Win.chic
BroBrightvc sedang mengetik...
Brightvc
Bro? BRO? YANG BENAR SAJAWin.chic
Besok jemput aku, kita kesekolah bersamaBrightvc
Tapi kau bilang Khao akan marah kalau melihatku bersamamuWin.chic
Entahlah, tapi tadi dia memberi ijinBrightvc
Hm, sus
Tapi okelah aku akan menjemputmu setengah 7 pagiWin.chic
Apa tidak terlalu kepagian?
Jam 8 sajaBrightvc
Jangan gila, pelajaran dimulai jam 8
Hilangkan kebiasaanmu yang sering bangun kesiangan ituWin.chic
Ribet
Jadi kau tidak suka dengan kelebihanku ini?Brightvc
Kelebihan?🙂
Jangan memulai. Aku seriusWin.chic
Baiklah, baik. Tapi bangunkan aku yaBrightvc
Oke aku akan menelponmu
Tapi aktifkan mode alarm juga di hp mu, antisipasi kalau aku juga bangun sedikit kesianganwin.chic
Oke broBrightvc
WIN AKU INI PACARMU BUKAN TEMANMUWin.chic
Iya, teman hidupBrightvc
.....
Yasudah tidur sana
sudah larut malamWin.chic
Foto dong wajahmu yang merah itu😗Brightvc
Win tolonglahWin.chic
Cih, ysudah
Slamat tidur masa depanBrightvc
WINWin.chic
55555555Brightvc
Slamat tidur juga sayang
Mimpi indahWin tersenyum, diiringi dengan jantungnya yang berdegup kencang.
Bright selalu berhasil membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi.
Dan sesuai ucapan Bright, semoga ia mimpi indah malam ini.
Wajah lesu dan sedikit pucat menjadi pemandangan awal dimata Bright.
Setelah memasangkan helm, Bright bertanya perihal Win yang terlihat seperti tidak sehat hari ini.
"Ayah memukuliku karena masih berhubungan denganmu."
Motor Bright di rem mendadak, terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan Win.
Ia segera turun dari motor lalu memeriksa bagian mana yang dipukuli ayah pacarnya itu.
"Perlihatkan padaku."
Win menggeleng, membuat Bright ingin memarahinya. Tapi sepertinya lelaki itu tidak tega ketika melihat mata Win yang mulai berkaca-kaca.
Oh, bukan akan menangis. Ia baru saja menguap ternyata.
"Yang benar saja Win?! Aku sangat panik dan kau malah menguap?!"
"Aku masih mengantuk Bri, apa yang salah dengan itu?"
Bright menghela napas kasar, berusaha bersabar. "Perlihatkan padaku letak dimana ayah memukulmu? Apa luka?"
"Dimimpi ku, ayah memukuli punggungku dengan balok kayu."
"Punggung ya? Berbaliklah, aku ingin memeriks- sebentar, MIMPI????"
Bright mengusap wajah dengan gusar usai melihat lelaki didepannya itu mengangguk tanpa dosa.
"Bibirku juga robek karna ayah terus menampariku."
"Padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku hanya berkata aku rindu padamu."
Bright memijit pelipisnya pelan. Seharusnya saat ini ia marah dan menceramahi lelaki itu untuk tidak membuatnya panik sebelum menjelaskan masalah secara detail, tetapi setelah melihat wajah murung Win, ia pun mengurungkan niatnya dan memilih memeluk lelaki itu sambil mengelus-elus punggungnya.
"Itu cuma mimpi, tidak apa. Semua akan baik-baik saja."
Rasanya tidak tega, mengetahui fakta bahwa Win terus membelanya sampai di dalam mimpi.
"Aku pastikan kau akan baik-baik saja."
"Kau janji?"
"Aku janji."
"Oke, lanjut ke sekolah bro, sudah jam berapa ini."
Lagi-lagi, baru saja Bright berbaik hati untuk bersabar dan sekarang rasanya ia ingin membanting helmnya ke aspal.
"JANGAN LAGI WIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nineteen • [Bright×Win]
Fanfic[END] - Semua bermula saat Win yang tak sengaja masuk ke gedung Club Sepak Bola.. [Bright×Win] 6#brightwin - 19/08/20 1#clown - 10/02/21 1#raikantopeni - 10/02/21 ©2020