Malam ini langit nampak terang meski bulan hanya memantulkan cahaya matahari, karena jutaan bintang yang bertaburan memanjakan mata, angin semilir seirama dedaunan yang bergoyang seperti sedang menari. Seolah tengah mendengarkan lagu romantis. memberi ketenangan bagi siapa saja makhluk di bumi.
Namun itu semua tidak berlaku di ruang perawatan Kenzie.
Suasana haru memenuhi setiap sudut ruangan yang bahkan terasa lebih dingin dari malam-malam sebelumnya.
Tiga dokter ahli tengah membicarakan rencana operasi dini hari nanti, yang artinya siap tidak siap, maka mereka, Riana, Zayn, Raya dan yang lainnya harus melepaskan Kenzie setelah Zayn dengan berat hati menandatangani surat pernyataan kesediaan Kenzie sebagai pendonor.
Uti sudah tumbang dari dua puluh menit yang lalu, jadilah sekarang ia hanya terbaring di ranjang lainnya yang masih dalam ruangan yang sama.
Tiga dokter itu nantinya yang akan ikut dalam proses operasi besar-besaran Kenzie. Bisa di bilang kasus seperti Kenzie ini masih jarang mereka temui sepanjang perjalanan karir mereka sebagai dokter. Dimana ada seorang remaja yang dengan ringan hati mendonorkan organ-organnya demi memberi kehidupan untuk banyak orang.
Selain dari tiga dokter spesialis itu nantinya juga akan ada delapan belas dokter ahli dan puluhan perawat lainnya yang akan ikut berpartisipasi dalam proses transplantasi tersebut.
Bahkan sembilan dokter diantaranya adalah dokter yang bertugas dari rumah sakit lain yang akan membantu proses tersebut.
Riana sama sekali tidak ingin mengendurkan pelukan dari Kenzie. Dunianya hancur semenjak Zayn menorehkan tinta hitam di atas kertas sialan itu.
Reno yang sudah mulai merasa ada yang tidak beres dengan kondisi abangnya itu lantas lari masuk ke kamar rawat Kenzie setelah sebelumnya berada dalam dekapan sang ayah. Sedang Raya, jangan tanya lagi bagaimana hancurnya dia. Wanita itu lebih memilih bersimpuh di atas sajadah dan belum kembali sejak sore tadi.
"Ake mama... No buleh ikut peluk-peluk?"
Riana membersit hidungnya terlebih dahulu sebelum membalikkan badannya untuk melihat bocah yang tengah menarik-narik ujung bajunya.
Nampak Reno dengan air mata yang siap meluncur bebas hanya dengan satu kedipan saja. Dan benar saja, saat melihat wajah sembab Riana. Seolah meyakinkan dirinya bahwa firasatnya selama ini benar. Abangnya sedang tidak baik-baik saja.
"Reno " panggil Suryo yang ikut menyusul.
"Udah nggak apa-apa Suryo. Biarin aja" jawab Riana
"Maaf bu. No, sini nak. Jangan ganggu Tante mama dulu " peringatnya pada Reno yang belum beranjak.
Riana mengangkat tubuh kecil Reno kemudian mencium kening anak itu guna memberi ketenangan.
"No mau peluk Abang?"
"Mau tapi buleh?" Tanyanya dengan binar lucu
"Boleh, tapi hati-hati ya.. pelan-pelan aja, nanti abangnya sakit."
Reno meringis mendengar penuturan Riana. Seolah ia ikut merasakan kesakitan Kenzie
.
.
.
.
.
.
Dua jam lagi operasi akan di laksanakan. Semua tim medis sudah bersiap. Berdoa semoga semua berjalan lancar.Selang NGT serta kateter juga sudah di singkirkan dari tubuh Kenzie, hanya tinggal beberapa kabel saja yang masih terhubung dengan beberapa mesin medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehari Untuk Selamanya
General Fiction"pokoknya nji mau nya mama yang suapin" _kenzie "Kamu apa-apaan sih Kenzie? Udah gede gitu emang nggak malu?" _Riana "Tapi mama kan udah janji seharian bakal turutin permintaan nji?" _kenzie "Iya tapi hari ini kamu tuh aneh. Manja banget. Mama juga...