Bab 51 +

33.7K 550 24
                                    

"Nak, jangan dipegang itu. Masih panas!" Tegur Aleesha.

Barak tertawa, sengaja memegang kue yang dibuat oleh ibunya. Lalu kembali menjauhkan tangan mungilnya dari bika Ambon. Begitu seterusnya, sampai Aleesha gemas dan mendekat pada sang putra.

Wanita itu menjauhkan kue yang baru saja ia angkat dari oven. Lalu Mencium gemas putranya yang tertawa senang. "Mama bilang tidak boleh pegang. Masih aja dipegang, suka gak dengerin Mama sekarang ya?"

"No! No!"

"Gak mau dicium lagi?"

"Em!"

"Ya udah, Mama mau lanjut masak. Main dulu sama bolu sana, tadi nyariin bolu sampai nangis. Sekarang ada bolu malah dibiarin," kata Aleesha. Ia melirik pada kucing putih kesayangan putranya yang berbaring malas di lantai.

Barak menoleh ke belakang, lalu berlari kecil mendapati kucingnya. Mencubit gemas kucing putih tersebut, tapi anehnya bolu tak pernah marah pada Barak. Berbeda cerita jika yang berbuat demikian adalah Kawindra. Kucing itu langsung mengamuk, bahkan mau menggigit karena merasa terancam.

Seorang pria datang dengan membawa belanjaan di tangannya. "Belum selesai masaknya sayang?"

"Sedikit lagi. Tinggal panggang ikan sama ayamnya aja. Terus ngulek sambal." Wanita itu mengambil alih belanjaan sang suami. "Mas, ajak anaknya buat mandi dulu. Bajunya ambil yang paling atas ya? Jangan sampai berantakan!"

"Galak kamu," balas Kawindra.

"Kamu suka berantakin, padahal udah aku susun rapi. Kamu juga sekalian mandi, bajunya udah aku siapin di kasur."

Kawindra tersenyum, pria itu melingkarkan tangannya pada pinggang sang istri. Ia mencuri kecupan pada bibir istrinya. "Iya. Kamu habis ini juga mandi. Atau mau sekalian aja nanti setelah Barak mandi, aku yang mandiin kamu. Biar Mbok yang menyelesaikan pekerjaan kamu," bisiknya.

"Mesum!" Kata Aleesha. Menyikut lengan sang suami agar segera menyingkir darinya.

Pria itu terbahak, ia segera menyingkir dari sang istri mendekat pada putranya yang sedang berbaring bersama kucing. Kawindra berjongkok, mencolek tubuh putranya yang tampak sibuk mengabsen gigi kucingnya. "Barak, kita mandi dulu. Mama suruh mandi, katanya habis mandi mau dikasih susu."

"No!"

"Ah, kamu kosakatanya nambah sedikit kenapa? No terus."

"Di Mama!"

"Mandi sama Mama?"

"Em."

"Mama kasihan, capek begitu masa suruh mandiin kamu? Nanti Kakek ke sini mau makan malam. Kalau Barak tidak mandi sekarang, pasti nanti baunya asam!"

Bocah itu berdecak, tapi ia akhirnya duduk dan mendongak untuk menatap wajah sang ayah. "Ya ya!"

"Nah, gitu. Tapi wajahnya tidak boleh cemberut. Nanti malah keriput," teguralnya.

Kawindra langsung mengangkat tubuh putranya, menggendong bocah itu dan menuju lantai dua kamar mereka. Ia mengambil handuk bersih di lemari, lalu membawa putranya ke kamar mandi.

Barak yang langsung sumringah begitu dihadapkan pada bath tub melonjak senang dan meminta sang ayah memasukkannya ke sana.

"Sebentar."

Sembari putranya masuk dalam bath tub, Kawindra menyabuni tubuh Barak hingga bersih. Mengajak bocah itu menyikat gigi. Baru kemudian ia mengurus dirinya sendiri, walau matanya tak pernah lepas memandang sang putra yang tengah sibuk bermain busa. Takut kalau putranya terjatuh dan nantinya sang istri akan memusuhinya.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang