Kedua matanya terbuka perlahan-lahan. Mengerjap sesaat sambil sesekali melirik sekitarnya.
Netranya terhenti pada seseorang yang terbaring disofa- dengan wajah yang menghadap ke arah berlawanan. Ia sangat kenal betul siapa lelaki itu.
"Bright."
Yang disebut membalikkan badan segera. Ia beranjak dan menghampiri yang memanggil.
"Kau sudah baikkan?" tanya Bright terlihat cemas. Win hanya mengangguk sebagai jawaban- yang mana membuat Bright sedikit bernapas lega.
Matanya kembali menatap Win serius. Ada kerutan samar didahinya.
"Katakan padaku sejujurnya Win, sejak kapan kau sering pingsan? Kau tak pernah begini sebelumnya. Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang padaku?" tanya Bright bertubi-tubi. Bukannya menjawab, Win malah bangun dan menyandarkan dirinya ke tembok terlebih dahulu.
"Apa maksudmu?" Win balik bertanya. Semua yang ditanyakan Bright sangat asing dan terdengar ngawur ditelinganya.
Bright yang baru tersadar, memejamkan mata sesaat sebelum akhirnya ia mengambil kursi disitu dan duduk dekat ranjang Win berbaring.
"Kau sungguh tak ingat apapun?"
Alis Win terpaut seiring dengan gelengan diakhir. Ia tidak paham dengan maksud Bright.
Bright menghela napas lelah. Berarti sudah jelas sekali terkaannya selama ini. Win sepertinya dibuat amnesia.
"Aku benar-benar tak mengerti. Ingatan apa yang kau maksudkan?" tanyanya sedikit mendekatkan diri ke Bright. Ia sudah sangat penasaran.
Bright baru akan menjawab, namun ia kembali memotong, "Kali ini tolong jelaskan dengan benar padaku. Jangan mengelak lagi. Aku perlu tahu semua yang kau tahu tentangku."
Awalnya Bright ragu-ragu, namun akhirnya,
"Baiklah. Dengar dengan seksama, aku takkan mengulang lagi."
Ia rasa ia harus memberitahukan semuanya saat ini juga. Ia juga sebenarnya tak tahan sejak kemarin-kemarin untuk memberitahu Win, apa yang sudah ia dan lelaki itu lalui hingga pada detik terberat ini. Biar semuanya terdengar pasti- sekalian ia bisa tahu beberapa hal yang terjadi dari Win sejak lelaki itu berada di China.
"Aku akan ke China."
Bright terbatuk-batuk seiring dengan minumannya yang terjatuh dari tangannya.
"Mengapa?? Ada urusan apa?? Kapan kau pergi?? Berapa lama?? Dengan siapa?? Apa aku boleh ikut??"
Win membukam mulut Bright dengan sekali tepokkan tangannya. "Berisik!"
"Aku kan penasaran." Ujarnya sambil mengusap-usap bibirnya diiringi dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.
"Idih.. Baru mulutmu yang ku tepok, belum wajahmu."
Bright tertawa geli. Senang sekali membuat pacarnya marah.
"Oke kali ini serius. Untuk apa kau kesana?"
Win menghendikkan kedua bahunya, "Tidak tahu. Ayahku mengajakku."
"Kenapa tidak tanya?"
"Aku sudah tanya tapi belum dijawab sampai sekarang. Aku pikir mungkin ayah ada bisnis mendadak disana dan mengajakku untuk membantunya." Jelas Win.
Bright merasa ada yang janggal. Namun ia kembali bertanya untuk membuktikan kecurigaannya.
"Berapa lama? Apa hanya kalian berdua yang pergi?"
"Ya, hanya kita berdua. Aku tidak tahu pasti berapa lama, tapi aku yakin hanya sebentar. Kau tahu kan ayahku benci pada ibuku dan China adalah tanah kelahiran ibuku. Apapun yang menyangkut ibuku, semua dibencinya."
Bright memeluk Win dengan segera. Pembahasan sampai ke tahap 'Ibu' adalah sesuatu yang sangat sensitif bagi Win. Ia tidak ingin pacarnya kembali merasa sedih seperti yang sudah terjadi sebelumnya.
