"THALASS, PERNAHKAH kau merasakan jantungmu berdebar-debar, wajah dan pipimu terasa panas, dan kau merasa mendapat dorongan ingin memiliki saat memikirkan atau berinteraksi dengan Anna Madelyn?"
Mare melontarkan pertanyaan itu tatkala mereka dalam perjalanan kembali ke samudra.
Thalass tak menjawab. Merman itu bertingkah seolah-olah ia taktahu.
Mare yang kesal karena tak diacuhkan oleh kakak kelimanya menendang bokong Thalass yang berenang tepat di depan dengan ekor siannya.
Thalass spontan menoleh ke belakang dan mendelik. "Sakit, bodoh!"
"Jawab pertanyaanku." Mare memberengut.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Thalass sembari mengusap-usap bokongnya.
"Aku akan jawab kalau kau menjawab pertanyaanku."
"Kau adik paling menyebalkan seantero samudra, Mare," ujar Thalass sembari rolling eyes.
"Salah, seharusnya adik paling manis seantero samudra," ralat Mare yang terkikik-kikik.
Mulanya ia hanya bercanda, tetapi siapa sangka ternyata Thalass menganggukinya. Ia kira Thalass akan menyangkal. Bukankah itu berarti Thalass benar-benar menganggap Mare adik yang manis?
"Kau memang adikku yang paling manis, cerdas, dan diliputi rasa penasaran tinggi." Saat berkata demikian, atensi Thalass hanya terfokus ke depan. Ia tak sedikit pun berhenti berenang hanya untuk menanggapi ocehan Mare.
Sang merman bungsu dari tujuh bersaudara membusungkan dada. "Terima kasih atas pujiannya, Thalass."
Netra Thalass menyipit. "Aku tidak memujimu. Itu namanya ironi."
Seketika Mare mendesah kecewa, tetapi ia memilih abai dan lanjut bertanya, "Jadi, apa jawabanmu?"
"Ulangi pertanyaannya."
Mare mencebikkan bibir kesal. Namun, ia tetap mengulang pertanyaan panjang itu.
"Pernahkah kau merasakan jantungmu berdebar-debar, wajah dan pipimu terasa panas, dan kau merasa mendapat dorongan ingin memiliki saat memikirkan atau berinteraksi dengan seorang wanita atau singkatnya, Anna Madelyn?"
"Kalau kujawab pernah?"
"Aku sudah tahu jawabannya."
Thalass berhenti sejenak, lantas membalikkan badan hanya untuk menepuk kepala Mare.
"Bukan pernah lagi, tetapi kau memang sedang mengalaminya."
Sebelum Thalass bertanya lagi, Mare melanjutkan, "Terlihat jelas dari nada bicara dan sikapmu pada Anna Madelyn dan Oval."
"Kau ...." Thalass mengusap wajah kasar. "Sial, kau benar-benar cerdas. Aku sampai tak bisa menyangkal."
"Aku pernah dianugerahi sebagai murid terbaik di akademi, kau tahu?" Mare berkata seakan meledek Thalass. Namun, yang diledek justru takacuh dan kembali membalikkan badan untuk berenang.
"Ya, memang benar aku sedang mengalaminya. Jantungku selalu berdebar saat memikirkannya. Pipiku terasa memanas saat mengobrol dengannya dan aku merasa ingin memilikinya. Tidak boleh ada yang lain selain diriku."
"Itu namanya apa, Thalass? Perasaan berdebar-debar dan ingin memiliki itu."
Thalass menoleh sekilas ke belakang. "Namanya cinta, Mare, jatuh cinta."
"Bisa kau jelaskan?"
"Jatuh cinta itu ... perasaan ketika kau telah menaruh hati pada seseorang."
Mare mengangguk-angguk paham. Kini, ia telah mengerti perasaannya. Jatuh cinta ... siapa yang sangka ia sekarang merasakan hal yang dialami Thalass? Bagi Mare, perasaan seperti itu cukup merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet at the Sea | 海で会うまで
FantasíaKatagaki Mizuo menyukai Sachihara Koraru sejak pertama kali mereka bertemu. Semuanya berawal dari seorang gadis SMA yang menyelamatkan seekor merman dari manusia yang menangkapnya. Mare--seekor merman, putra bungsu dari penguasa lautan--jatuh cinta...