47. Kabar baik

53 8 0
                                    

Disebuah kamar bernuansa putih terdapat dua orang yang masih terlelap dalam tidurnya. Sampai sinar matahari yang terdapat dari celah gorden mengusik salah satu dari mereka.

"Ekhmmmm" Adan merentangkan tangannya lalu menoleh kearah sang istri.

"Selamat pagi, bangun sayang." Adan menoel - noel hidung Yani guna membangunkan sang istri.

"Ehmmmmmm" Yani mulai merasa terusik, ia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Hal yang ia lihat pertama kali adalah wajah Adan. Yani berjingkat kaget lalu bangun secara spontan dan menendang Adan sampai Adan terjatuh dari kasur.

Tendangan maut dipagi hari.

"Awww" ringis Adan, bokongnya terasa sakit akibat tendangan hebat dari Yani.

"E-ehh maaf, aduh" Yani panik sendiri, ia tak sengaja dan reflek akibat terkejut.

"A-aku bantuin ya." Yani menyodorkan tangannya membantu Adan, bukannya terbangun, Yani ikut terjatuh, untung saja ia jatuh diatas selimut yang tadi tak sengaja Adan tarik sebagai pegangan agar tidak jatuh. Namun sama saja, buktinya lelaki itu terjatuh ke lantai.

"Buset, berat banget gilaaa." Jeritan Yani di dalam hatinya.

"Kok ikut jatuh?" Tanya Adan dengan polosnya.

Yani bangkit dari tiduran tengkurapnya menjadi duduk menatap Adan dengan tajam. "Kamu berat." Yani segera berdiri lalu pergi menuju kamar mandi.

"Saya salah?"

----------------------------------------------------

"Cieee pasutri baru turun, kiwww." Goda Rian kepada Adan dan Yani yang sedang turun dari anak tangga.

"Bang, digoda mulu adeknya." Ujar Yuli.

"Hahaha, seru tau mah." Ujar Rian dengan candaan.

"Widih pasutri baru ikut sarapan bareng kita nih." Goda Irham, sepupu Yani.

"Yoii."

"Gak capek emang dek?" Tanya Santoso kepada Yani.

"Capek? Capek ngapain tuh?" Goda Irham.

"Diem ya bang gue sambit lo." Ujar Yani.

"Gak boleh galak - galak udah jadi istri loh, hayooooo" ledek Irham yang semakin membuat Yani kesal.

"Hufttt, harus sabar. Istri sabar disayang suami." Ujar Yani mengelus dadanya sendiri, membuat Adan gemas. Jika saja tidak ada keluarga Yani mungkin Adan akan memeluk Yani seerat mungkin.

"Suamiii gak tuhh guysss" ledek Rian.

"Punya abang, punya sepupu kerjaannya julidddd muluuu." Ujar Yani penuh dengan dramatisir.

"Iya dah drama mulu, mentang - mentang udah jadi istri ya gak ian?" Ujar Irham.

"Hooh, dulu aja gelendotan mulu sekarang ngeselin banget."

"Iya, kalo gak ada suaminya udah gue smackdown tuh anak."

"Heh, jahat ya kalian, sungguh - sungguh amat tegaa."

"Sayang, liat deh. Omelin mereka, masa katanya kalo gak ada kamu aku mau dismackdown." Yani memegang tangan Adan bergelayut manja.

"Idih, hueekk." Rian dan Irham berlagak seperti orang muntah. Hal itu membuat Yuli dan Santoso tak bisa menahan tawanya.

"Iihhh, sebel." Yani memanyunkan bibirnya.

"Udah - udah, ayo makan keburu siang loh." Ujar Yuli, Yani segera duduk lalu mengambil nasi dan lauk untuk dirinya. Sedangkan Adan hanya terdiam menunggu Yani peka.

ADYAN | Misterius Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang