/32/

1.3K 135 3
                                    

"Hai."

"Hey.. Ayo duduk."

Racha tersenyum senang. Ia lalu duduk didepan Love.

"Sudah lama sekali tidak ngobrol bersama."

Love mengangguk, "Iya. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Kau?"

"Aku juga."
"Oh ya, kau sudah bilang pada Bright kalau kau akan menemuiku?"

Racha menggeleng. Semalam, ia hanya minta kontak Love saja. Selebihnya ia tidak bilang apapun.

Kalau Bright tahu, nanti bisa-bisa ia di Blacklist.

"Ku harap dia jangan dulu tahu apapun."

"Memangnya kenapa kalau dia tahu? Kau tahu kan, dia itu sekepo apa."

"Aku berencana akan bilang padanya nanti kalau sudah siap."

"Tentang apa sih? Kenapa harus tunggu siap dulu."

Racha memilih tersenyum saja. Kalau diberitahu sekarang nanti jadi tidak asik.

"Kau sudah pesan makanan?"

Love menepuk jidatnya, "Astaga belum!"

Racha yang gemas pun mencubit pipi Love.

"Biar aku yang pesan."

"Tumben?" Love menyipitkan matanya, menelisik perubahan gadis didepannya ini.

"Kan kau yang selalu melakukannya, kali ini gantian aku."

"Oiii, seperti bukan Racha yang kukenal." ledek Love.

Racha tertawa renyah. "Mulai sekarang kau akan kenal dengan diriku yang baru."














































Hari ini Bright datang lebih awal. Sengaja. Karena ia ingin menemui Win.

Ia menunggu sosok itu sedari tadi di depan gerbang. Tapi yang ditunggu tak kunjung menunjukkan sosoknya.

Apa lelaki itu tidak masuk?

Ia terus bertanya-tanya dan berakhir cemas.

Sampai-sampai satpam yang menjaga gerbang pun sudah lelah menyuruhnya untuk masuk ke kelas.

Namanya juga Bright. Lelaki kardus suka modus yang bucin level dewa.

Tapi karena ia sudah lelah berdiri, ia pun balik ke kelas dengan pasrah.

"Lesu sekali. Kau tidak mandi ya?"

Bright mendelik, lelaki tampan dan selalu wangi sepertinya tidak mandi ke sekolah? Mustahil.

"Atau mungkin kau?"

"Enak saja!" tegas Racha.

Dulu memang ya, tapi sekarang ia akan merubah kebiasaannya itu.

Malu sama ayang.

"Kenapa kau hari ini? Lesu dan linglung." tanya Racha saat Bright menidurkan kepalanya ke atas meja.

"Aku menunggu Win didepan dari tadi, tapi ia tak nampak-nampak." jawabnya sedih.

Racha yang melihat sikap temannya itu malah ingin muntah.

Belum saja ia merasakan hal yang sama.

"Kau ini makin hari makin bodoh."

"Kau baru saja mengataiku?"

"Tidak, kemarin. Ya tentu baru saja!"

Oke, sekarang ada apa dengan Racha. Gadis itu tampak melawak, tapi sejujurnya tidak.

"Win sudah di sekolah 5 menit awal sebelum kau datang."

Bright mengerjap matanya. Jadi daritadi ia sia-sia menunggu didepan gerbang.

"Tahu darimana kau?"

"Haaaa.." Racha mendengus lelah.
"Tentu saja dari apel sekolah. Kau kan sibuk didepan dan tidak mengikuti apel, bagaimana kau akan tahu? Untung saja guru pengawas sedang absen hari ini, jadi kau aman."

Bright hanya terdiam. Sepertinya benar, ia semakin bodoh.

"Aku tahu kau sangat cinta lelakimu itu, tapi pikirkan dirimu juga." cibir Racha.

Tapi bright tak menggubris, dirinya asik berpikir.

Istirahat nanti ia akan menemui Win.
































"Mau kemana kau?"

Bright berbalik, mendapati Racha yang mengekornya.

"Tentu saja menemui Win."

"Tidak tidak tidak. Kau ada janji denganku kan."

"Janji apa?" bingung Bright, merasa tak membuat janji apapun dengan sahabatnya ini.

Lagi-lagi Racha mendengus lelah, "Bukan hanya bodoh, kau juga jadi pikun."

Wajah Bright berubah masam.

Racha terbahak sambil mengeluarkan hp dari kantongnya.

"Liat nih, wajah jelekmu seperti dugong basah."

"Dugong kan memang basah."

Racha semakin terbahak sampai-sampai tersedak ludahnya sendiri. Mukanya jadi tidak kalah lucu dari Bright sebelumnya.

Bright yang melihatnya, ikut tertawa. Diikuti dengan Love yang tetiba muncul pun tertawa bersama Bright. Padahal gadis itu tak tahu apa yang sedang ditertawakan Bright dan Racha.

Racha yang terkesiap dengan kemunculan Love, seketika merubah ekspresinya.

"Loh kok berhenti ketawa?" tanya Love bingung.

"Tadi Racha-" sebelum menyelesaikan kata-katanya, mulut Bright dibungkam rapat-rapat.

"Bukan apa-apa. Aku dan Bright ke ruang musik dulu ya, sudah ditunggu ketua." pamit Racha pada Love sambil tersenyum manis.

Love yang tak paham hanya mengiyakan dan menyaksikan dua orang yang tiba-tiba berdebat sesuatu disana.

Nineteen • [Bright×Win]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang