Riana terbangun kala merasakan usapan lembut pada pipinya.
Dilihatnya suami yang tengah tersenyum saat pertama kali membuka mata.
"Morning sayang..." Sapa Zayn pada sang istri yang kini menatap balik dirinya.
"Morning mas..." Ada senyuman di sela ucapan Riana.
"Gimana tidurnya semalam? Maaf ya.. semalam aku malah ketiduran dulu, bukannya nemenin kamu.."
"Nggak apa-apa. Kamu pasti capek banget, semalam sampai pules banget tidurnya kayak orang pingsan."
"Iya.. maaf ya Ri. Pasti semalam kamu begadang sendirian.. " sesal Zayn.
"Enggak kok mas."
"Maksudnya?"
"Semalam aku tidur nyenyak.."
"Serius kamu Ri?" Seingatnya, ia tak membuat teh chamomile dengan campuran sedikit obat tidur untuk Riana. Bagaimana Riana bisa tertidur pikirnya.
"Iya mas. Aku serius. Semalam aku bener bener tidur nyenyak."
"Alhamdulillah sayang... Kamu bisa tidur nyenyak juga akhirnya" ucap Zayn seraya mengecup dahi sang istri.
"Iya. Berkat Kenzie.."
Zayn mengerutkan keningnya bingung. Jangan-jangan Riana kembali berhalusinasi pikir nya.
"Tenang aja mas.. aman. Aku nggak ngelakuin yang aneh-aneh kok semalam.." jawab Riana santai menanggapi kekhawatiran Zayn.
"Semalam sebenernya aku udah mulai kacau inget dulu waktu Kenzie pertama kali masuk rumah sakit gara-gara alergi.. sumpah aku bodoh banget dulu mas. Bisa-bisanya aku masih mentingin Khanza, padahal mereka sama-sama lagi sakit dan butuh aku banget mas.." sesalnya
"Tuh kan mulai lagi.. udah ri.. itu udah lewat. Lagian waktu itu pertama kali kita tahu Khanza punya thalasemi kan? Jadi wajar kamu fokus sama Khanza.."
"Tapi kamu inget kan mas? Gimana kecewa nya Kenzie setelah itu? Bahkan dia diem in aku sepulang Khanza dari rumah sakit. Gak mau aku urusin juga. Padahal waktu itu dia belum bener-bener sembuh. Pake in salepnya aja dia nunggu kamu pulang kerja. Akhirnya nunggu dia ketiduran baru aku bisa pakein dia salep."
"Kalau pas itu mungkin dia cuma ngambek aja sih.. tapi jujur yang kita bikin dia kecewa itu waktu kita putusin buat nitipin dia ke bapak sama ibu di kampung. Sejak saat itu Kenzie bener-bener tertutup sama kita. Bahkan enam bulan pertama Kenzie nggak pernah mau terima telepon dari kita.." sesal Zayn mengingat kenangan yang ingin ia lupakan.
"Itu juga aku kan mas, yang saranin kamu buat titipin Kenzie ke ibu. Supaya kita bisa fokus sama pengobatan Khanza. Nggak tau otak aku dimana waktu itu. Kok bisa-bisanya aku ngelakuin itu sama Kenzie. Bego." Riana menyalahkan diri dengan memukul kepalanya dengan tangannya sendiri.
"Bukan kamu tapi kita." Zayn mencekal Riana agar tidak kembali melukai diri
"Aku juga salah ri. Sebagai kepala keluarga harusnya aku bisa lebih perhatiin anak-anak kita. Tapi aku malah fokus sama bisnis aku yang waktu itu lagi naik-naik nya." Sambungnya.
Andai dulu kita lebih ngerti perasaan Kenzie, Waktu itu Kenzie cuma bocah enam tahun yang merasa iri sama adeknya yang dapat perhatian lebih. Bukannya ngasih pengertian ke dia, kita malah dengan dangkalnya mikir bahwa Kenzie itu egois. Dan ngambil keputusan yang justru bikin anak itu semakin down."
Dua hari setelah kepulangan nya dari rumah sakit Kenzie masih istirahat di rumah karena ruam-ruam di tubuhnya belum hilang, belum lagi rasa gatalnya bila bergesekan dengan sesuatu dan berkeringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehari Untuk Selamanya
Narrativa generale"pokoknya nji mau nya mama yang suapin" _kenzie "Kamu apa-apaan sih Kenzie? Udah gede gitu emang nggak malu?" _Riana "Tapi mama kan udah janji seharian bakal turutin permintaan nji?" _kenzie "Iya tapi hari ini kamu tuh aneh. Manja banget. Mama juga...