Win duduk dikursinya. Rasa gelisah terus menghantuinya. Berkat kata-kata Bright tadi, ia kini tak berselera untuk bicara apapun. Karena biasanya, dia lah orang yang paling cerewet di kelasnya.
"Anak-anak mohon perhatiannya!"
Tiba-tiba miss Godji masuk ke kelas sambil membawa seseorang disampingnya.
Oh sebentar sebentar..
Mata Win bercahaya kembali. Apa ini? Apa yang dilihatnya sekarang? Seorang malaikat?
Bahkan belum lama tadi ia tak semangat dan merasa gelisah, sekarang ia seperti baru dilahirkan kembali.
"Tolong perkenalkan dirimu nak."
Gadis itu tersenyum manis kemudian menatap seisi kelas.
Bukan hanya Win yang terpana, bahkan semua lelaki dan sebagian gadis terpana dengan pesona gadis pindahan itu. Sebagian gadis lainnya, tentu saja sinis karena merasa ada rival baru.
"Namaku Love Pattranite, kalian bisa memanggilku Love."
Seisi kelas bersorak dan menggoda-goda murid pindahan tersebut.
"Hai cinta, maukah kau mencintaiku?"
"Cinta, tak heran jika aku sudah mencintaimu sejak pertama melihatmu. Ciaaa.."
"Namaku Win, artinya aku akan memenangkan cintamu.."
Ketika para buaya berkumandang.
Love hanya tertawa malu-malu melihat kelakuan teman-teman barunya ini.
"Nah Love, silahkan duduk disebelah Win. Win tolong angkat tanganmu." Love kemudian berjalan menuju tempat Win usai lelaki itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Beberapa anak lelaki diantaranya ada yang iri dan mengeluh karena tak mendapat satu tempat duduk dengan Love. Sementara Win berbangga diri sambil mempersilahkan Love untuk duduk.
"Namaku Love Pattranite." Love sekali lagi mengenalkan dirinya pada Win.
"Aku Win Metawin Opas-iamkajorn." Win membalas sambil tersenyum manis.
"Oh namamu panjang sekali. Ngomong-ngomong sepertinya aku tak asing dengan namamu."
"Oh? Haha banyak orang juga bilang begitu padaku."
"Tapi lebih spesifik.. Oh, aku ingat! Namanya Kajor, anjingku yang mati dua tahun lalu."
Win mengernyit, seperti tidak asing dengan ucapan Love yang sama dengan ucapan seseorang. Tapi siapa ya?
"Apa kau tahu Kajorku?"
Win menggeleng, "Tidak, aku tidak tahu."
"Lalu mengapa kau tampak berpikir keras?"
Win mengerlingkan matanya berkali-kali kemudian menggeleng kembali, "Ah bukan hal yang penting. Ngomong-ngomong, mengapa kau pindah kemari?"
Love tersenyum, senang dengan pertanyaan Win yang sudah pernah ditanyakan orang lain padanya, berkali-kali..
"Orangtuaku, mereka ditugaskan didaerah ini, jadi aku harus pindah."
"Dari sekian banyak sekolah yang ada, mengapa kau pilih sekolah ini? Oh atau ini kemauan orangtuamu?"
Love mengangguk, "Ya begitulah.. Juga karena ada sepupuku disini, jadi orangtuaku sekalian menitipkanku padanya. Orangtuaku terlalu sibuk jadi akan jarang melihatku.."
Win sedikit terkejut.
"Oh, kau punya sepupu disini? Siapa namanya? Siapa tahu aku kenal, aku bisa membawamu padanya istirahat nanti."
Membantu rasa modus.
"Benarkah? Terima kasih.. namanya Bright, dia setahun diatas kita, jadi dia adalah kakak kelas kita. Apa kau kenal?"
Tunggu dulu tunggu...
Bright? Yang benar saja. Tolong jangan bilang dia Bright yang itu.
"Apa..apa nama lengkapnya Bright Vachirawit Chivaaree?"
Love mengangguk antusias, "Ya, ya dia.. Dia kakak sepupuku. Kalian pasti berteman, kau hafal betul namanya, padahal aku sendiri sepupunya tapi susah mengeja nama lengkapnya." Love tersenyum senang. Tapi tidak dengan Win.
Kenapa disekitarku selalu saja ada orang itu.
"Kami tidak berteman."
"Oh?" Love sedikit terkejut.
"Maksudku, kami belum lama kenal satu sama lain karena satu insiden. Aku juga murid pindahan beberapa hari yang lalu, jadi ya kau paham kan maksudku.."
Love tersenyum kembali, "Ya aku paham. Tapi aku berharap kalian berdua berteman dekat suatu hari nanti. Kurasa kau anak yang baik."
Win tadinya mau merutuk karena tak mau berteman dengan sepupu Love itu, tapi seketika senang kembali karena dipuji gadis itu.
Padahal aslinya..
Seketika sebuah ide mengalir diotaknya.
"Ya, aku juga berharap begitu." Ia menjeda sebentar untuk berkata Amit-amit dibatinnya, kemudian melanjutkan, "Tapi aku belum punya nomornya."
"Oh kau mau nomornya? Aku punya kok."
"Tidak, tidak, bukan begitu.." Win segera menolak. Love mengernyit heran.
"Maksudku, karena aku belum terlalu mengenalnya, jadi ya aku minta nomormu saja, supaya kau yang memberitahuku dulu seperti apa orangnya. Kau tahu aku bukan orang yang sembarang berteman."
Padahal dia sendiri minta nomor ke orang baru.
Love mengangguk paham. Karena ia begitu polos, jadi ia berikan saja nomornya.
Win tersenyum sambil memikirkan apa saja yang akan ia tanyakan pada Love mengenai kepribadian Love sendiri. Tentu saja dengan modus dan alasan tak masuk akalnya tadi, bisa membuatnya berhasil mendapatkan nomor Love dengan mudahnya.
"Aku akan mengirimu pesan nanti malam."
Dan jangan lupakan, kepercayaan dirinya lebih besar dari pesonanya.
ㅡ
🌞🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen • [Bright×Win]
Fanfiction[END] - Semua bermula saat Win yang tak sengaja masuk ke gedung Club Sepak Bola.. [Bright×Win] 6#brightwin - 19/08/20 1#clown - 10/02/21 1#raikantopeni - 10/02/21 ©2020