"Bright!"
Bright segera menoleh begitu mendengar namanya dipanggil.
"Oh, Racha, ada apa?"
Racha- orang yang memanggilnya tadi, menetralkan napasnya yang masih ngos-ngosan akibat berlari tadi.
"Kau tidak mau mendaftar club musik?"
"Tidak." Jawab Bright tanpa berpikir panjang.
"Kenapa? Bukankah kau suka musik?"
"Aku hanya tidak minat. Aku menjadikan musik sebagai hobiku saja."
Mata Racha tampak meliar. Ia berusaha mencari alasan lain agar sahabatnya ini mau mengiyakan.
"Ayolah, aku saja sudah daftar, masa kau tidak?"
"Kenapa tidak bilang padaku?"
"Jadi jika aku bilang padamu, kau mau mendaftar?"
"Tidak."
Racha mendengus kasar, "Aku tahu musik adalah hobimu, tapi apa salahnya hobimu itu disalurkan ke dalam club? Kau itu sangat berbakat Bright, jangan simpan bakatmu untuk dirimu sendiri."
Bright tampak menimbang-nimbang. Yang dikatakan Racha tidak ada salahnya juga.
"Akan kupikir-pikir nanti."
"Jangan nanti, sekarang saja. Pendaftarannya akan ditutup sebentar sore."
Bright menarik napas sambil berpikir-pikir lagi.
"Yasudah daftarkan namaku. Aku tidak bisa melakukannya karena sedang sibuk sekarang."
Mata Racha berbinar-binar. Berkat kebohongannya, Bright akhirnya menyetujuinya.
Tentu saja tidak mungkin pendaftaran untuk suatu club hanya dilakukan sehari. Pendaftaran seperti ini membutuhkan sekitar tiga hari untuk mendapatkan peminatnya.
Dan belum ada sejam, Racha berhasil mendapatkan satu orang peminat.
"Disini kau rupanya Win- Love?"
"Bright?"
"Ka Bright?"
"Kenapa kau bisa bersama dengan pria ini?" Ujar Bright sambil memandang Win dari atas sampai ke bawah. Sementara Win melebarkan matanya tak percaya dengan sikap Bright padanya.
"Oh, ini Win, kau pasti sudah kenal kan. Kami sekelas, juga satu tempat duduk." Kata Love memperkenalkan.
"Aku ada perlu sebentar dengan Win, bisa kan?"
Love yang tak tahu apa-apa hanya mengangguk kebingungan.
Bright kemudian menarik Win dengan paksa tanpa bertanya dulu. Padahal Win ingin menemani Love mengenal isi sekolah mereka.
"Kau mau apa lagi?" Tanya Win tak minat. Ia bahkan tak menatap Bright.
"Daftar club musik juga."
"Apa?!"
"Daftarkan dirimu ke club musik juga." Jelas Bright sedikit panjang, tapi tak mengubah pemahaman Win apapun.
"Untuk apa? Aku tidak mau, aku tidak bisa bermain musik." Tolak Win tegas.
"Akan kubantu ajarkan."
Win menggeleng lagi, "Tidak perlu, aku tidak minat juga. Kau tidak bisa memaksakan seseorang yang tak minat sesuatu."
Bright mengangguk-angguk, "Kau tidak perlu membayar sisa uangmu padaku. Kau juga bisa menolak untuk ikut club sepakbolaku."
Win mengejapkan matanya. Apa ini? Apa semacam negoisasi?
"Jadi aku boleh tidak datang jam 4 sore nanti?" Tanya Win berpura-pura memastikan.
Bright mengangguk.
Kan! Pasti ada sesuatu!
"Beri aku alasan yang jelas mengapa aku harus masuk club musik. Caramu seperti ini membuatku curiga."
Bright menghendikkan bahunya, "Tidak ada alasan khusus. Aku akan lebih sering di club musik jadi kau juga harus ada disana."
Hiiii... Jangan-jangan orang ini..
"Bright, kau suka padaku ya?"
Bright tidak menjawab, tapi ekspresinya datar.
"Astaga, kuberi tahu kau satu hal. Menyukai seseorang itu tak salah, itu juga hakmu. Tapi kita berdua ini laki-laki.. LAKI-LAKI! Dan aku masih sangat normal." Ujarnya dengan wajah dibuat segarang mungkin.
Bright merotasikan matanya. Bicara dengan Win cukup membuang banyak tenaga.
"Apa aku pernah bilang aku suka padamu?"
Win tertegun. Bright tidak pernah mengatakannya, justru Win yang mengambil kesimpulan sendiri.
"T-tidak sih.."
"Mana ponselmu."
Win menelisik curiga, "Kenapa dengan ponselku?"
"Kemarikan."
"Kau punya ponsel sendiri kenapa minta ponselku?"
"Kemarikan saja." Bright mulai sedikit kesal.
Win terpaksa merogoh ponselnya dikantong celana lalu menyerahkannya pada Bright- masih dengan tatapan curiga.
Bright kemudian mengetik sesuatu disana lalu mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.
"Apa ini?" Win menatap layar ponselnya. Ada ID line Bright yang tertera disana.
"Hoii apa ini?!" Teriaknya saat Bright mulai berjalan meninggalkannya.
"ID line tentu saja."
Win mendesis. "Maksudku untuk apa?! Kau pikir aku bodoh?!"
Bright membalikkan badannya sambil tersenyum remeh, "Aku sudah daftarkan namamu. Aku akan menghubungimu kapan untuk datang latihan musik. Siap-siap saja nanti!"
Win mencoba menahan umpatan yang nyaris dilontarkannya.
Ia heran mengapa laki-laki aneh itu suka seenaknya padanya. Padahal mereka baru kenal dengan hitungan hari. Embel-embel teman pun belum resmi tertera, tapi ia merasa laki-laki itu pernah dekat dengannya di masa lalu.
ㅡ
🌞 🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen • [Bright×Win]
Fanfiction[END] - Semua bermula saat Win yang tak sengaja masuk ke gedung Club Sepak Bola.. [Bright×Win] 6#brightwin - 19/08/20 1#clown - 10/02/21 1#raikantopeni - 10/02/21 ©2020