"NAMA SAYA Katagaki Mizuo. Salam kenal dan mohon bantuannya."
Katagaki Mizuo memperkenalkan dirinya dengan lantang dan penuh percaya diri. Pandangannya jatuh kepada seorang gadis berambut cokelat gelap sepunggung yang digerai. Dia duduk di bangku di barisan kedua dari depan. Mata kuning kejinggaan milik gadis itu entah kenapa membuat Mizuo merasa rindu. Masih terbayang di benaknya pertemuan ia dengan gadis itu hampir sebulan lalu di sebuah pulau di Okinawa.
Gadis bernama Sachihara itu menatap Mizuo dari balik buku pelajarannya yang tampak terbalik sampai ia mengalihkan pandangan, sementara sementara Mizuo tanpa sadar terus menatapnya hingga Kazaki-sensei berkata, "Baiklah, Katagaki-san, silakan duduk di bangku kosong di sebelah Sachihara Koraru dan di depan Uenoyama Karen."
Mizuo tersentak kaget. Batinnya bersorak senang saat Kazaki-sensei mengatakan bangkunya bersebelahan dengan Sachihara.
Mizuo mengangguk. "Baik, Sensei."
Baru saja Mizuo hendak melangkah, perasaan gugup mendadak menyergap hatinya sampai ia tak sadar tubuhnya limbung dan nyaris jatuh andai ia tak bertumpu pada meja. Telapak kakinya terasa seperti ditusuk sesuatu yang amat tajam tiap ia melangkah. Raut kesakitan terlihat mewarnai wajah Mizuo. Akan tetapi, untungnya lelaki itu tahu bagaimana caranya menyamarkan rasa sakit yang ia rasakan. Mizuo merutuk. Padahal sebelumnya ia sudah terbiasa, bahkan saat di koridor tadi, ia sama sekali tidak terhuyung dan bisa berjalan tegap.
"Anu, ekorku—eh, maksudnya— ka ... kakiku sedang terluka," kata Mizuo terbata-bata. Ia menepuk kening, baru menyadari ia salah bicara.
Mizuo akhirnya sampai di bangkunya setelah perjuangan keras (padahal jarak antara tempat ia berdiri tadi dengan bangkunya tidak sampai lima meter). Tatapan aneh dari teman sekelasnya membuat Mizuo tersenyum cengar-cengir.
Untunglah tatapan aneh itu tak berlangsung lama. Kazaki-sensei segera memulai pelajaran. Selama kegiatan belajar mengajar dimulai, Mizuo hanya bertopang dagu. Sebenarnya, ia sama sekali tak mengerti apa yang diterangkan oleh Kazaki-sensei, apalagi Itou-sensei. Mizuo gelagapan saat Itou-sensei menanyakannya tentang materi yang wanita setengah abad itu terangkan di papan tulis. Tentu Mizuo tak bisa menjawabnya karena sedari tadi tatapannya hanya tertuju pada Sachihara.
Bel istirahat berdenting. Sekaranglah saat-saat perjuangan Mizuo yang sesungguhnya; harus bertegur sapa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan teman sekelasnya. Ia tak menyangka akan ada banyak gadis-gadis yang mengerumi mejanya, bahkan menanyakan sesuatu seperti ID LINE yang Mizuo takmengerti. Namun, ia mendapatkan petunjuk saat Uenoyama Karen dan beberapa gadis lain menggenggam ponsel. Jadilah Mizuo menjawab ia tak punya ponsel.
Apa nanti aku minta ponsel pada Obaa-san saja? pikir Mizuo.
Sungguh, Mizuo sebenarnya sedikit kewalahan menanggapi mereka. Apalagi tatkala Tanaka Arata dan Sato Hideaki menginterupsi gadis-gadis perihal klub.
"Klub itu apa?"
Pertanyaan polos yang terlontar dari mulut Mizuo membuat satu kelas ternganga, sampai Karen menerka soal homeschooling. Karena sebelumnya Hayama Keiko mengatakan, 'katakan saja kau homeschooling kalau kau tak mengetahui sesuatu', maka Mizuo menjawab demikian dan mereka pun manggut-manggut mengerti. Kemudian, ia membiarkan Hideaki menerangkan soal klub.
"Naruhodo¹, ternyata ada yang seperti itu juga di sini," gumam Mizuo amat pelan.
Ia jadi teringat Akademi Neptunus saat ia masih menjadi pelajar di sana. Akademi yang diperuntukkan untuk kaum bangsawan penghuni laut—baik duyung maupun siren—tersebut juga mempunyai sesuatu seperti klub yang disebut clava. Mizuo ingat ia mengambil clava penelitian dunia darat. Tak heran ia mengetahui cukup banyak istilah-istilah manusia kekinian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet at the Sea | 海で会うまで
FantasíaKatagaki Mizuo menyukai Sachihara Koraru sejak pertama kali mereka bertemu. Semuanya berawal dari seorang gadis SMA yang menyelamatkan seekor merman dari manusia yang menangkapnya. Mare--seekor merman, putra bungsu dari penguasa lautan--jatuh cinta...