SACHIHARA KORARU diam-diam menatap lelaki berambut baby blue tersebut dari balik buku yang menutupi sebagian wajahnya.
"Nama saya Katagaki Mizuo. Salam kenal dan mohon bantuannya."
Lelaki itu adalah murid baru di kelasnya dan ia baru masuk di semester dua. Tepuk tangan antusias menggema di kelas. Koraru akui, lelaki itu cukup tampan meski berkacamata. Dan ia rasa, siswi lain juga berpikiran demikian. Mereka berbisik-bisik, bahkan ada yang terang-terangan menanyakan ID LINE-nya.
Koraru mendengkus, lantas kembali menatap lelaki itu. Namun, mata kuning kejinggaan miliknya justru malah bersirobok dengan mata biru laut sang murid baru. Mereka bersitatap cukup lama sampai Koraru membuang wajah ke arah lain karena pipinya mendadak sedikit memanas, sementara Katagaki Mizuo terus menatapnya intens.
Kenapa laki-laki itu terus menatapku?
"Baiklah, Katagaki-san¹, silakan duduk di bangku kosong di sebelah Sachihara Koraru dan di depan Uenoyama Karen," titah Kazaki-sensei² sembari menunjuk bangku kosong di dekat jendela.
Kazaki-sensei tidak menyebutkan siapa nama murid yang ada di bangku depan karena bangku itu terlihat kosong.
"Baik, Sensei."
Baru satu langkah Katagaki Mizuo berjalan, lelaki itu sudah limbung dan nyaris jatuh andai tangannya tidak bertumpu pada meja. Ia melangkah lagi dan tubuhnya benar-benar seakan ingin jatuh. Kening Koraru mengerut heran. Apa lelaki itu baik-baik saja? Apa kakinya tengah terluka jadi jalannya aneh begitu?
Tak hanya Koraru, murid sekelas juga menatap Mizuo aneh karena setiap melangkah dia selalu berpegangan pada meja di sampingnya. Namun, lelaki itu malah mengangkat wajah dan tersenyum cengengesan.
"Anu, ekorku—eh, maksudnya— ka ... kakiku sedang terluka," kata Mizuo yang mengerti raut heran teman-teman sekelasnya.
"Aah ...." Mereka, termasuk Koraru, langsung mengangguk-angguk paham, meski tak mengerti kenapa Mizuo (kalau tak salah) mengatakan ekor.
Selanjutnya, pembelajaran berlangsung sepeti biasa. Kazaki-sensei membicarakan sesuatu saat homeroom, termasuk menyambut kedatangan Mizuo di kelas 2-1. Lalu di pelajaran berikutnya, Mizuo bukannya memperhatikan guru, malah terus menatap Koraru hingga gadis itu merasa tak nyaman. Apa ada yang aneh denganku?
Agaknya tak hanya Koraru yang menyadari hal itu. Itou-sensei sampai menegur Mizuo yang tidak memperhatikan papan tulis dan gelagapan saat ditanya jawaban soal materi Matematika yang tengah diterangkannya. Tak hanya itu, Yamasashi Hara—gadis yang duduk di sebelah Koraru—juga berbisik, "Dari tadi Katagaki-kun³ terus memperhatikan dan melirikmu, lho."
Koraru mendekatkan kepalanya pada Hara. Ia memejam sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Sst, diamlah. Nanti dia dengar."
Hara mencebikkan bibirnya dan kembali menghadap depan, tetapi Koraru tambah mendekatkan kepalanya ke telinga Hara.
"Hara, apa ada yang salah dengan penampilanku?" Ujung-ujungnya, Koraru tetap bertanya demikian.
Gotcha!
Hara tersenyum miring. Pasti ia sudah menduga Koraru akan bertanya itu. Lagi pula, siapa sih yang tidak risi ditatap terus menerus oleh lawan jenis?
"Tidak ada yang salah denganmu. Anak itu saja yang aneh," balas Hara berbisik dengan telapak tangan kanan berada di sebelah mulut.
Koraru mendesah lega. Punggungnya agak merosot, tetapi ia cepat-cepat menegakkan punggung lagi tatkala Itou-sensei mengalihkan tatapan padanya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/304994686-288-k635832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet at the Sea | 海で会うまで
FantasyKatagaki Mizuo menyukai Sachihara Koraru sejak pertama kali mereka bertemu. Semuanya berawal dari seorang gadis SMA yang menyelamatkan seekor merman dari manusia yang menangkapnya. Mare--seekor merman, putra bungsu dari penguasa lautan--jatuh cinta...