"MARE, KE MANA saja kau?! Ini sudah lewat sepuluh menit dari—"
Dan tentu saja, Ocea yang pertama kali memarahinya ketika sampai. Saudara-saudarinya setia menunggu di altar, tetapi hanya Ocea yang langsung menghampiri Mare sembari bersedekap dengan tatapan nyalang.
Mare mengorek telinga kirinya dengan jari telunjuk, sementara ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Maaf, aku terlalu terlena. Bulan dan langitnya cantik sekali. Lagi pula aku hanya telat sepuluh menit," jawab Mare ogah-ogahan.
Neptune menghampiri merman berusia tujuh belas tahun tersebut dan menepuk bahunya lembut. "Mare, aku tahu kau adalah duyung dipenuhi rasa penasaran, tetapi berhati-hatilah pada rasa penasaranmu itu. Rasa penasaran yang tinggi dapat membahayakanmu."
Iris biru laut Mare bersitatap dengan sepasang mata safir Neptune. Mare tahu; agaknya sang ayah sudah mengetahuinya.
Mare menunduk. "Aku tahu, Ayahanda."
Neptune mengangkat telapak tangannya dari bahu Mare. "Baiklah, kalau begitu. Mare, Marine, kalian berdua beristirahatlah."
Marine berenang menghampiri kedua merman itu, lantas menunduk. "Baik, Ayahanda."
Aqua, Fluc, Kyma, dan Thalass ikut menghampiri adik bungsu kembar mereka. Fluc yang terlebih dahulu mengangkat kedua tangan dan merangkul bahu Mare dan Marine, membuat kedua duyung itu tersentak.
"Fluc!" Mare memprotes dengan mata mendelik.
Belum sempat Marine juga melayangkan protes, Aqua, Kyma, Thalass ikut mendekap hingga posisi mereka seperti saling merangkul. Disusul Ocea yang malu-malu bergabung jikalau tangan Thalass tak mengisyaratkannya untuk kemari dan ikut berpelukan. Ocea merangkul bahu Thalass dan Mare. Tak sampai di sana, sekonyong-konyong Aurora datang dan memekik, "Kalian berpelukan tidak mengajak-ajak aku? Jahatnya!" lalu melompat ke arah mereka dan menubruk punggung para merman itu.
"Hei! Sakit, Aurora!" protes Kyma. Diikuti ocehan Thalass.
"Kenapa kau ikut-ikutan, sih?"
Aurora melompat tepat di punggung Kyma. Tatapan nyalang merman berambut pirang kebiruan tersebut bersinggungan dengan Aurora yang menatapnya tanpa dosa.
"Oh, maaf." Wajah manis Aurora yang berlesung pipit hanya cengar-cengir.
Aurora melepas rangkulan Mare dengan saudara-saudarinya, lantas menepuk bahu si kembar.
"Mare, Marine, selamat atas kedewasaan kalian. Aku tidak menyangka dua adik kecilku sekarang sudah besar. Padahal kemarin-kemarin Mare masih merengek sampai menangis meminta pergi ke permukaan," ujar Aurora dengan nada berkelakar.
Marine mengikik. Saudara kembarnya itu memang terkenal cukup cengeng.
"Aku tidak begitu!" bantah Mare menggebu. "Lagi pula kau bukan kakakku."
"Aurora benar, Mare. Kau tidak ingat saat ulang tahunmu yang keempat belas kau merengek ingin ikut Thalass ke permukaan?"
Lima saudara Mare yang lain terbahak keras. Mare memalingkan wajah. Sebenarnya ia lupa dengan kejadian itu. Lebih tepatnya, hanya menganggapnya angin lalu. Namun, entah kenapa Marine dan Aurora memang nan paling ingat kelakuannya yang bagi Mare amat memalukan. Ia heran kenapa para mermaid punya ingatan yang kuat.
Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Mare dan Marine. Keduanya kembali ke kamar mereka, tetapi lima saudara mereka yang lain ikut pulang. Mare sekamar dengan Thalass, kakak kelimanya. Sementara itu, Marine sebagai satu-satunya mermaid punya kamar sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet at the Sea | 海で会うまで
Viễn tưởngKatagaki Mizuo menyukai Sachihara Koraru sejak pertama kali mereka bertemu. Semuanya berawal dari seorang gadis SMA yang menyelamatkan seekor merman dari manusia yang menangkapnya. Mare--seekor merman, putra bungsu dari penguasa lautan--jatuh cinta...