"Baiklah, aku paham. Tapi berjanjilah, segera kembali lagi ke sini oke? Jangan menarik perhatian pada pria manapun, jangan nakal, jangan bagi id linemu sembarangan, jangan terlalu tampan- usahakan tampilah seperti gembel. Atau aku yang kesana akan menghajar mereka."
Win tertawa geli kemudian mencubit pinggang Bright.
"Dasar posesif!" Bisiknya.
"Kau juga, jangan suka menarik perhatian gadis manapun. Kau hanya berjalan sambil bernapas saja gadis-gadis seperti mau mati rasa. Jangan terlalu tampan selama aku tidak ada nanti. Kau janji?"Bright balas tertawa, "Aku janji, sayang."
Itu adalah pikiran terakhir Bright yang tak ia ceritakan pada Win.
Rasanya sedikit..sakit.
Seolah yang terjadi sekarang, ia dipaksa mengulang kenangan yang sudah pernah terbentuk.
Mungkin ia bisa sekali lagi membentuk kenangan baru- yang bisa saja sedikit berbeda dari kenangan sebelumnya.
Hanya saja, rasanya kali ini lebih berbeda. Ia senang dengan Win yang dulu- suka mengganggunya, menarik perhatiannya sampai ia jatuh pada pesona lelaki itu.
Tapi sekarang, ini seperti kebalikannya. Bukan hanya itu saja, Win bahkan berubah menjadi sosok yang benci pada 'gay' - seperti dirinya dulu.
Yang menjadi pertanyaannya, apakah Win akan luluh seperti dirinya juga?
Bright sedikit tak suka memikirkan pertanyaannya sendiri. Karena ia tidak bisa menemukan titik terang jawabannya.
"Jadi..kita sebelumnya pacaran? Kita, berdua? Kau dan aku, kita..gay? Seriusan?"
Bright sudah menduga apa pertanyaan lelaki itu.
"Ya, kita pacaran- bahkan sampai sekarang." Ralat Bright, kemudian lanjutnya,
"Sebelumnya aku tidak gay, justru kau lah yang gay. Kau suka padaku dan terus mencari perhatian padaku sampai akhirnya aku suka juga padamu. Sejujurnya sampai sekarang aku benci gay, tapi kau- aku tetap suka padamu apapun keadaannya."
Entah mengapa Win tersipu. Ia merasa sedikit spesial meskipun sedikit tak menyangka akan dirinya dimasa lalu.
"Lalu mengapa aku ke China?"
"Awalnya kau bilang bahwa kau diajak ayahmu kesana, entah untuk apa. Tapi setelah berminggu-minggu kau tak kembali dan tak ada kabar sama sekali, aku mengambil kesimpulan kau sudah pindah kesana. Dan memang benar, kau pindah kesana."
"Sebaliknya kau kesini, kau seperti orang asing. Kau seperti bukan Win yang kukenal. Aku mencoba berbicara denganmu, tapi kau bahkan hanya melihatku sekilas. Seolah-olah aku ini orang asing bagimu."
Win seketika terdiam. Tiba-tiba rasa bersalah meliputi dirinya. Meskipun ia tak mengingat apapun dengan cerita Bright, tetap saja ia merasa seperti semua ini adalah kesalahannya.
"Maaf." Satu kata yang terlontar dari bibir Win. Hanya satu kata yang cukup membuat Bright sedih.
"Maaf aku masih tidak ingat apapun, tapi bukan berarti aku ragu padamu. Aku yakin- sangat yakin, yang kau bilang padaku semua itu benar-benar terjadi. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa lupa ingatan, tapi aku mohon padamu.." ia menarik tangan Bright untuk digenggamnya,
"Bantu aku untuk mengingatnya lagi.."
ㅡㅡ
🌞🐰
Maap up subuh gaess, kaum kuota malam soalnya ehe 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen • [Bright×Win]
Fanfiction[END] - Semua bermula saat Win yang tak sengaja masuk ke gedung Club Sepak Bola.. [Bright×Win] 6#brightwin - 19/08/20 1#clown - 10/02/21 1#raikantopeni - 10/02/21 ©2020