nijuusan 二十三 memori masa lalu

19 7 12
                                    

"MARE, JANGAN pergi jauh-jauh!"

Seekor mermaid dengan rambut biru gelap yang terjuntai hingga punggung dan berekor sian berteriak memperingati Mare, sang kembaran lelaki yang bila disandingkan dengannya bagai penang dibelah dua.

"Ayolah, Marine. Mumpung Ocea tidak mengawasi kita! Ini kesempatan!" Mare kecil yang berenang jauh di depan membalas dengan nada tinggi. Ekor siannya bergerak amat lincah ke sana kemari dan berputar-putar.

"Justru karena itu, Mare! Ocea bisa memarahi kita nanti!" Marine berhenti berenang. Kedua tangannya terkepal, sementara air mata mulai mengalir dari pelupuknya. Tetes-tetes air yang mengalir melewati pipinya terjatuh membentuk kristal-kristal kecil.

Sayangnya, Mare tak mendengar itu. Ia malah tambah berenang menjauhi Marine.

"Awas saja. Kalau Ocea marah, aku tidak tanggung jawab!" Marine menggumam kesal sebelum berbalik dan pergi meninggalkan Mare.

Di lain sisi, ini pertama kalinya Mare pergi ke samudra lain. Ia bertemu banyak makhluk laut yang baru ditemuinya selama sepuluh tahun ia hidup di lautan. Ia melihat banyak terumbu karang nan indah.

Mare amat antusias tatkala memilah bunga karang kecil untuk saudara-saudarinya. Setelah dirasa cukup, Mare kembali turun ke dasar laut. Namun, netra biru lautnya yang cerah menangkap sesuatu yang jatuh perlahan. Mare memicing. Lalu, pupilnya membulat kala mendapati jika seusatu yang jatuh itu adalah seorang manusia.

Spontan ia melepas bunga karang yang ada di dekapannya dan berenang turun ke arah manusia itu. Mare akhirnya bisa melihatnya dari dekat. Seorang gadis kecil dengan rambut cokelat gelap sebahu, mengenakan terusan lengan pendek selutut berwarna merah cerah. Mata gadis kecil itu terpejam, tetapi Mare tahu ia masih hidup.

Mare mengulurkan tangan, mencoba meraih tubuh Gadis Kecil. Tanpa diduganya, si Gadis Kecil membuka kelopak mata perlahan dan mencoba mengulurkan tangan. Tekanan di dasar laut amat kuat, tetapi itu bukan masalah besar bagi Mare. Karena ia, berhasil mendekap tubuh rapuh Gadis Kecil itu dan berbisik, "Kau akan baik-baik saja."

***

Ini pertama kalinya bagi Mare pergi ke permukaan setelah memberanikan diri untuk muncul. Mare sengaja membawa gadis kecil yang tak sadarkan diri itu ke pulau terdekat. Mare sampai naik ke daratan. Tubuhnya terasa amat kering, tetapi tak mengapa.

Mare meletakkan tubuh Gadis Kecil di tepi pantai yang permukaannya berpasir putih. Ia sengaja mencari pulau yang sepi penghuni lewat bantuan teman kepiting kecilnya, Aye.

Mulanya ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mare hanya menilik wajah Gadis Kecil yang menurutnya imut dan manis.

Dia seperti Marine.

Jemari Mare yang agak berlendir mencoba menyentuh wajahnya. Perlahan jari telunjuknya menyentuh pipi, lalu mulai membelai sebagian wajah Gadis Kecil dengan halus.

Dia sangat manis, tetapi bagaimana cara membangunkan manusia yang tak sadarkan diri—ah.

Mendadak Mare mengingat kisah yang sering didongengkan seorang dayang saat ia kecil. Cara membangunkan seorang manusia yang tak sadarkan diri adalah dengan ciuman tulus.

Mare menyentuh bibirnya yang berwarna merah muda pucat. Ia menggeleng-geleng. Entah kenapa ia merasa malu!

Pasti ada cara lain!

Mare bertekad. Kemudian, teringat cara yang kerap dipakai pada siren untuk memikat manusia.

Bagaimana jika Mare menarik manusia dengan sihir nyanyian yang pernah ia pelajari dan membiarkan manusia lain yang membangunkan Gadis Kecil? Itu ide bagus!

Until We Meet at the Sea | 海で会うまでTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang