hachi 八 belajar bersama

24 8 6
                                    

"APA LUKA di kakimu sudah sembuh?"

Sebelum sempat sampai di mejanya, langkah Mizuo terhenti di depan meja Koraru yang mendadak menyapa dan bertanya seperti itu. Mizuo mengerjap, agaknya bingung ingin menjawab apa. Alhasil, lelaki berkacamata itu menggaruk kepalanya.

"Ano, belum, tetapi sudah lebih baik."

Koraru memicingkan mata curiga. "Kau yakin? Kemarin saat bermain basket dan meloncat, kau sampai berteriak kencang dan meringkuk, lho."

Sachihara melihatnya?

Seakan ada anak panah yang menusuk tepat di jantungnya, Mizuo memegang dada bidangnya sembari tersenyum pahit. Perkataan Koraru benar-benar membuatnya malu. Ia sama sekali tak melihat kehadiran Koraru kemarin di barisan gadis-gadis yang menonton.

"Sungguh tidak apa-apa kok, tetapi untuk sementara waktu, sepertinya aku tidak bisa bermain basket, apalagi meloncat-loncat seperti kemarin lagi."

Kalau tidak, aku akan dimarahi Keiko-san lagi.

Koraru mengangguk-angguk. "Sou."

Lantas, Mizuo duduk di bangkunya. Tak lama, Uenoyama Karen datang dan menghampiri meja Mizuo dengan tergesa.

"Kagataki-kun! Bagaimana keadaan kakimu?!" tanya Karen. Raut wajahnya terlihat amat panik.

Belum sempat Mizuo menjawab, teman-teman yang lain ikut memberondongnya dengan berbagai pertanyaan sampai lelaki itu kewalahan menjawab dan refleks berkata, "Kalian bisa diam tidak? Aku tahu kalian khawatir, tetapi kalian terlalu berisik. Luka di kakiku sudah membaik. Jadi jangan tanya-tanya aku lagi."

Kata-kata itu sukses membuat suasana di kelas 2-A hening. Mizuo mengatakan itu dengan tatapan dingin seakan tak ingin diganggu sampai sebagian orang terperangah. Mereka tak menyangka seorang Katagaki Mizuo akan berkata dengan nada amat dingin dan menusuk seperti itu. Yang mereka tahu, Katagaki Mizuo adalah murid baru yang ramah dan murah senyum.

Beberapa orang yang mengerti kesalahan mereka dan memahami kata-kata Mizuo segera undur diri dan kembali ke bangku masing-masing. Karena hal ini pula suasana kelas menjadi canggung. Siswa-siswi yang semula mengobrol, membungkam mulut mereka.

Sementara itu, Mizuo yang merasakan hawa aneh, tidak enak hati karena ia merasa salah bicara. Namun, Koraru yang seakan mengerti keresahan dalam dirinya berbisik menarik lengan seragam Mizuo dan berbisik, "Tindakanmu sudah benar, kalau kau memang tidak nyaman. Jadi tidak usah dipedulikan."

Setelah berkata demikian, Koraru menyuguhkan senyum manis; senyum yang membuatnya terpana seperti saat pertama kali mereka bertemu di gua malam itu.

Mizuo balas tersenyum. "Terima kasih."

***

Mizuo memperhatikan Koraru—yang sedang serius mencatat materi di papan tulis—sembari bertopang dagu dengan tangan kanan bertumpu di meja.

Gadis bernama Sachihara Koraru itu selalu membuat fokus Mizuo teralihkan. Kenapa Tuhan menciptakannya begitu cantik, manis, baik hati, dan pintar? Koraru mempunyai segalanya—oh, mungkin, kecuali kemampuan renang.

Pada menit kelima belas sejak pelajaran Fisika dimulai, Mizuo tertangkap basah oleh Koraru hingga ia salah tingkah. Gadis itu justru malah tertawa pelan.

"Tidak mengerti lagi?" tanyanya setengah berbisik.

Mizuo mengangguk singkat dan membalas, "Tidak paham sama sekali."

Until We Meet at the Sea | 海で会うまでTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang