"MAU PULANG bersama?"
Koraru tertegun-lebih tepatnya kaget karena Mizuo tiba-tiba mengajak pulang bersama-yang mana Koraru sebelumnya tidak pernah pulang bersama dengan orang lain selain Hara.
"Rumah kita searah," lanjutnya memperjelas.
"Kau tahu dari mana?"
"Maaf, tapi ... dua hari lalu aku melihatmu pulang sampai tak sadar mengikutimu hingga kau sampai di rumah." Mizuo menggaruk tengkuk canggung.
Koraru terbeliak. "Hah?"
Orang ini sampai mengikutinya ke rumah?
Mizuo mengangkat kedua tangan. "Aku tidak melakukannya dengan sengaja, sungguh!"
"Aku tidak mempersalahkan itu, sih ...," Koraru menggumam, "walau sejujurnya agak creepy."
Koraru lantas menoleh pada lelaki berkacamata di seberangnya. "Baiklah, ayo pulang bersama. Rumahmu pasti tidak jauh, kan?"
"Ah, ada di sisi barat pulau, tepi pantai."
Tet tot! Dugaan Koraru salah. Meski mereka ada di salah satu pulau kecil di Kepulauan Ryukyu, Koraru lupa bahwa pulau ini tak sekecil yang ia duga.
Ternyata jauh juga ....
Akan tetapi, Koraru takenak menolak tawaran Mizuo. Lagi pula, tidak ada salahnya pulang bersama dengan ... yah, lelaki yang menjadi hiiro¹-nya.
"Baiklah, ayo pulang bersama."
Wajah Mizuo berubah menjadi semringah. Dengan semangat, ia menarik tangan Koraru menuruni tangga. Sementara itu, sang gadis tertawa pelan.
"Sabar, Katagaki-kun. Kau bersemangat sekali."
Mizuo yang agaknya tidak sadar dengan yang ia lakukan segera melepas genggamannya pada tangan Koraru sambil berucap, "Maaf."
Gadis bertubuh ramping dan agak tinggi itu diam-diam mendesah kecewa tatkala Mizuo malah melepaskan genggaman tangan mereka. Namun, memangnya siapa dia sampai mengharap mendapat perlakuan tadi?
"Kau menyukai Katagaki-kun, ya?"
Pertanyaan Hara waktu itu tiba-tiba terbayang di benaknya. Benar ... apakah sekarang Koraru menyukai lelaki berkacamata ini?
Koraru menggeleng sembari menepuk pipi kanannya. Memikirkan apa aku ini ....
Sebelum keluar dari perpustakaan, Mizuo berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. "Ne? Sachihara-san kenapa?"
Koraru menggeleng. "Ah, iie²."
"Ayo."
Begitu keluar dari perpustakaan, langit sudah gelap dengan semburat jingga gradasi kuning. Matahari sudah tenggelam di ufuk. Klub yang berkegiatan di lapangan seperti sepak bola dan bisbol sudah bubar, menyisakan beberapa orang yang bersiap-siap untuk pulang.
"Sachihara-san, terima kasih banyak untuk hari ini," ujar Mizuo tatkala mereka berjalan bersama untuk pulang. "Aku jadi mengerti materi Fisika, padahal sebelumnya tidak paham sama sekali. Semua ini berkat dirimu."
Mizuo yang tengah berjalan di samping penampang laut menyunggingkan senyum. Latar bentang langit berwarna biru gelap kejinggan membuat lelaki berpostur atletis itu terlihat begitu mengagumkan di mata Koraru sampai-sampai ia terpana dengan mulut menganga.
Beruntung, Koraru segera tersadar. Sepertinya aku sudah gila.
Pesona Mizuo benar-benar tidak main-main. Kenapa ia baru menyadari Mizuo memang begitu tampan? Ah, tetapi dibanding tampan, Koraru lebih menyukai fitur wajah Mizuo yang manis, apalagi saat lelaki berkacamata itu sedang tersenyum. Pantas saja banyak gadis yang menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet at the Sea | 海で会うまで
FantasíaKatagaki Mizuo menyukai Sachihara Koraru sejak pertama kali mereka bertemu. Semuanya berawal dari seorang gadis SMA yang menyelamatkan seekor merman dari manusia yang menangkapnya. Mare--seekor merman, putra bungsu dari penguasa lautan--jatuh cinta...