Bagian 8

2.8K 253 15
                                    

Note : book ini adalah fiksi dan gak ada sangkut pautnya dengan real life. Gue cuma minjem nama beberapa idol jadi karakter dan sifat setiap tokohnya itu gak real yah! Kalaupun ada beberapa tokoh yg di buat antagonis mohon maaf dan gue ga ada maksud buat ngejelekin idol manapun

~ kalau ada kritik dan saran mohon disampaikan lewat komen atau DM aja



♡ ♡ ♡

Park Jisung, ketua OSIS yang digadungi banyak gadis itu terlihat sibuk didepan layar komputernya, sesekali membuka beberapa buku yang menumpuk di atas meja.

Sebagai seorang ketua OSIS tentu saja ia dituntut untuk menjadi perfeksionis, dan serba bisa di segala bidang terutama akademik.

Jisung tidak pernah menyangkal jika ada yang mengatakan bahwa dia terlalu ambisius, karena faktanya memang seperti itu. Nilai sempurna adalah hal wajib didapatkan, tidak suka dibantah dan tidak suka kalah.

Dan ia benci pada fakta jika zhong chenle si atlet pelajar yang terlihat bodoh itu sudah menghancurkan image perfectnya.

Oh ayolah selama dia hidup hari ini adalah pertama kalinya dia di hukum, dan anak itu aishh entah harus bagaimana jisung menjelaskannya. Ia terlampau gemas dengan sikap pembangkang dan amburadul chenle, ditambah lagi anak itu berasal dari atlet pelajar yang nilai akademiknya jelas jauh di bawah jisung. Ingat, dia benci orang yang bodoh.

"Haaaah"

jisung menghela napas panjang, matanya mengedar dan menangkap sebuah kalung dengan bandul lumba lumba. Tangannya terulur untuk mengambil benda itu, dan dipandanginya dengan seksama.

"emang cocok sama sama berisik"

yup, kalung itu milik chenle. Jisung menemukan kalung itu sesaat sesudah insiden di lapangan basket. Sepertinya itu jatuh ketika chenle memberontak dan mendorong tubuhnya.

tanpa sadar pria tinggi itu tersenyum simpul. Jika kalian bertanya alasan Jisung mencium chenle waktu itu maka jawabannya adalah tidak tau. Pikirannya kalut saat melihat wajah berkeringat si atlet.

Sekelebat bayangan wajah kesal chenle dihiasi rona merah muda muncul dibenaknya. manis, sama seperti bibir Cherry yang pernah ia cicipi.

tunggu? apa baru saja seorang park Jisung mengatakan chenle manis

Plakk

"apaan sih gue! ngapain jadi mikirin si bodoh itu"Jisung menampar pipinya sendiri kala tersadar telah membayangkan chenle.

"udah gila kali gue kalau sampe suka sama tu atlet bar bar" Jisung bergidik ngeri sambil membuang kasar kalung itu ke atas meja.

Kaki panjangnya ia langkahkan menuju kulkas mengambil sesuatu untuk diminum, ah sekaleng soda saja cukup untuk menjernihkan pikirannya yang sedang lelah jangan sampai ia berpikir hal hal yang mengerikan lagi.

.

.

.

.

.

Di sisi lain zhong Yixing harus menyetok rasa sabar saat menyeret chenle ke apartemen anak sahabatnya.

"Zhong chenle jangan kaya anak kecil ih"

"Gak mau mama! gimana kalau anaknya temen mama itu jahat? nanti lele di apa apain gimana mama tega apa?" ucap chenle memelas Berusaha bernegosiasi untuk terakhir kali sebelum sampai di depan pintu apartemen orang yang akan menjadi pembimbing nya sementara waktu.

naaf saja sayang, tapi kali ini keputusan Yixing sudah bulat.

"No no no! kali ini lele harus nurut sama mama"

Chenle hanya bisa pasrah sambil merapalkan doa semoga anak teman mamanya itu bukan kakak2 mesum.

Ting tong ting tong

Yixing menekan bel apartemen

Ceklek

Pintu itu terbuka menampakan sosok tinggi seumuran anaknya. Pria berlesung pipi itu tersenyum cerah

"hai jisung, ini anak tante yang mau tante ungsikan sementara sama kamu" ucap Yixing sambil menyenggol lengan chenle agar anak itu menjulurkan tangannya.

"ELO?" tunjuk chenle didepan wajah si pria

wajah yang sama ditunjukan oleh si pemilik apartemen

"jadi anak mama lay itu ZHONG CHENLE?"

Yixing mengernyitkan dahi "loh kalian kok kaget gitu? udah saling kenal yah?"

"GAK"

"Iya"

Jawab keduanya serentak dengan jawaban yang kontras

"umm Jisung boleh bicara di dalam Sepertinya ada sesuatu di sini"













To be continue . . . . .











ENEMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang