05. alergi

3.3K 176 10
                                    

Riana membelai wajah suaminya yang kini terpejam, sedang tangan satunya lagi ia gunakan untuk mendekap piyak di antara mereka.

Memandang dalam pahatan tuhan yang menjadi miliknya.

Jam masih menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Zayn sepertinya kelelahan hingga tak terusik sedikitpun dengan kegiatan Riana.

Ia mengedarkan pandangan ke langit-langit kamar Kenzie yang di hiasi galaksi yang berasal dari lampu tidur.

Teringat akan keinginan sang anak yang ingin menjadi astronot. Ketika di tanya mengapa anak itu dengan yakin mengatakan "astronot itu kalau pergi lama. Nggak pulang-pulang. Jadi biar mama kangen sama Kenzie"

"Sekarang kamu udah ada diantara bintang itu ya nak. Maafin mama ya sayang.. mama nggak pernah dengerin keinginan Kenzie, bahkan mama masih nyalahin Kenzie waktu Kenzie sengaja cari perhatian mama dulu.." Riana terisak mengingat kembali kenangan yang lagi-lagi menyakiti Kenzie.








Malam itu, malam dimana tubuh Khanza membiru tak sadarkan diri. Zayn dan Riana akhirnya memutuskan membawanya ke rumah sakit setelah beberapa kali tubuh ringkih itu mengalami kejang. Menitipkan Kenzie yang masih kaget karena di bangunkan tiba-tiba dari tidurnya kepada Rahmi tetangganya yang sudah sering membantu mereka dalam urusan menjaga Kenzie selama Khanza sakit.

"Udah ri.. kamu duduk yang tenang.." ucap Zayn menginterupsi Riana yang terus bergerak gelisah.

"Tenang kamu bilang mas? Kamu bisa tenang setelah mendengar penjelasan dokter tentang Khanza? Ck ck.. aku nggak habis pikir sama kamu mas.." Riana menggeleng

"Bukan gitu maksud aku sayang.. aku juga sedih.. tapi semua udah terjadi, kita harus kuat buat Khanza.."

"Tapi Khanza masih kecil mas.. gimana bisa dokter bilang tubuhnya nggak bisa memproduksi sel darah merah? Gimana bisa tuhan sekejam itu sama anak kita mas?" Tangis Riana pecah dalam dekapan Zayn yang membelai rambut halus istrinya.

Ya.. semalam setelah Khanza mendapat perawatan, kemudian menjalani pemeriksaan menyeluruh dengan berat hati dokter menjelaskan bahwa Khanza memiliki penyakit kelainan genetik yaitu thalassemia mayor dimana tubuhnya tidak dapat memproduksi sel darah merah yang artinya seumur hidup Khanza akan bergantung pada transfusi darah setiap beberapa waktu sekali. Itu yang menyebabkan tubuh Khanza lemah selama ini hingga semalam tubuhnya membiru di sebabkan karena jantungnya terus memompa, sedangkan darah yang seharusnya di pompa tidak ada.

Hati orang tua mana yang tidak hancur mendapati kabar yang mungkin saja anaknya tidak akan berumur panjang.bahkan Bila rajin melakukan treatment Khanza hanya di prediksi mampu bertahan sampai usia tiga puluhan saja.







Sementara itu Kenzie yang terbangun pagi ini masih bingung kenapa dirinya ada di kamar Abel, tetangganya sekaligus teman satu kelasnya.

Mata sipit itu mengerjap lucu kala mendapati Rahmi, bunda Abel di ambang pintu dengan senyuman manis.

"Kenzie udah bangun kok malah bengong?"

Kenzie nyengir kuda. Matanya membentuk bulan sabit lucu.

"Nnnggghh...." Lenguhan gadis berambut ikal itu merasa terganggu.

"Bangun dong bel.. tuh nji aja udah bangun" Rahmi mengelus sayang kepala anaknya yang mulai membuka matanya perlahan.

"Nji bobok di sini? Kok Abel nggak tau?" Tanya nya polos yang mendapat jawaban gelengan kepala dari Kenzie

"Nji juga nggak tau kok tiba-tiba nji ada di kamar Abel?"

Sehari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang