Sudah seminggu Rencana kepindahan Kenzie diundur, tentu saja setelah kejadian dimana Kenzie pingsan dan berakhir demam tinggi selama tiga hari yang membuat orang tuanya mau tidak mau merawat anak itu karena rasa bersalah.
Belum lagi Kenzie yang kehilangan nafsu makan membuat badannya semakin cungkring.
Anak itu sudah kembali manja terhadap ibunya setelah perlakuan manis Riana yang telaten mengurusinya saat sakit.
Setiap malam Riana akan menemaninya tidur dan menyanyikan lagu pengantar tidur sambil mengelus punggungnya. Sesekali ia kecup pucuk kepala putranya yang sebentar lagi akan hidup terpisah darinya.
Ayolah.. Riana bukan ibu yang tak berhati sama sekali. Ia juga ingin selalu bersama anak-anaknya. seperti saat ini, di ciumi seluruh permukaan wajah putranya yang baru saja terlelap.
Sungguh ia juga belum tahu, apakah bisa ia menjalani hari-harinya esok tanpa Kenzie di sisinya.
Tapi akan sesulit apa nanti, ini sudah menjadi keputusannya. Ia berjanji akan sering mengunjungi Kenzie. Karena memang inilah jalan terbaik agar Kenzie tidak merasa iri pada adiknya.
"Beneran nja nya nggak di ajak mama?" Tanya Kenzie, sebab baru kali ini ia akan berlibur dengan kedua orang tuanya tanpa Khanza yang selalu menjadi prioritas.
Riana mengangguk sambil memakaikan kaos kaki pada kaki Kenzie yang menggantung di sofa ruang tamu.
Tidak masalah bukan menitipkan Khanza selama kepergian mereka. Toh keadaan Khanza juga sedang baik-baiknya, setelah tiga hari lalu melakukan transfusi.
"Udah. Yok kita ke depan, papa udah siap di mobil" ajak Riana menggandeng tangan Kenzie.
Sesampainya di depan Kenzie di buat bingung saat melihat ayahnya memasukkan satu koper besar dan satu lagi koper berukuran kecil.
Bukannya mereka hanya akan berkunjung ke rumah Mbah Kakung dan mbah putri saja? Tapi kenapa bawaannya banyak sekali? Pikir Kenzie.
"Sini nak, duduk di depan sama mama" ajak Riana saat Kenzie hendak membuka pintu penumpang.
"Nanti kalo mama capek gimana?" Tanya Kenzie setelah mobil mulai berjalan meninggalkan halaman rumah.
"Nggak papa, mama lagi pengen pangku nji"
"Tapi ma.. apa nja nya nggak papa di tinggal? Entar kalo Nja nya nangis gimana?"
"Enggak. Nja kan anaknya pinter. Jadi nja nggak nangis. Kan ada Abel nanti yang main bareng nja" jelas lembut Riana.
"Oh iya.. hehe.." Kenzie menampakkan mata bulan sabit nya yang lucu, membuat Riana kembali merasakan sedikit keraguan di hatinya.
Setelah beberapa hari terakhir ia lebih fokus mengurusi Kenzie, Riana tersadar bahwa yang di butuhkan Kenzie hanyalah perhatian.
Anak itu tidak menuntut seluruh atensi orang tuanya, ia akan menanyakan apakah adiknya sudah makan ketika di suapi, dan memastikan keadaan adiknya sebelum tidur. Terkadang ia beralasan ingin main sendiri hanya untuk alasan agar ibunya memiliki waktu untuk adiknya.
Namun nasi sudah menjadi bubur, semua keputusan sudah di atur Riana, Zayn, juga mertuanya tentang kepindahan Kenzie. Bahkan sepasang suami-istri itu semakin mendesak Riana agar cepat-cepat membawa Kenzie setelah tahu apa yang terjadi kepada cucu pertama mereka.
Entah Riana yang terlalu menikmati kebersamaannya dengan Kenzie yang terlelap di pangkuannya, sehingga tak terasa mobil yang mereka tumpangi telah memasuki kota tujuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehari Untuk Selamanya
General Fiction"pokoknya nji mau nya mama yang suapin" _kenzie "Kamu apa-apaan sih Kenzie? Udah gede gitu emang nggak malu?" _Riana "Tapi mama kan udah janji seharian bakal turutin permintaan nji?" _kenzie "Iya tapi hari ini kamu tuh aneh. Manja banget. Mama juga...