nijuuichi 二十一 shio no umi matsuri (2)

19 7 16
                                    

MIZUO SUDAH bersiap dengan pakaian santai; kaus putih dibalut luaran kemeja lengan pendek biru bermotif bunga putih, celana jin pendek selutut, serta sepatu putih. Penampilannya menyatu dengan warna rambut dan matanya nan sangat menenangkan. Sesekali Mizuo melirik ponsel, menanti tiap menit kedatangan Koraru.

Sebenarnya bukan salah Koraru yang telat. Hanya saja, Mizuo memang sengaja datang setengah jam lebih awal. Ia semangat sekali sampai-sampai langsung bersiap setelah mengabari Koraru untuk mengajaknya ke festival. Sebelum berangkat tadi, sempat-sempatnya Keiko terbahak dan menggodanya yang akan kencan dengan seorang gadis manis dan cantik. Namun, Mizuo menyangkal dengan mengatakan bahwa hubungan mereka 'baru' teman dekat.

Tepat di jam tujuh menit ketiga puluh, seorang gadis berbalut kimono jingga menghampiri Mizuo yang tengah berdiri dan menunggu di depan Kuil Kaiyou.

"Hai, Mizuo-kun. Maaf, sudah menunggu lama, ya?" tanya gadis itu dengan raut bersalah. Jemari lentiknya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.

Mizuo mengerjap beberapa kali untuk memastikan penglihatannya, tetapi ia yakin betul kalau gadis yang amat cantik ini adalah Koraru. Masalahnya, penampilannya terlihat cukup berbeda dari di sekolah. Ini pertama kalinya Mizuo melihat seorang gadis memakai kimono—selain Keiko.

Rambut cokelat gelap Koraru yang panjang sepunggung disanggul di belakang kepala, tetapi kali ini dihiasi tusuk konde dengan hiasan bunga ume. Sementara itu, wajahnya terlihat lebih cerah. Mizuo berpikir Koraru mungkin sedikit berdandan karena bibirnya seperti dipoles gincu merah. Pipi tirusnya juga terlihat putih dengan rona merah muda tipis.

"Ano, Mizuo-kun?"

Mizuo tersentak begitu tangan Koraru melambai-lambai di depan wajahnya. Ia merasa pipinya sedikit memanas sampai tidak sadar menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan kiri.

Demi Neptune, kenapa Koraru sangat cantik malam ini?

"Ah, apa jangan-jangan dandananku terlalu menor, ya?"

Mizuo yang baru tersadar langsung menggeleng. "Ah, tidak, bukan begitu. Kau terlihat sangat cantik malam ini sampai-sampai aku terlena," jawab Mizuo kelewat jujur.

"Eh, e-etto ... te-terima kasih."

Ah, ia tidak tahu saja, kalau wajah gadis di hadapannya menjadi memerah karena ulahnya.

Koraru membuang wajah ke arah lain. Pintu gerbang shio no umi matsuri tampak ramai. Di dalam dekat gerbang, berjejer kios-kios yang memamerkan aneka makanan dan pernak-pernik.

"Ayo masuk," ajak Mizuo yang seenaknya meraih tangan kanan Koraru dan menggandengnya menuju gerbang matsuri.

"Ano, Mizuo-kun. Apa tidak apa-apa jika seperti ini?" Koraru yang berjalan beriringan dengan Mizuo menoleh ke sisi kanannya.

"Seperti ini bagaimana?" Mizuo balik menatap dan meneleng bingung.

Koraru menundukkan kepala dan menatap gandengan tangan mereka.

Mulanya Mizuo tidak paham. Butuh jeda beberapa detik sampai lelaki itu menyadari kode bahwa Koraru tidak nyaman tangannya digandeng.

"E-eh, maaf!" Mizuo segera melepas genggaman tangannya dan spontan membungkukkan badan sekilas. "Kau tidak suka, ya? Maafkan aku."

Koraru menarik kembali tangannya, menangkupkannya di depan dada. "Tidak, hanya saja, aku merasa ... aneh. Sebelumnya aku tidak pernah digandeng oleh lawan jenis."

"Oh, begitu, ya. Maaf."

Mizuo jadi teringat, dahulu ia suka menggandeng tangan para mermaid, terutama Aurora. Ia kira menggandeng atau berkontak fisik dengan lawan jenis adalah hal biasa di daratan. Ternyata tidak. Sungguh, ia malu sekali pada Koraru. Bagaimana jika gadis itu menjadi tidak suka padanya? Ah, mendadak Mizuo diliputi perasaan bersalah.

Until We Meet at the Sea | 海で会うまでTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang