xiv. arrive

1.9K 505 68
                                    

Halo halo! Aku bakal double upp!!🥴

"Tapi, kalo gue gak percaya sama lo gimana kak? kalo ternyata lo yang ngasih kutukan gimana?" Pertanyaan itu sukses membuat Jake terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi, kalo gue gak percaya sama lo gimana kak? kalo ternyata lo yang ngasih kutukan gimana?" Pertanyaan itu sukses membuat Jake terdiam.

Hening, Jake belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ni-Ki juga diam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan pandangannya lurus kedepan.

Hingga Jake menjawab "Ya kalo lo gak percaya sama gue ngapain ikut?" Katanya.

"Bener! Lo lolos tes gue!!" Pekikan Ni-Ki membuat Jake mendelikkan matanya, "Maksud lo?" Tanya yang lebih tua.

"Hahaha! Ya jelas gue percaya sama lo lah kak, kalo pun misal lo yang jahat yaudah sih." Lagi-lagi perkataan Ni-Ki membuat Jake bingung.

"Kok 'yaudah si'? Lo gak takut mati atau apa gitu?" Tanyanya, "Takut mah jelas, tapi setidaknya gue udah berusaha cari tau siapa dibalik ini semua, dan kalau misalkan beneran lo atau diantara kita bertujuh, gue masih bisa berusaha lagi buat nyadarin dia."

Penjelasan Ni-Ki tersebut tidak dibalas Jake, tapi pemikirannya dengan adik kelasnya itu sungguh berbeda.

"Lo gak kecewa kalo pelakunya beneran diantara kita?" Ini yang ada di pikiran Jake.

"Kecewa, kecewa banget, tapi pasti ada alasan kan dibalik dia ngelakuin ini semua?" Ujar Ni-Ki, sang kakak kelas pun menyadarinya. Pasti ada motif dibalik suatu tindakan.

"Masih jauh nih kak?" Tanya Ni-Ki, "Enggak, dikit lagi sampe kok." Balas Jake.

Benar adanya, karena tak lama setelah itu sekitar 5 menit mereka sudah sampai di tujuan, Jake tidak ingat apa ia pernah kesini atau tidak. Rasanya sangat asing.

Lalu bagaimana ia bisa tau tempat ini? Tentu saja dari bibi dirumah yang sudah melayani ayahnya sejak kecil itu.

Omong-omong, Jake tidak memberitahu ayahnya sama sekali, karena jelas ia akan dilarang keras oleh Taehyung.

"Bener ini kak tempatnya?" Kata Ni-Ki yang merasa tidak yakin, bagaimana tidak, disini sangat sepi hanya ada rumah rumah sederhana yang jaraknya berjauhan.

"Bener, mungkin." Mendengar dua kata itu Ni-Ki menolehkan kepala nya cepat ke arah Jake, jadi kakak kelasnya itu juga tidak yakin?

Mereka berjalan beriringan ditengah jalanan yang tidak mulus itu, sepi, sangat sepi. Bahkan tidak ada seorang pun yang lewat disana.

Sesungguhnya Jake sedang takut sekarang, jantungnya tak mau tenang dan matanya melirik sana-sini khawatir. Melihat Jake yang sepertinya takut itu Ni-Ki pun semakin mendekatkan dirinya pada kakak kelasnya itu.

"Lo takut kak?" Tanya nya berbisik, Jake langsung menoleh dan menampakkan raut wajah yang tidak dapat diartikan, kemudian ia mengangguk kecil.

"Gapapa kak, lo kesini buat nyari jawaban dari pertanyaan lo. Gak ada yang perlu ditakutin." Ucap Ni-Ki menenangkan Jake.

"Lo sendiri gak takut?" Pertanyaan yang lebih tua pun dibalas gelengan disertai senyuman tipis oleh Ni-Ki. Jake pun mengambil nafas panjang lalu membuangnya untuk menenangkan diri.

Lekas itu ia langsung melanjutkan perjalanan ke gubuk yang tepat berada di tengah pepohonan yang rimbun. Ini masih siang tapi dari hawanya saja sudah mencekam, bagaimana ia tidak takut?

Tapi dari sudut pandang Ni-Ki ini tidak ada seram-seramnya, malah aneh karena tidak ada sesosok makhluk halus satupun yang dapat ia lihat.

"Kemana nih kak?" Tanyanya, "Situ tuh." Balas Jake dengan mengarahkan dagunya kerah depan. Wow, sepertinya gubuk yang sudah lama tidak dirawat.

Tanpa banyak basa-basi Jake langsung mengetuk pintu gubuk tersebut berharap ada seseorang di dalamnya.

'Kriet...

Suara pintu terbuka membuat Jake bernafas lega, ternyata ada orang, tapi sudah kakek-kakek. Rambutnya putih, wajahnya berkeriput, dan sedikit berbungkuk.

"Permisi kakek, kakek ayahnya Taehyung bukan?" Tanya Jake dengan sopan, tapi anehnya kakek tersebut membelalakkan matanya sedikit, seperti kaget.

"Bukan, dan saya tidak kenal Taehyung." Setelah mengucapkan hal tersebut tanpa pamit ia langsung menutup pintu itu dengan kasar.

Baiklah, disini Jake dan Ni-Ki benar-benar terkejut karena mereka berdua tidak membayangkan responnya akan seperti itu. Ni-Ki yang sepertinya akan menyerah berinisiatif untuk membujuk Jake pulang.

"Ayo kak mending pu-"

"Kek... tolong saya, saya butuh sesuatu untuk ditanyakan kepada beliau. Tolong bantu saya... saya mohon untuk kali ini saja, saya- saya akan melakukan apapu-"

"Kak!" Ni-Ki mendengar perkataan Jake langsung panik dan langsung memutus kalimat tersebut, takut kalau saja kakek tersebut menyuruh kakak kelasnya itu melakukan hal berbahaya.

"Ki, gue harus ngelakuin ini, atau gak nyawa kalian jadi taruhannya." Ujar Jake, matanya mencerminkan kekhawatiran.

"Lo khawatirin orang lain, tapi lo sendiri gak khawatirin diri lo sendiri. Mana bisa gitu?!" Marah yang lebih muda, Jake menatapnya sayu.

Mereka berdua terdiam sejenak, dan akhirnya Ni-Ki mengajak Jake untuk kembali ke mobil
dan pulang. Tapi langkah mereka langsung terhenti ketika tiba-tiba saja sang kakek berbicara dari dalam gubuk.

"Ayahnya sudah meninggal, kamu bisa mengecek
di kuburan ujung jalan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(2) Death Bed || Enhypen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang