Keesokan paginya semua terbangun karena suara tangisan Reno, bocah itu terhimpit antara tembok dan Raya.
"Maaf, maaf no. Ibuk nggak sengaja..." Raya menenangkan Reno yang masih menangis.
"Ibuk. Sempit-sempitin no. Sakit tau no nya, tejedot tembok jadina. No Ndak suka" Protes bocah itu yang sudah mulai tenang.
"Iya, kan ibuk nggak sengaja.. ibuk juga udah minta maaf.."
"Lagian. Tenapa ibuk sempit-sempitin no bobokna. Biasana endak." Protesnya lagi. "Loh loh... Kok ada babang disini?" Tanya bocah itu lagi setelah melihat Kenzie yang juga ikut terbangun karena ulahnya.
"Iya, semalem Abang bobok disini."
"Tenapa ibuk ndak bilang no? Kan no mau bobok sebelah Abang, ibuk iih.. "
"Semalem kan no udah bobok duluan." Terang sang ibu. "Lagian no kalo bobok kayak kitiran, muter-muter. Kasian bang nji nya ketendang nanti ".
Sementara Kenzie dan Suryo memutuskan untuk sholat subuh di masjid. Tak mau ambil pusing oleh drama Reno. Ayolah, ini masih sangat pagi untuk mereka bangun. Apalagi semalam mereka tidur cukup larut dan berdesakkan.
"Tapi no mau bobok samping babang.." rengeknya.
"Iya tapi kan semalam no udah bobok.."
"Kan bisa di banunin ibuk..." Protes bocah itu.
"Bangunin gimana? Kamu ibuk geser-geser aja gak bangun kok. Lagian semalem ibuk udah kasih guling biar kamu nggak kejedot. Kemana itu gulingnya?"
"Hehe.. semalem no buang. Abisna sempit."
"Ya salah no sendiri kalo benjol. Salah siapa gulingnya di buang?"
"Tapi buk. No mau tanya..."
"Mau tanya apa sih?"
"Sini ibukna, no bisikin." Pinta bocah itu sambil melambaikan tangannya meminta sang ibu mendekat. "Semalem no nggak ilelan kan buk?"
.
.
.
.
.
.
.
.
Siangnya Kenzie hanya bermalas-malasan saja di kamar, mungkin efek tidur berhimpitan sehingga seluruh badannya terasa sakit, ia membuka aplikasi WhatsApp di smartphone dan menemukan beberapa pesan masuk. Tiga pesan dari sang ibu, dua pesan dari sang ayah, serta satu panggilan dari nomor tidak di kenal. Entahlah, akhir-akhir ini selalu ada panggilan dari nomor asing. Tapi Kenzie selalu mengabaikannya, pernah sekali ia angkat telepon dari nomor tersebut, namun tidak ada sahutan dari si penelepon. Untuk beberapa saat Kenzie biarkan sebelum akhirnya ia tutup dan memilih abai."Babang..." Reno memunculkan kepalanya di balik pintu.
Kenzie hanya diam, membiarkan bocah itu masuk dengan cengiran di wajahnya. "Babang gi apa?"
"Nggak ngapa-ngapain. Kenapa cil?"
"Hehe... Mo main.."
"Abang lagi males"
"Eh. eh.. no cuma ngajak main loh. Bukan ngajak lali."
"Males ah."
"Babang tapek?" Tanya Reno melihat Kenzie hanya berguling-guling saja di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehari Untuk Selamanya
General Fiction"pokoknya nji mau nya mama yang suapin" _kenzie "Kamu apa-apaan sih Kenzie? Udah gede gitu emang nggak malu?" _Riana "Tapi mama kan udah janji seharian bakal turutin permintaan nji?" _kenzie "Iya tapi hari ini kamu tuh aneh. Manja banget. Mama juga...