42. Hubungan.

38 9 0
                                    

Dimalam hari masih di dalam mobil, mereka berdua mengelilingi Kota Jakarta, mulai dari Jakarta Pusat lalu Jakarta Utara dilanjut Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan yang terakhir Jakarta Timur. Entahlah segitu 5 Kota Jakarta sudah mereka lewati masih saja merasa kurang untuk jalan berdua.

"Mau kemana lagi cantik?" Adan menyisihkan anak rambut Yani ke belakang telinga Yani.

"Gak tau, aku ikut kamu aja." Ujar Yani tersipu malu menatap Adan.

"Okeh." Adan tersenyum, tangannya menggenggam tangan Yani dan yang sebelahnya untuk menyetir mobil.

Yani menatap kearah jendela, sangat indah Kota Jakarta dimalam hari. Banyak lampu - lampu dari gedung - gedung yang tinggi.

Banyak juga kendaran yang melewati, ntah itu mobil ataupun motor. Mata Yani tak bisa lepas dari jendela mobil.

Adan melirik kearah Yani sesekali, bibirnya tersenyum. Ia melirik kearah tangannya yang sedang mengelus tangan Yani. Ia senang Yani bisa memafkan kesahalannya 10 tahun yang lalu.

"Adan liat deh ada lampion." Tunjuk Yani kearah lampion di langit. Adan melirik sekilas karena ia harus fokus pada jalanan, apalagi dimalam hari.

"Iya, kamu mau main lampion?" Yani menoleh kearah Adan. Ia mengangguk senang.

"Mauu."

--------------------------------------------

Adan dan Yani masuk ke dalam lift, Adan menekan lantai paling atas di gedung itu. Sampai lift terbuka, Adan dan Yani melangkahkan kakinya menuju roftoop gedung.

Yani melirik sekitarnya, apakah Adan yang menyiapkannya? Pikirnya.

"Dan, ini kamu yang nyiapin?" Tanya Yani tak percaya.

"Iya." Adan menuntun Yani kearah dua kursi yang ada disana. Ia menarik salah satu kursi lalu mempersilahkan Yani untuk duduk.

"Duduk dulu" perintah Adan. Yani segera duduk, begitupun Adan yang duduk dihadapannya.

Yani masih melihat kearah di sampingnya, yaitu terlihat lampu - lampu gedung yang sangat indah dari Kota Jakarta.

Adan menggenggam tangan Yani secara tiba - tiba membuat Yani spontan menoleh kearah Adan dengan muka bertanya - tanya.

"Kenapa Dan?" Tanya Yani karena Adan tak kunjung bicara.

"Yan"

"Iya?" Adan menunduk membuat Yani bingung.

"Kenapa sih? Ada apa? Ada yang mau disampai'in?" Tanya Yani bertubi - tubi.

"Em, Yan" ujar Adan ragu - ragu.

"Iya, kenapa?" Yani sudah mulai kesal kepada Adan.

Adan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ia menyodorkannya kearah Yani.

"Will you marry me?" Tanya Adan to the point membuat Yani gugup sendiri. Wajahnya sudah memerah akibat salting.

"This is serious?" Tanya Yani yang masih tidak percaya apa yang Adan lakukan.

"Yes, aku memang bukan lelaki yang romantis. Tapi aku janji akan terus ada disamping kamu hingga kita menua bersama Adindayani Damara Hayana." Ujar Adan yang membuat jantung Yani semakin berdetak kencang.

"Apa kamu bersedia Yani?" Tanya Adan.

Spontan Yani mengangguk, "yes, i want to be your wife."

"Benarkah?" Tanya Adan tak percaya akan jawaban Yani. Yani mengangguk semangat.

Adan segera berdiri, ia menarik lengan Yani pelan, ia gendong Yani lalu memutarkan tubuh Yani membuat Yani tertawa bahagia.

"Makasih sayang." Ujar Adan yang belum menurunkan tubuh Yani.

ADYAN | Misterius Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang