terlambat, bos tidurnya lama banget!" teriak Alan.

Tak ada cara lain, kerja sama dengan Pak Rendra begitu penting bagi Kawindra. Alan juga mengguncang tubuh Kawindra, berharap pria itu segera terbangun.

Tak ada yang sia-sia, karena usahanya berbuah manis. Kawindra mengerenyit, ia menatap Alan dengan tatatpan sebal karena dengan tidak sopannya masuk kamar pria itu dan sekarang malah membangunkannya dari tidur.

"Berisik! Saya masih mengantuk!"

Kemudian, Alan menunjuk Hana yang berada di sudut ruangan. Mata Kawindra mengikuti arah tunjuk Alan, sontak ia langsung terduduk saat melihat Hana. Wajahnya langsung memerah menahan kesal, pasti wanita itu kembali ingin meminta maaf padanya!

"Kamu mengapa ada di sini! Merusak pandangan saya saja! Sana kamu! Sudah saya bilang, jika saya tidak akan mencabut laporannya. Terserah kamu, mau bagaimana. Tapi, jangan coba-coba untuk merayu saya!"

Hana langsung menatap Kawindra dengan tatapan sengit, wanita itu mendekat pada Kawindra. "Justru bapak yang merayu saya duluan! Bapak lupa? Jika terjadi sesuatu diantar kita?"

Mendengar perkataan Hana, Kawindra langsung mengecek tubuhnya. Tak pakai baju, celana kantornya juga sudah terlepas. Hanya meninggalkan celana pendek, pria itu lantas mengecek jikalau ada sesuatu yang salah di alat kelaminnya. Tak ada, jelas ia tahu betul jikalau kelaminnya sulit bereaksi pada orang lain.

Ini semacam kutukan, tidak. Tapi, apakah mungkin jika dalam keadaan tak sadar, benda itu akan bereaksi? Kawindra belum pernah mencobanya, ia bergidik ngeri saat membayangkan bahwa ia melakukan hubungan seksual dengan Hana. Tak mungkin!

"Saya tak mungkin melakukan itu! Kamu jangan mengada-ngada, jika saya melakukan sesuatu pasti ada yang berbeda dengan tubuh saya! Jejaknya tidak ada sama sekali!" balas Kawindra tak kalah sengit.

Sedangkan Alan hanya menatap kedua orang yang sedang bertengkar dengan tatapan jengah. Ia bak wasit di sini.

"Saya juga gak tau Pak bos, waktu Bu bos nelfon katanya mau ketemu Pak bos. Lalu, saya ke sini dan yang buka pintu dia," ujar Alan menunjuk Hana, saat Kawindra meminta penjelasan dari pria itu.

Kawindra menepuk dahinya, ia sudah lama mengabaikan sang istri. Hingga akhirnya, pria itu lupa sendiri menghubungi sang istri. Meski rasanya ia sangat kesal dengan Aleesha, tapi tak dapat disangkal bahwa Kawindra begitu merindukan sosok sang istri.

Lalu, ia menghidupkan ponselnya yang sengaja ia matikan. Tangannya berselancar mencari aplikasi yang biasa ia gunakan untuk berbalas pesan dengan sang istri.

Istri
Kamu marah beneran?
Padahal, aku kangen sama kamu 😕
Kamu kayak anak perawan, marah tanpa sebab 😟
Kangen tau, dedek juga 🥺

Yang memberikan nama kontak ini adalah istrinya sendiri, saat itu Aleesha memaksa. Sebelumnya, nama sang istri adalah bocah berisik di ponselnya.

Sekarang, suara berisik Aleesha begitu ia rindukan.

"Jika kamu keukeh kita melakukan sesuatu, bagaiamana kalo periksa saja? Mari ke rumah sakit sekalian, saya merasa tidak melakukan apapun sama kamu!"

Hana semakin sebal mendengar ucapan Kawindra, tanpa diminta, wanita itu meninggalkan ruangan kamar hotel yang di tempati oleh Kawindra.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang