"Ibu?!" Khao berlari kencang ke arah ibunya kemudian membuka lakban yang menutupi mulut ibunya diikuti dengan membuka tali yang mengikat tangan ibunya.
"Siapa yang melakukan ini pada ibu?!"
"Khao.." nafas ibunya terdengar putus-putus. Sesuatu pasti telah terjadi pada ibunya.
"Ibu jawab aku, siapa yang melakukan ini pada ibu? Apakah ayah?"
Ibu Khao hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Kemudian tiba-tiba dari arah belakang mereka terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekati keduanya.
"Khao, putraku, kau sudah besar rupanya."
Khao melototi sang empunya suara. Ada ayah Win yang datang bersama dengan orang kepercayaannya selama ini. Orang itu juga orang yang sama yang Khao lihat 4 hari yang lalu saat akan menyembunyikan Win.
"Kau tak bisa melakukan ini pada kami..ayah." Tegas Khao yang lebih terdengar seperti memohon.
"Itu mudah saja, asal kalian mengembalikan Win padaku."
Khao tak berniat menjawab langsung, ia memilih berpikir sesaat untuk mengambil kata-kata yang pas sebagai pilihan.
Tapi dipikirannya sama sekali tak ada pilihan yang bagus. Ada kerugian dibalik keuntungan begitu juga sebaliknya.
"Tidak bisa ayah, sudah saatnya kau berhenti mengekangnya. Dia sudah dewasa, sudah bisa melakukan apapun yang ia mau dan kau tahu itu sendiri kan."
Ayah Win tersenyum sinis kemudian memberi kode pada orang kepercayaannya- yang saat itu juga langsung dilaksanakan mereka.
Orang itu mengambil bangku yang tak jauh dari tempat ia berdiri kemudian memukul punggung Khao sampai lelaki itu tersungkur ke bawah.
Karena tidak punya bakat bela diri apapun, Khao hanya pasrah ketika dirinya terus dipukul sampai akhirnya kesadarannya hilang.
Melihat Khao yang tergeletak pingsan dengan beberapa luka di wajahnya, ibu Khao berteriak histeris dan menghampiri anak semata wayangnya itu.
"Sudah cukup berpura-pura, kembalikan saja Win padaku kalau kau tidak ingin hal buruk lainnya menimpa dia." Ayah Win menunjuk Khao.
Ibu semakin bingung menentukan pilihan. Di satu sisi ia kasihan dengan kehidupan Win yang selalu dibawah tekanan ayahnya, namun di satu sisi juga ia tak bisa melihat putranya akan diteror seumur hidupnya. Ia tidak ingin kedua hal tersebut terjadi, tapi—kini ia sudah tidak punya pilihan lain, ia seorang ibu untuk anaknya dan ia bertanggung jawab semestinya.
"Berjanjilah untuk tidak mengganggu anakku.."
Ayah Win menatap serius mata ibu Khao, "Janji adalah janji."
Ibu Khao menatap sekali lagi kunci ruangan tersembunyinya. Ia tahu yang dilakukannya sudah benar.
Dan pada akhirnya apa selama ini dicari sudah didapatkan.
Cklek!!
"A-AYAH?!"
"Saatnya pulang."
——
🌞🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen • [Bright×Win]
Fiksi Penggemar[END] - Semua bermula saat Win yang tak sengaja masuk ke gedung Club Sepak Bola.. [Bright×Win] 6#brightwin - 19/08/20 1#clown - 10/02/21 1#raikantopeni - 10/02/21 ©2020